TSOMC 6

1.5K 29 1
                                    

Happy reading

Hanya demi memiliki seorang anak. Duh, Liana juga memiliki perasaan. Dia tidak mau dimadu, hanya ingin dicintainya sepenuhnya tanpa dibagi 2 dengan wanita lain. Wajar saja kalau dia pergi meninggalkan suami yang tidak bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Malah seenaknya sendiri.

"Bu Liana." panggil Bodyguard Yosi. Liana menoleh serta berlari untuk segera masuk ke dalam mobil.

"Apakah ibu terluka?" tanya Yosi.

"Tidak kok. Cepatlah, kita bisa menghilangkan jejak dari mereka. Dia memang tidak tahu diri. Bagaimana bisa dia terus mencari ku." keluh Liana memegangi kepalanya yang teramat sakit.

"Maafkan saya bu. Saya tidak bisa menjaga ibu Liana dengan baik." kata Bodyguard Yosi.

"Ini bukan salahmu. Tidak apa-apa, aku sangat paham dengan sikap Arlan. Dia masih suamiku, sebentar lagi kami akan bercerai." kata Liana.

"Bahkan aku sangat tidak sabar untuk bercerai dengannya. Semoga saja, dia bahagia dengan istri barunya." gumam Liana.

"Bu Liana ... Tuan Arlan menghalangi kita, bagaimana ini?" ucap Yosi terkejut melihat mobil Arlan berada tepat di hadapan mobil mereka.

Liana tidak tahu harus kabur atau tetap di dalam mobil.

****

Untuk terakhir kalinya Liana berada di rumah Arlan. Sudah ada orang yang menjadi saksi dimana Liana mantap untuk bercerai daripada meneruskan hidupnya bersama lelaki yang sama sekali tidak memiliki hati. Arlan menetapkan diri tidak mau kehilangan Liana sampai kapanpun, kedengarannya sangatlah membuat jengah.

"Bukankah kamu telah melepaskan aku? Kenapa membawaku kemari dan kamu mengatakan hal yang menjijikan." ucap Liana dengan menatap malas ke arah lelaki itu.

"Berulangkali aku katakan. Aku tahu apa kesalahan yang ku perbuat, tapi bisakah kamu mengerti apa yang aku inginkan Liana?!" balasnya tanpa sedikitpun merasa berdosa dengan apa yang dia katakan.

"Aku meminta mu untuk bersabar sebentar saja tapi, tapi kamu malah mengkhianati ku!" sentaknya.

"Akhiri saja semua ini. Aku ikhlas, katakan sekali lagi kalau kamu melepaskan aku. Kenapa berbeda sekali perlakuan mu pada saat bersama selingkuhanmu." lanjut Liana. Hatinya terasa panas, tangan gatal ingin menampar bolak-balik pipi Arlan.

"Jika kalian benar-benar akan berpisah. Selesaikan secara cepat dan bisa menjalankan hidup masing-masing. Jangan memperlambat itu akan mempersulit hidup kalian, aku tidak bisa berlama-lama di sini masih banyak pekerjaan ku." Kakak ipar adalah saksi, dia tidak membela siapapun atau berpihak kepada adiknya.

"Arlan. Jadilah lelaki yang bertanggung-jawab, lakukan tugasmu sebagai seorang suami dan mantan suami yang memiliki prinsip bukan bertele-tele seperti ini. Jika kamu ingin bersamanya, tinggalkan Liana!!" tegas Rivanno.

Arlan masih terdiam ditempatnya tanpa mengatakan hal sepatah kata pun. Bukankah ini sangat menyebalkan, Liana muak. Dia tidak mungkin juga akan berlama-lama di sini apalagi nanti ibu mertuanya datang. Makin jadi menyalahkan Liana terus-terusan yang padahal semua ini kesalahannya Arlan.

"Liana pergilah. Jalani hidupmu sesuai keinginanmu, Minggu depan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kalian. Biarkan aku yang mengurus Arlan." ujar Rivanno, seorang kakak laki-laki sulungnya Arlan yang begitu dewasa menyikapi masalah ini.

Menyuruh Liana pergi daripada tetap disini membuat wanita itu muak dan kesal. Ia tahu Arlan adalah adik kandungnya, masih mencintai Liana dan ingin memiliki seorang anak tetapi caranya salah.

"Kenapa menyuruh nya pergi. Liana itu milikku!" pekik Arlan mencoba mencegah Liana keluar dari rumahnya, "Kau tahu aku membutuhkannya, aku mencintainya Vanno! Kau ini Gila ya!" lanjutnya memekik.

Bughhh ... Bughhh dengan tak segan-segan Rivanno memukul wajah Arlan sampai lelaki itu tersungkur ke lantai. Pukulan 2 kali lumayan cukup keras mengakibatkan bibir pecah dan berdarah. "Jika kau mencintainya, membutuhkannya. Kenapa kau mengkhianati wanita itu? Dia selalu sabar dengan sikapmu tapi kau malah melakukannya dengan cara yang menjijikan?! Kau dan ibumu itu sama saja!" celetuk Rivanno benar-benar emosional. Amarahnya belum puas melihat adiknya babak belur.

"6 tahun bersama tetapi tidak kunjung memiliki keturunan bukankah itu sangat lama. Aku hanya ingin seorang anak dari wanita lain tapi tetap tidak melepaskan Liana. Apa susahnya dia menerima itu, dia juga ingin memiliki anak." ucap Arlan.

"Dan ya ... Kau memang benar-benar sudah gila. Liana tidak sudi memiliki suami sepertimu, apalagi wanita yang akan kau nikahi pilihan ibu? Cih, Liana akan menderita jika dia tetap bertahan bersamamu." balas Rivanno. "Liana pantas untuk kau ceraikan, biarkan dia mencari pengganti mu yang jauh lebih baik. Jangan kau ganggu dia!" lanjut Rivanno. Lelaki itu segera keluar dari rumah Arlan yang membuatnya stress, ternyata adiknya ini sudah kehilangan akal.

Daripada semakin gila. Lebih baik pergi kembali ke kantor mengurus pekerjaan yang belum selesai.

****

Berada di apartemen barunya. Liana tidak perlu khawatir lagi dengan keberadaan dimana sekarang. Arlan mungkin masih mengharapkannya dan menginginkannya kembali tetapi sebentar lagi mereka akan mengakhiri status mereka.

"Huft. Aku ingin beristirahat dengan tenang. Biarkan aku tidur seharian ini." gumamnya seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Clenting! Suara pesan baru. Liana membacanya dan ternyata itu foto-foto dimana Arlan dan selingkuhannya tengah tidur serta sering jalan tanpa sepengetahuan Liana. Wanita itu tersenyum tipis, "Ternyata selama ini dia telah sering berlibur, dan bermain-main dengan wanita itu. Baiklah," gumam Liana tidak lagi marah atau sakit hati melihat kenyataan pahit yang benar-benar pahit.

"Bukti ini cukup, eum sangat cukup mungkin." ucapnya. Ia meletakkan ponselnya lagi dan memilih untuk istirahat dengan tenang.

Drt ... Drt ...

Ponselnya berdering membuatnya terplonjat kaget sembari bergerutu kesal. Dirinya mau istirahat seharian banyak sekali yang mengganggunya. "Aish, siapa lagi sih?!" omelnya seraya melihat nomor kontak tetapi tidak ada nama.

Liana malas mengangkatnya lebih baik ia membiarkan panggilan tersebut. Ia tidak ingat bahwa hari ini harus melakukan interview bersama Bos barunya.

****

"Bagaimana dengan Sekertaris baru ku? Bukankah hari ini sudah bekerja bersamaku?" tanya Morgan. Lelaki muda kaya raya pemilik perusahaan terbesar New group membutuhkan Sekertaris secepatnya.

"Saya sudah menghubunginya tetapi tidak aktif. Mungkin saja esok hari dia akan datang ke sini." jawab Leony. Adik ipar Morgan yang bekerja sebagai wakil direktur perusahaan, membantu Morgan untuk mencari Sekertaris baru.

Lelaki itu mengerutkan alisnya. Ia sangat membutuhkan seseorang yang membantu dalam menjalankan meeting nanti sore. Para pejabat akan datang untuk membahas saham serta pembentukan group baru. Mantan Sekertarisnya tengah hamil muda jadi terpaksa mengundurkan diri secara tiba-tiba. Makanya, Morgan kesulitan mencari pengganti wanita itu dengan cepat.

"Lalu bagaimana dengan meeting sore ini. Kita tidak bisa menundanya." ucapnya frustasi, menghubungi salah satu rekannya untuk meminta membawakan Sekertaris barunya hari ini juga.

"Setelah dia sampai di sini. Temui aku di ruangan dan berilah dia sebuah materi yang akan dibahas sore hari ini. Aku tidak peduli, jika dia gagal menjalankannya kita cari lagi." kata Morgan.

Mulai bulan depan Author Update tiap hari🌚

The Secret of My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang