The Secret of My CEO

TSOMC 2

Hai👋 masih sepi nih😁

Happy Reading yah!
Jangan lupa vote dan komen yah!

__

"Liana ... Apakah kamu punya waktu hari ini?" tanya Karina sahabat Liana saat waktu SMA sampai kuliah pun satu jurusan. Wanita itu menghubungi Liana pada pagi hari setelah urusan rumah selesai.

"Eum, kalau aku bilang tidak ada pasti kamu tetap memaksanya kan?!" balas Liana.

"Aku ingin bertemu denganmu. Suamiku sangat menyebalkan." keluhnya. Karina memiliki suami tapi mereka terpisah karena jarak yang amat jauh. Seminggu sekali pulangnya, kadang Karina mengeluh ingin mencari suami lagi.

"Kita bertemu di tempat biasa saja. Aku akan mendengarkan semua isi hatimu." ujar Liana. Wanita men-speaker panggilan sembari berdandan ala natural tapi waw. Sudah dianugerahi wajah cantik secara alami tidak perlu tebal-tebal make up-nya.

"Aku juga tak kunjung hamil. Entah aku yang bermasalah atau dianya. Ya, kenapa nasib kita sama sih?!" lanjutnya lagi.

"Kita berdua belum dipercaya untuk memiliki momongan. Berusahalah untuk merubah diri kita menjadi yang lebih baik, jangan patah semangat teruslah berusaha." jawaban Liana masih sama seperti biasa. Apa sih yang akan menjadi jawaban lain kalau bukan berusaha dan berusaha.

"Aku sudah berusaha, tapi hatiku ingin menikah lagi." rengek Karina membuat Liana terkekeh.

"Kau pikir menikah lagi hal yang mudah? Ingat saja hari pertama setelah menikah. Tidak semudah itu Karina, percayalah kamu yang akan menyesal nantinya." tegur Liana.

"Aku yakin pasti Jevano memiliki wanita lain dibelakang ku!" umpat Karina.

"Pikiranmu terlalu buruk karena dirimu sendiri juga melakukan hal yang sama. Jangan seperti itu Karina, aku akan pergi. Sampai bertemu di tempat biasa ya." Liana menutup panggilan. Lalu mengambil tas kecil berisi dompet dan lipsbalm. Wanita itu suka yang simpel.

Segera masuk ke dalam mobil miliknya. Liana mengendarainya sendiri karena tidak butuh sopir hanya penjaga rumah saja. Asisten pun untuk bersih-bersih agar Liana tidak terlalu lelah mengurus rumah. Arlan selalu meminta asisten mengerjakan semua tetapi Liana ingin memiliki aktivitas setiap paginya menjadi istri yang rajin.

Liana rajin dan selalu mengurus suami saja masih salah di mata mertua. Katanya Liana sangat pemalas tidak pantas menjadi istrinya Arlan. Ya kata-kata itu selalu terucap sejak pernikahannya yang ke 2 tahun. Hanya karena tidak memiliki momongan Liana selalu salah, padahal ia sudah berusaha melakukan yang terbaik.

"Arlan, hari ini aku pergi untuk bertemu sahabatku." Liana mengirim pesan kepada suaminya. Setidaknya tidak pernah telat untuk memberitahu suami kalau dia bepergian.

"Hati-hati. Jangan terlalu lama ya perginya." balas Arlan. Arlan memang menyuruh Liana untuk memanggilnya tanpa embel-embel Mas atau Kakak meski umur mereka lumayan terpaut jauh. Lebih suka dipanggil nama oleh istrinya, Liana menurut.

****

Menunggu kedatangan sahabatnya lumayan lama kebiasaan Karina beralasan jalan sedang macet. Liana sangat jenuh. Memainkan ponsel bukan pengalihan yang bagus baginya. Menengok ke kiri dan ke kanan mata Liana seperti melihat seseorang yang janggal.

"Sedang apa dia di cafe. Bukankah meeting atau bertemu klien di tempat yang nyaman." gumam Liana. Wanita itu semakin mempertajam tatapannya, benar itu adalah suaminya. Arlan sedang berada di cafe bersama seorang wanita. Entah itu klien atau simpanannya.

Tak lama muncullah sang Ibu mertua diiringi cipika-cipiki kepada wanita seksi itu. Nampaknya Syafira sangat menyukai wanita ini dan Liana merasakan dadanya begitu sesak. Ia menahan air mata yang akan jatuh. Tidak, dia tidak boleh menumpahkan air mata untuk sang bajingan. Liana masih mengawasinya dari kejauhan bisa dibilang jarak mereka tidak terlalu dekat karena mereka di bagian dalam mungkin VIP.

"Liana, ada apa denganmu?" Karina muncul menepuk pundak Liana.

"Aku sedang melihat kehancuran. Hanya karena aku tidak kunjung memiliki anak mereka membuang ku begitu saja." ucap Liana.

"Sudahlah. Jangan kamu lihat lagi, jika nanti Arlan  dan wanita pergi berdua kita ikuti mereka. Percayalah, Tuhan sedang menguji mu memperlihatkan manusia yang kau cintai tapi malah mengkhianatimu." sanggah Karina. Wanita itu mencoba menenangkan Liana. Ia tahu kalau sahabatnya ini adalah wanita yang kuat dan hebat. Liana bisa mengontrol emosinya.

"Kamu bercerita apa hari ini? Bagaimana dengan Jevano apakah dia benar-benar seperti dugaan mu." Liana bertanya. Ia mencoba membuka obrolan dengan sahabatnya.

"Ah sudahlah. Mungkin saja itu pikiranku yang terlalu kotor. Sekarang, aku hanya ingin sepertimu menjadi kuat dan cerdas. Tidak ceroboh lagi." kata Karina tiba-tiba mengatakan hal yang tidak pernah ia katakan sebelumnya.

"Tumben pikiranmu waras?" goda Liana.

Ketika melihat Arlan dan wanita itu bergegas pergi dari cafe ini. Liana nekat untuk mengikuti mereka tangannya sudah gatal dan umpatannya sudah meluap cukup meronta-ronta. Ia menarik pergelangan tangan Karina menuju keluar memasuki mobil Karina dan mengikuti mereka dari belakang. "Memakai mobilmu tidak akan ketahuan kan?" tanya Liana.

"Tentu saja tidak." jawab Karina. Mengendarai mobil dengan kecepatan menyusul mobil Arlan yang sudah cukup jauh.

Sesampainya di hotel mewah mereka keluar layaknya seperti pasangan suami istri. Liana bergegas keluar mengikuti mereka dengan mengenakan hoodie hitam milik Karina. Menutupi kepala serta masker hitam seperti psikopat saja. Memasuki lift yang sama, di depan kepala matanya sendiri melihat mereka berdua bermesraan.

"Sayang. Kapan kita akan menikah?" tanya Wanita itu.

"Sebentar lagi sayang. Aku akan menceraikan istriku secepatnya," balas Arlan begitu lembut sembari mengeratkan rangkulannya di pinggul wanita itu.

"Aku bahagia calon mertuaku sangat baik dan menyetujui hubungan kita." terlihat wajah merona wanita itu seperti pertama kali Liana dan Arlan mau menikah. Hatinya sakit, hancur seperti berkeping-keping melihat suaminya melakukan hal ini dibelakangnya.

Setelah lift terbuka. Mereka keluar bersamaan dengannya, namun Liana tidak mau keduanya mencurigai dirinya. Ia pura-pura menelfon seakan menunggu seseorang datang. Ketika kedua orang itu masuk ke dalam kamar, Liana langsung memotretnya. Liana berdiri di depan pintu membuka kenop pintu kamar tersebut karena Arlan tidak mungkin menguncinya. Sama seperti dia dulu saat masih berpacaran dengan Arlan bertemu di hotel.

Terlihat jelas mereka tengah bercumbu mesra sembari melepaskan pakaiannya. Liana berdiri tegap memandang suaminya berselingkuh di depan matanya. Tidak sia-sia Liana keluar hari ini, ia bisa mendapatkan langsung penjelasan tentang tadi malam.

"Ternyata begini kelakuan suamiku." ucap Liana sembari melepaskan masker dan tudung Hoodie nya. Mereka terkejut melihat Liana sudah berdiri memandang keduanya yang tengah tanggung. Arlan mengancingkan resletingnya kembali lalu menghampiri Liana.

"Jangan dekat-dekat denganku!" sentak Liana.

"Bukankah kamu sendiri yang bilang 'untuk apa aku bersama perempuan lain? Pekerjaanku saja banyak dan jadwalku sangat padat' Cih, munafik!" Liana mengumpat penuh geram.

"Aku terpaksa melakukan ini Liana. Maafkan aku!"  ucap Arlan berdiri bertelanjang dada keringat membasahi tubuhnya.

"Aku telah mendengarnya. Jadi jangan memelas kepadaku Arlan! Jujurlah bahwa kamu memang ingin bercerai denganku. Aku akan mendengarnya dari mulutmu sekarang!"

"Aku tidak ingin bercerai denganmu. Aku ingin menikah lagi dan memiliki seorang anak dari istri keduaku. Apakah aku salah?" Arlan mulai jujur.