Happy reading!
Mengurungkan niat pergi ke sana. Morgan kembali masuk sembari diikuti langkah kecil Liana. Gadis itu melihat ada pesan dari rekannya, kalau semuanya beres. Liana tersenyum tipis. Kemudian melanjutkan langkahnya menyusul Morgan.
"Kalau ada kabar dari Tuan Lee, kabari saya. Sekarang kembali lah bekerja, jangan ganggu saya." perintah Morgan.
'Lagi pula siapa yang akan mengganggumu.' batin Leony berkumandang kecil di hatinya. Namun, bibir tersenyum ramah sembari menundukkan kepalanya pelan. Menanggapi bos super cerewet ya begini.
"Baik pak," balas Leony.
Setelah Morgan masuk ke dalam ruangannya sendiri. Liana menghela nafasnya lega, sebuah alibi yang memungkinkan bagi diri Leony. Balas dendamnya berjalan dengan mulus. Tapi, saat di mobil pagi tadi. Morgan terus menanyai tentang Liana seperti interview.
Liana tidak tahu mengapa Morgan kepo padanya, padahal biasanya sama sekali tidak peduli dengan Liana. Masa bodoh, jangan sampai Morgan mengetahui tujuan busuk Liana ke perusahaan ini. Bukan hanya itu tapi juga hidup Morgan yang akan Leony hancurkan.
Leony menatap Liana dengan tatapan tidak suka, seharusnya Leony yang menjadi Sekertarisnya Morgan. Why? Sepertinya Leony memiliki rencana yang buruk untuk Morgan.
___
Liana sebagaimana dia menjadi seorang sekertaris di perusahaan besar, dan amat sangat terkenal sukses. Dimana-mana hingga pada saat dia meeting untuk pertama kalinya masuk kerja. Gugup, takut akhirnya dia bisa melakukannya dengan baik. Apalagi Morgan tidak mengenalinya sama sekali, bersyukur sangat. Sikap cuek dan dingin bosnya itu membuat Liana percaya diri.
"Astaga, aku berada di titik paling sial. Ya, aku sangat-sangat bersyukur karena Morgan tidak mengenaliku. Tapi kenapa? Vindra saja masih mengingatku dengan jelas." Gumamnya seraya duduk di dalam ruangan khusus dirinya.
"Ah sudahlah. Biarkan saja aku tidak peduli, yang penting aku kerja dan pikirkan masa depan." ucap Liana lagi. Wanita itu kembali fokus pada pekerjaannya yang sekarang sudah menumpuk di atas meja. Yayaya, dia tidak perlu khawatir lagi karena sudah terbiasa bekerja seperti ini.
Dan untuk Morgan dia tidak memikirkannya. Lelaki itu juga entah pura-pura tidak mengenalmu atau memang lupa dengan dirinya. Sudah berapa tahun yang lalu juga, kini Liana juga berubah drastis menjadi wanita cantik tidak kusam seperti jaman SMA dulu. Haha.
****
"Leony, awasi wanita itu selama dia bekerja. Bagiku dia sudah termasuk orang yang bisa diandalkan." ujar Morgan. Lelaki itu mengatakannya kepada adik ipar, jujur saja ada senyum kecut dibibir wanita itu yang tidak menyukai Liana.
"Baiklah. Tapi, dia kelihatan amat ceroboh." kata Leony.
"Ayah merekomendasikannya untuk kakak, dan itu sangat pas untuk memajukan perusahaan ini. Penjelasan materi yang kalian berikan kepadanya, semua telah di jelaskan dengan baik dan benar." sahut Vindra baru saja masuk ke dalam ruangan tanpa sepengetahuan Morgan dan Leony.
"Lanjutkan pekerjaanmu kakak ipar, jangan menilai Noona Liana yang menjadi Sekertaris baru kak Morgan. Jika kau banyak bicara malah kau yang akan tersingkir nantinya," ucap Vindra dengan logat santainya. Ia tahu kalau Leony tidak menyukai Liana.
Wanita itu keluar ruangan setelah berpamitan dengan Morgan. Membawa berkas, Leony segera kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Siapa yang mengijinkan mu masuk, kembalilah kantormu." ujar Morgan.
"Ais, aku hanya ingin mengajakmu makan siang hari ini. Kapan lagi makan bersama kakak kesayangan ku." kata Vindra.
"Kamu pasti ada maunya kan? Haha, katakan saja Vindra."
"Tidak ada. Aku sudah dewasa, apa yang ku mau bisa kulakukan sendiri." balas Vindra.
Morgan terkekeh kecil. Kemudian melanjutkan pekerjaannya di depan laptop, sebenarnya sih hanya mengawasi data-data laporan. Tidak ada lagi yang ia kerjakan karena sudah ada Sekertaris baru yang mengurus segalanya. "Oh iya, Sore nanti aku akan bertemu dengan klien baru. Katakan pada Ayah, aku tidak sempat pulang ke rumah malam ini." ujar Morgan meminta adiknya untuk menyampaikan bahwa Morgan tidak bisa pulang. Jarang pula Morgan pulang ke rumah dikarenakan sibuk bekerja di kantor dan pulang ke mansion.
"Apakah kakak tidak mengenal sosok sekertaris barumu itu?" tanya Vindra. Mulai usil dengan pertanyaan yang membuat Morgan terusik.
"Dia gadis yang di rekomendasikan oleh Ayah, ya kan? Aku tidak mengenalnya. Sama sekali tidak, sudahlah lanjutkan kegabutan di sana. Jangan ganggu aku!" sentaknya.
"Kau ini. Terlalu sensitif, jika kamu menyadarinya pasti akan terkejut. Haha." ledek Vindra.
Morgan tidak menggubris adik bungsunya. Lagi pula dia benar-benar tidak mengenal Liana sebelumnya. Vindra adalah adik bungsu Morgan, anak itu selalu datang ke perusahaan ini entah apa tujuannya. Alasannya ingin belajar seperti Morgan yang pintar berbisnis dengan para pejabat terkenal kaya raya.
Mereka berdua, memiliki selera perempuan yang berbeda. Entah, Morgan juga jarang membawa atau berkencan dengan seorang wanita. Beda dengan Vindra yang hampir tiap minggu gonta-ganti pasangan sehingga selalu mendapat teguran dari sang Ayah.
Dan Morgan diminta untuk mencari calon istri, umurnya sudah mau kepala 3 tapi masih jomblo. Sekalinya memuaskan hasrat pasti ke club' yang biasa dia datangi. Ups!
****
Mengawasi langkah seseorang yang mencurigakan, Vindra meminta Varo untuk melihat keadaan yang ada di sana. Cukup berbahaya, Varo ditemani oleh banyak pengawal. Mereka telah memakai alat keselamatan jadi aman-aman saja.
"Kita berpencar," tegas Varo kepada yang lainnya. Mereka tidak naik mobil satu tujuan, tapi lain jalan.
"Lelaki itu memang sudah mengincar kita sejak awal. Apalagi dengan melemparkan beberapa alat penyadap ke tempat kita bekerja." ujar Varo dengan berbicara secara bergumam tapi dapat didengar oleh Vindra.
"Hati-hati karena pasti ada sesuatu yang akan terjadi. Jika sampai ke sana lindungi diri kalian, aku tidak ingin kekalahan bersama kita." kata Vindra sembari mengingatkan Varo agar tidak gegabah dengan hal ini.
Berhati-hati serta melindungi diri. Akan sangat beresiko jika terlalu gegabah karena hal yang sekarang mereka hadapi sangatlah berbahaya. Varo akan melakukannya dengan sangat baik. Perlahan tapi pasti, itulah keinginannya saat ini.
"Tuan, jika aku tidak bisa mengabari mu nanti. Cepat kirimkan Marvel agar bisa menanggulangi masalah ini." Varo was-was jika dia gagal dan terjebak dalam kekalahan pastikan Vindra dan Mario harus keluar membantunya.
"Jangan khawatir, setelah ini aku juga akan menyusul mu bersama Mario" kata Vindra.
"Baiklah. Semoga saja ini berhasil, jadi tetap menjaga jarak ya Bos. Jangan terlalu berdekatan karena sangat berbahaya sekali. Aku lihat dalam monitor orang itu membawa tas hitam kecil.
Vindra telah mengangguk dalam apa yang dikatakan oleh Varo. Secara tidak langsung pengawalnya itu sangat mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk seseorang seperti dirinya. Vindra benar-benar tidak menyangka, Varo bisa se-dewasa ini.
Ketika semuanya lacakan dimatikan, sesuatu yang tersambung sudah dimatikan oleh Varo. Jadi, Vindra hanya bisa melihat monitor yang ada ditempat tersebut. Suara juga akan terdengar jelas nantinya, terlihat Varo tengah berjalan perlahan. Beberapa pengawal pun datang dan mulai berpencar.
Ketika serius, Vindra bisa mengandalkan dirinya untuk masalah ini. Perusahaan sang Ayah tidak boleh hancur ditangan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of My CEO
RomanceRomance18+ 6 tahun menikah tetapi belum juga memiliki keturunan. Dia kira kehidupan rumah tangganya baik-baik saja tanpa anak. Walau dia gelisah, suaminya selalu berkata tidak apa-apa dan akan tetap mencintainya. Namun apa daya, Liana malah mengeta...