XII

628 119 27
                                    

07.30 AM at Inarizaki High School

Seorang gadis berjersey maroon berjalan di koridor sekolah dengan kedua tangan menenteng tas jinjing sedangkan kedua kakinya menuntunnya menuju halaman parkir di depan sekolah. Ketika ia menemukan sebuah minibus, gadis itu mendekatinya lalu meminta supir untuk membuka bagasi.

"Yosh! Sudah selesai," ujarnya seraya menepuk-nepukkan kedua tangannya.

Dari kejauhan, ia melihat sekumpulan pria berjalan beriringan. Jersey maroon serta celana putih bergaris hitam terlihat jelas di bawah sinar mentari pagi ini.

Gadis itu tersenyum dalam diam.

Mereka terlihat sudah sangat siap.

"Oh?! (y/n)-san!!!"

Teriakan keras itu sukses membuat yang dipanggil menghela napas panjang. Ia berkacak pinggang, memandang seorang pria bersurai kuning yang sedang berlari ke arahnya seraya melambaikan tangannya tinggi-tinggi.

"Woahh! Aku tidak mengira kau sudah datang," ucapnya berterus terang.

"Aku sudah datang sebelum kau datang. Dasar lelet," cibir (y/n).

Atsumu manyun seketika. "Aku tidak lelet! Samu yang lelet!" sahutnya tak terima sambil menunjuk saudara kembarnya yang sedang berjalan tertunduk dengan mata terpejam. Nampaknya pria bersurai abu itu masih mengantuk.

(y/n) menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. "Kau sudah siap?"

Dengan sekali anggukan dan kepalan tangan, Atsumu berteriak lantang.

"Sangat siap!"

Api semangat Atsumu berhasil membuat rekan timnya tersenyum dan menghela napas secara bersamaan. Mereka lalu masuk ke dalam minibus dan duduk di bangku kosong yang tersedia.

(y/n) duduk dengan siapa saja, tidak pilih-pilih. Selagi ada kursi kosong dia akan duduk di sana, tidak peduli dengan siapa ia akan bersanding.

Kali ini gadis itu duduk di samping Suna. Selagi minibus melaju, pria bermata sipit itu sering memainkan ponselnya. (y/n) yang penasaran dengan kouhainya itu melirik ke arahnya.

"Apa yang sedang kau lihat?" tanyanya.

Suna membalas tanpa mengalihkan matanya. "Hanya SNS," balasnya singkat. Gadis itu balas ber-he ria.

Ketika (y/n) kembali fokus dengan perjalanan, tiba-tiba Suna mengarahkan ponselnya ke arah managernya lalu...

Cekrekk

Terdengar suara jepretan foto dari ponselnya. Sang empu yang terkejut lantas menolehkan kepalanya.

"Apa yang kau lakukan??" pekiknya.

Suna menunjukkan hasil tangkapannya pada (y/n). Foto candid dengan semburat cahaya matahari yang membias membuat hasil foto itu terlihat indah. Entah ini kebetulan atau tidak tapi Suna telah berhasil mengabadikan foto aesthetic.

"Bagus bukan?"

Gadis itu menimbang-nimbang pertanyaan Suna sambil bertopang dagu. Harus ia akui kalau hasil foto itu terlihat bagus sesuai yang dikatakan Suna.

"Hm, cukup bagus. Tapi kau tidak perlu memotretku secara diam-diam," balas (y/n) seraya menyipitkan matanya.

Suna mengangkat bahunya enteng. "Aku tidak memotretmu diam-diam. Aku bahkan sudah meminta izin padamu terlebih dahulu tadi."

"Hahh? Kapan??" tanya (y/n) mengernyit sembari mengingat-ngingat ucapan Suna.

Apa benar dia sudah meminta izin?

Euphoria || InarizakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang