TSOMC 1

4.1K 37 1
                                    

Visualnya terserah kalian mau bayangin siapa🤣😍🥰

Happy Reading!

"Argh!" umpatnya geram setelah melihat hasil test urine secara pribadi di kamar mandi. Tangannya menggenggam erat testpack tersebut, hasilnya selalu mengecewakan. Sudah menikah selama 6 tahun tapi belum diberi kepercayaan untuk memiliki momongan. Hatinya hancur. Kesekian kalinya Liana harus menerima cibiran dari mertuanya. Teman-temannya saja sudah memiliki momongan bahkan yang baru menikah 2 bulan saja sudah hamil.

Mengurung diri selama 2 jam lamanya. Liana keluar dengan membuka kenop pintu kamar mandi menuju ranjang tidurnya. Ia sudah membuang testpack itu dengan resah. Setiap kali ia telat haid pasti selalu tes, namun hasilnya tetap negatif.

"Apa yang salah dengan diriku? Kenapa Tuhan seperti tidak adil kepadaku, aku sudah terlalu banyak menderita." keluhnya frustasi. Ia meluapkan segenap rasa yang ada di dalam hatinya.

"Apakah aku benar-benar mandul?" gumamnya. Namun, Liana teringat saat check up bulan lalu kandungannya dinyatakan baik-baik saja.

Mendengar ketukan pintu. Liana langsung menghapus air matanya yang membasahi pipi lalu bergegas untuk membuka pintu. Dia tersenyum menyambut suaminya baru pulang bekerja. Memeluknya dengan erat, akhir-akhir ini kemeja yang suaminya pakai sering sekali bau parfum wanita. Selama ini Liana tidak memikirkannya secara serius, ia pikir efek dari parfum suaminya.

Liana menatap kedua netra pekat miliki Arlan. "Apakah kamu masih mencintaiku?" Liana bertanya.

"Tentu saja. Aku akan tetap mencintaimu," balas Arlan seraya memegang pinggul istrinya.

"Aku ingin jujur. Akhir-akhir ini kemeja mu selalu tercium bekas parfum perempuan lain." Liana mengaku. Arlan seperti terkejut mendengar pengakuan dari Liana, lelaki itu dengan pintar menormalkan ekspresinya.

"Untuk aku bersama perempuan lain? Pekerjaanku di kantor sangat banyak dan jadwal padat Liana. Jangan berpikir kotor tentang suami mu ini." Arlan melepaskan kontak mata dengan Liana, lalu segera menaruh tas. Namun, batin Liana tidak bisa dibohongi karena terlihat jelas Arlan seperti terkejut.

"Aku hanya bertanya. Mana mungkin parfum sekertaris mu seperti ini, ah sudahlah. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Liana malas melanjutkannya. Respon Arlan seperti tidak memiliki rasa bersalah apapun padanya.

Yang ada nanti malah mengorek luka tentang kehamilan yang tak kunjung itu akan membuat Liana sakit hati. Wanita itu hanya menangis dibalik pintu kamar mandi, Liana merasa kalau Arlan memiliki hubungan rahasia dengan perempuan lain. Menjijikan sekali tapi Liana belum memiliki bukti apapun.

Makan malam pun tiba. Liana sudah menyiapkan semuanya namun Arlan tiba-tiba pamit untuk pergi sebentar katanya ada urusan mendadak. Liana mengerti. Wanita itu menikmati makan malam sendirian lagi, andai saja ia memiliki seorang anak pasti tidak akan kesepian.

"Aku sisakan saja. Nanti kalau Arlan pulang dia bisa memakannya." gumam Liana. Wanita itu membereskan meja makannya lalu menyimpan makanan dengan rapi.

Ia segera menonton serial drama kesukaannya sudah tayang hari ini. Kebiasaan Liana sejak sekolah menengah selalu menggilai aktor korea yang tampan-tampan itu. Untuk menghilangkan rasa jenuh hari-harinya hanya di rumah tanpa aktivitas apapun. Setelah menikah, Arlan meminta Liana untuk di rumah saja padahal dulu Liana bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai sekertaris.

Sangat disayangkan tapi apa boleh buat, seorang istri harus menurut kepada suami.

"Huam," Liana menguap lebar sambil melihat jam di layar ponselnya. Pukul 10 malam sudah waktunya untuk istirahat, tapi melihat ke arah pintu belum ada tanda-tanda Arlan pulang.

Liana khawatir. Ia takut kalau Arlan kenapa-kenapa ya walaupun sering pulang malam tetap saja Liana kepikiran. Meraih ponselnya lalu mengetuk nomor kontak suaminya  memanggil. Diangkat, terdengar suara tidak asing di dalam panggilan tersebut.

"Tidak mungkin," ponselnya terjatuh ke bawah tak lama Liana terduduk lemas di lantai. Feeling dan rasa curiganya selama ini benar-benar nyata. Ia pikir Arlan akan mencintainya dan setia kepadanya untuk sepanjang hidupnya. Apa karena Liana tak kunjung hamil? Arlan sibuk mencari wanita untuk menjadikan penggantinya.

"Ya Tuhan. Lebih baik aku mati dari pada harus menjalani hidup seperti ini. Aku sudah muak, aku lelah!" keluhnya. Ibu mertuanya memang sudah tidak sabar memiliki cucu, malah kadang terang-terangan meminta Arlan untuk menceraikan Liana.

Wanita itu bangkit. Meninggalkan ruang tamu serta ponsel yang tergeletak di lantai. Ia hanya perlu istirahat malam ini agar besok meminta penjelasan dari Arlan.

****

Sosok manusia yang merasa tak bersalah kini memeluknya erat. Dengan sekuat tenaga menyingkirkan tangan besar itu yang melingkar melilit tubuhnya. Liana masih mengenakan bajunya lengkap. Ia beranjak pergi untuk membersihkan diri lalu menyiapkan sarapan pagi.

Mengikat rambutnya cepol, Liana siap bertarung di dapur memasak sarapan pagi untuk suaminya. Kebiasaan ini memang adalah kewajiban seorang istri di rumah, mengurus suami. Ia tidak mau mengingat kejadian semalam saat memasak yang ada nanti malah tidak fokus. Liana selalu bisa menyembunyikan rasa sakit yang ia terima selama ini. Tapi, ada saatnya dia meluapkan semuanya.

"Masak apa kamu hari ini?" tanya Arlan diiringi senyuman lebar sambil menarik kursi untuk duduk.

"Ya ada deh." jawab Liana.

Arlan menyeruput kopi panas yang dibuatkan oleh istrinya. Selalu cocok, Liana adalah istri yang pintar mengurus suami. Makanya Arlan tidak bisa meninggalkan wanita ini walaupun belum memiliki momongan. Dibalik itu semua, ada kesalahan besar dalam hidup Arlan. Namun belum saatnya ketahuan saja kelakuan buruknya selama ini yang ia lakukan dibelakang Liana.

"Selamat pagi ..." ucap Nyonya Syafira mertua Liana pagi-pagi sudah datang mengunjunginya.

"Kenapa kamu lambat sekali Liana, bukankah suamimu sudah lapar. Ini sudah hampir lewat sarapan paginya!" omel Syafira kepada Liana.

"Tunggu Bu, sebentar lagi selesai kok." balas Liana dengan tenang. Tidak heran lagi dengan omelan serta sindiran dari Syafira sang mertua yang begitu ketus kepadanya.

"Bukankah kamu ingin menikah lagi? Arlan, ceraikan saja wanita itu. Ibu sudah tidak sabar ingin memiliki cucu." Syafira berbisik kecil agar Liana tidak mendengarnya.

"Ibu. Aku tidak ingin menikah lagi. Sudahlah jangan ganggu sarapan pagi ku. Sebaiknya ibu pulang atau pergi ke kantor saja." tandas Arlan.

Liana membalikkan tubuhnya untuk membawakan makanan. Seperti biasa nasi goreng dengan lauk kesukaan Arlan sudah siap, ada roti panggang dan susu hangat. Nanti masih perang lagi untuk menu selanjutnya.

"Baiklah. Ibu akan pergi tapi jika kamu tidak menepati janjimu. Ibu sendiri yang akan melakukannya." tegas Syafira.

Sedangkan Liana seakan tidak peduli lagi dengan mertuanya. Sudah pasti yang dibahas adalah perceraiannya, menyuruh Arlan menikah lagi dan seperti itu terus. Liana mudah menyimpan luka dihatinya, bukan berarti ia rela dicela dan dihina begitu saja. Belum waktunya saja Liana bertindak untuk membela dirinya.

Sebelum pergi Syafira mengatakan sesuatu yang menyakitkan kepada Liana.

Wanita itu berbisik. "Masakan mu memang enak. Lalu apa gunanya jika wanita hanya pandai di dapur tetapi kamu tidak pandai di kasur dan tidak bisa memberikan keturunan!" celetuk Syafira.

Note ;
Jika ada kesalahan saya mohon maaf ya.

To be continued😁

Jangan lupa komentar dan votenya😍

The Secret of My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang