12. Pertanyaan lima kata

3.3K 1.1K 248
                                    

Gelap. Itu karena Bayu mematikan lampu kamarnya. Sekarang ia merasa seperti seorang penguntit. Bagaimana tidak, lewat tirai yang sedikit terbuka, ia sedang memperhatikan seorang wanita yang berdiri di balkon sebrang. Meski begitu, Bayu tak tahu apa yang Ayu lakukan malam-malam begini di luar kamar. Kalau saja Bayu tidak sedang dalam sebuah misi, ia sudah keluar dari persembunyian dan menyapa Ayu dengan riang.

Namun miris yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah mengintip dari sela tirai sambil memperhatikan Ayu yang sedang fokus dengan ponsel.

Sementara di tempat Ayu, entah sudah berapa kali ia mengetik pesan lalu menghapusnya lagi. Mungkin sudah belasan kali. Terakhir kali Bayu membuka whatsapp adalah pukul 17:33, dan sampai saat ini belum ada tulisan online lagi di bawah namanya. Ayu lirik ke arah kamar Bayu, di sana gelap, bahkan lampu warna-warni pun tak menyala.

Mungkinkah galau-nya Bayu lebih parah dari yang kemarin? Tapi apa penyebabnya? Ini sungguh membuat Ayu susah tidur karena memikirkan sikap Bayu yang berbeda padanya.

Bayu tidak mungkin bersikap seperti ini kalau tidak ada yang salah. Apakah benar... Kalau Bayu sudah lelah dengannya? Entah kenapa memikirkan ucapan Tegar tadi sore membuat Ayu kesal dan sedih.

Sekarang ia harus menyingkirkan egonya. Setidaknya Ayu ingin tahu apa kesalahannya kali ini.

Icon panggilan dalam room chat itu Ayu klik hingga menampilkan profil gambar langit yang sangat biru dan icon gagang telfon berwarna merah.

Berdering.

Namun Bayu tak kunjung mengangkatnya.

Ayu menghela napas dan menyentuh icon berwarna merah itu, membuatnya menyudahi panggilan tak terjawabnya.

Ini adalah pertama kalinya ia menelfon Bayu, tapi Bayu bahkan tak mengangkatnya. Ia genggam erat ponselnya, kepalanya terangkat dengan wajah lurus ke arah balkon yang diterangi lampu itu, meski dalamnya gelap hingga Ayu tak bisa melihat apapun dari sela tirainya. Menghela napas berat, Ayu beranjak dari tempatnya bersandar pada pinggiran balkon lalu masuk ke dalam kamar dan mengambil jaket hoodie-nya. Ia ingin keluar.

Di tempat lain, Bayu masih memegangi ponselnya dengan jantung berdebar-debar. Masih sulit percaya bahwa Ayu tadi menelfonnya. Saran dari Tegar sungguh luar biasa. Bahkan Ayu sampai menelfonnya. Bagi Bayu, ini merupakan prestasi tersendiri dalam proses PDKT nya.

Saking kaget dan tak percayanya, Bayu sampai terlambat menjawab panggilan itu. Dia menyesal dan menunggu-nunggu Ayu menelfon lagi. Tapi tak seperti yang diharapkan. Mungkinkah Ayu hanya salah tekan? Haruskah ia menelfon balik? Sebelum mengambil keputusan, Bayu harus meminta saran dulu dari pakar cintanya. Ia ambil ponselnya yang lain lalu segera menelfon Tegar.

"Halo halo, Gar?"

"Kak, demi lo gue angkat telfon padahal lagi war. Kalo gak penting awas aja, gue colong PS 5 lo."

Wah, Tegar terdengar sangat kesal.

"Ini penting. Antara hidup dan mati."

"Yaudah, ada apa?"

"Kak Ayu nelfon kakak."

"Hah?"

"Beneran. Terus gimana?"

"Diangkat?"

"Enggak."

"Bagus."

"Kok bagus?"

"Iya. Biarin aja, cuekin aja."

"Sampe kapaaan?"

"Sampe ada lampu hijau. Udah ya, aku lagi main game."

Bay-Yu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang