TSOMC 4

1.9K 31 5
                                    

HAPPY READING!

Dengan tekat yang besar. Arlan tidak akan melepaskan Liana begitu saja. Lelaki itu memang menginginkan seorang anak tetapi dia juga tidak bisa meninggalkan Liana. Menikah lagi hal yang biasa untuk seorang lelaki dengan tanggung jawab yang sepadan. Tetapi sepertinya Arlan tidak bisa mendapatkan kesempatan itu maka ia harus melepaskan Liana.

Tentu saja tidak mau. Arlan sangat mencintai Liana walaupun ia berselingkuh selama 1 tahun dengan Freya. Namun, Liana tidak peduli dan tetap ingin lepas dari Arlan. Wanita itu memberontak sampai Arlan berbuat nekat tidak memperdulikan Liana yang berteriak memakinya di dalam kamar yang terkunci.

Ya. Arlan mengunci Liana di dalam kamar mereka. Ia tak mampu hidup tanpa Liana.

"Bukannya kamu ingin menikah lagi? Lalu kenapa kamu mengurung Liana ha?!" sentak Syafira. Ia tidak setuju dengan Arlan lakukan.

"Tinggalkan dia Arlan! Lepaskan wanita tidak tahu diri itu. Bukannya kamu ingin seorang anak dari Freya!" lanjut Syafira.

"Untuk kali ini jangan ikut campur urusanku! Aku muak dengan ibu! Selalu memaksaku menikah lagi menikah lagi sampai aku kehilangan Liana." bentak Arlan. Baru kali ini Arlan membentak ibunya dengan keras.

"Beraninya kamu membentak ibu!"

"Jika aku kehilangan Liana hidupku akan hancur. Aku tidak bisa hidup tanpa wanita yang aku cintai! Pergi bu! Pergi dari rumahku!" bentakan dari Arlan membuat Syafira sakit hati. Arlan bisa semarah ini padanya bahkan membentaknya.

"Demi apapun aku tidak akan melepaskan mu Liana!" Arlan mengusap wajahnya kasar. Dia takut kehilangan tetapi kelakuan seperti seperti iblis.

****

"Aku harus kabur dari rumah ini!" Liana bergegas mencari cara untuk kabur, dia membuka jendela mendongak ke bawah ternyata tinggi sekali.

Membawa koper terlalu sulit. Sepertinya Liana tidak perlu membawa apapun, ia bergegas menuruni balkon dengan perlahan. Ketinggian kamarnya bisa lebih dari 5 meter dan sepi tidak ada penjaga. Liana berhasil turun. Namun kakinya terasa tergelincir barusan hingga terasa nyeri dan tangannya terkena goresan kaca hingga berdarah.

Wanita itu berlari keluar dari pintu gerbang. Liana berhasil. Meski tidak membawa pakaian yang terpenting sekarang dia bebas dari Arlan. Dompet berisi card miliknya tak pernah dipakai karena Arlan melarangnya. Jadi, milik Arlan sudah ia kembalikan dan miliknya ia bawa. Liana tidak mau membawa benda dari lelaki itu biarkan semuanya berakhir sekarang.

Taksi. Akhirnya dia bisa masuk ke dalam mobil sekarang. Aman. Arlan tidak dapat mengejarnya sekarang. Sayangnya terlihat mobil dibelakang mengikutinya. "Pak, tolong percepat ya!" pinta Liana.

"Ini mau kemana mbak?" tanya Pak sopir.

"Bogor. Atau pondok indah saja. Yang penting bapak harus lebih cepat mengendarai mobilnya." kata Liana.

Ia mematikan GPS Ponselnya. Bisa saja Arlan melacaknya, lelaki itu benar-benar bajingan tidak mau ditinggalkan tetapi melakukan kesalahan besar. Pengkhianatan jauh lebih menyakitkan.

"Karina. Bantu aku carikan tiket. Aku akan terbang ke turki sekarang." kata Liana.

"Hei. Yang benar saja, bukankah kau masih status istrinya Arlan." ucap Karina.

"Sekarang sudah berakhir. Untuk sementara aku ingin menjauhinya." kata Liana.

"Jangan pergi ke bandara dulu. Kamu menginap di villa ku saja. Alamat bogor. Aku akan ke sana sekarang. Tenangkan lah dirimu Liana. Jika kamu ke turki sekarang, kakakmu tidak segan-segan membunuh Arlan." tandas Karina.

"Baiklah. Aku akan ke villa mu sekarang." Liana perlu menenangkan diri sekarang. Terlalu gegabah meninggalkan negera ini demi bertemu sang kakak.

Liana memberitahu Sopir taksi untuk menuju ke daerah bogor. Akhirnya Liana berhasil kabur dari lelaki itu, dirinya masih belum merasa tenang karena Arlan tidak akan tinggal diam. Lelaki itu akan terus mencarinya. Tidak peduli yang penting ia bisa pergi sekarang, proses perceraian akan dia tangani secepatnya.

"Huft, ini sangat memakan waktu." gumam Liana setelah melihat arloji berlian miliknya.

Drt ... Drt ...

Ponsel Liana bergetar. Panggilan masuk dari seseorang ia segera melihatnya. Ternyata Arlan, "Seharusnya dia senang kalau aku pergi. Tidak akan ada yang mengganggunya lagi." gerutunya. Ia mematikan ponselnya.

__

Sesampainya di tempat tujuan. Ia segera turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih kepada Sopir tersebut. Sudah ada Karina yang menunggunya di sana, sahabat akan selalu ada di setiap kita sedang rapuh. Ya, Karina akan melakukan hal itu, begitu pula sebaliknya.

"Selamat datang Liana. Aku sungguh mengerti perasaanmu sekarang, beristirahatlah. Kita bisa bertukar cerita nanti." ucap Karina memeluk puas sahabatnya. Pundaknya basah, Liana menangis tanpa suara yang terdengar.

"Aku lelah Karina. Andai saja aku memiliki seorang anak dari Arlan, hal seperti ini tidak akan terjadi. Hiks, betapa hancurnya diriku!" umpatnya, masih memeluk Karina namun sekarang lebih erat.

"Percayalah. Kamu adalah wanita yang kuat! Sekarang tenangkan dirimu, jangan pikirkan yang sudah terjadi. Biarkanlah berlalu." tutur Liana.

Liana tak menjawab apapun. Dirinya begitu lelah dan merasakan nyeri pada luka saat kabur. Liana tak menunjukkan pada Karina, ia segera masuk ke dalam kamar yang amat cocok untuk menenangkan pikiran. Ya lebih tepatnya ini tempat honeymoon tetapi udara yang sejuk bisa menyejukkan diri.

"Kamar ini sangat nyaman." gumamnya. Mengawasi ruangan ini terbuat dari kayu jati dengan ukiran khas yang cantik. Tidak membuatnya bosan bahkan sangat betah jika tinggal di sini seorang diri.

"Apakah kamu sangat menyukainya?" tanya Karina.

"Ya begitulah. Udara yang sejuk serta pemandangan yang indah. Aku merasa bisa lebih tenang di sini." jawab Liana.

"Syukurlah. Oh iya, sepertinya aku harus pergi karena hari ini Jevano pulang dari Amrik." ucap Karina.

"Tidak apa-apa. Pulanglah, suamimu pasti menunggu dan kalian akan melepaskan malam yang panjang." goda Liana. Wanita masih bisa tersenyum dibalik luka dihatinya.

"Terima kasih Liana. Besok aku akan kembali, istirahatlah. Ada pengawal di sini bodyguard kepercayaan ku. Aku menyuruhnya untuk menjagamu, siapa tahu Arlan bisa menemukanmu. Aku takut," kata Karina.

"Iya Karin. Aku juga sangat berterimakasih kepadamu." balas Liana. Ia mengantarkan sahabatnya sampai ke teras, Karina harus pulang karena suaminya pasti menunggu. Ya setidaknya dia sudah membantu Liana untuk menenangkan pikiran.

Selepas Karina pergi. Liana menuju ke kamarnya lagi untuk beristirahat. Sebentar lagi akan berganti malam tanggung untuk tidur. Ia merasakan perutnya keroncongan, lalu menuju ke dapur ada seseorang di sana.

"Non Liana, ya?" tanya Bibi Sum. Seorang pembantu yang setiap hari merawat villa besar ini.

"Ah, iya Bi. Bibi asisten di sini?" Liana balik bertanya.

"Iya non. Ini baru pulang dari pasar membeli sayuran katanya non Karina bakal ada tamu jadi Bibi siap-siap belanja mendadak." jawab Bi sum begitu ramah.

"Ya ampun, Bi. Kalau begitu Liana bantu masak ya kita makan bersama." kata Liana.

Akhirnya mereka memasak bersama untuk makan malam. Bi Sum banyak berbicara sehingga  Liana tidak bosan, dan wanita paruh baya itu tidak kepo ia sangat sopan kepada Liana.

The Secret of My CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang