Untuk pertama kalinya Bayu berhadapan dengan wanita yang sejak kemarin sudah berhasil menjungkirbalikkan dunianya. Berdiri di ambang pintu rumah dengan wajah tak berekspresi bahkan setelah Bayu salimi tangannya. Meski begitu, Bayu tetap tersenyum manis dan ramah.
"Saya mau anter Ayu kuliah."
"Memangnya kamu sopir pribadinya?"
Pertanyaan penuh nada sindiran itu membuat Bayu gugup. Tapi dia berhasil menyembunyikan kegugupan itu. Bagaimana pun juga dia tidak boleh membuat kesalahan di pandangan kedua dengan calon mertuanya.
"Ya saya bisa jadi apa aja buat Ayu. Jadi tukang bersih-bersih rumahnya aja gak masalah," tukas Bayu dengan santai, yang memang itu benar.
Mama Ayu sampai membuka sedikit mulutnya. Menganga tak percaya mendengar jawaban dengan nada berbangga diri itu. Apa yang harus dibanggakan dari jadi sopir pribadi dan tukang bersih-bersih rumah, sih? Tanpa dibayar pula. Sungguh pikiran anak muda di depannya ini sulit dimengerti.
"Atau kalau Tante mau pergi kemana-mana, boleh minta tolong saya buat anter. Tapi, selain kampus Ayu, tempat sekolah Tegar, kafe Ayu, sama mall yang paling deket, saya kurang tau tempat lain."
Haduuuhh mendengar itu membuat Kania ingin mengelus dada. Nawarin jadi sopir tapi kalimat lanjutannya udah kaya ngajak nyasar bareng. Meski Kania lahir dan besar di Jakarta, dia sudah bertahun-tahun ada di kota lain. Jadi sudah wajar lupa jalan. Lah bocah ini, katanya empat bulan udah di Jakarta, masa yang dia tau cuma empat tempat doang?
"Nolep banget yah kamu."
"Hah? Apa nolep?"
Mama Kania menghela napas berat lalu mengibaskan tangannya. "Saya panggilin Ayu," ujarnya sambil berlalu. Sebenarnya sudah malas ngomong sama Bayu. Tapi Bayu mengartikannya berbeda. Karena wanita itu akan memanggilkan Ayu untuknya, Bayu pikir, "Tante udah kasih restu buat aku sama Ayu?" tanyanya cukup keras agar Kania yang sudah menjauh bisa mendengar.
"Belum. Coba lagi!"
"Ya Allah, udah kaya hadiah gosokan ale-ale."
***
Mobil melaju dengan kecepatan standar. Bisa dibilang ini kali kedua Ayu menaiki mobilnya. Meski begitu perempuan yang duduk di sebelahnya sedari tadi nampak sibuk dengan benda pipih yang dia pegang. Kadang tersenyum, bahkan tertawa. Bayu jadi cemburu. Jangan-jangan dia lagi chattan sama Galih. Entah kenapa, meski Galih bilang dia sudah menyerah, Bayu masih merasa was-was. Siapa tahu Galih hanya menunggunya lalai lalu akan menyalip di tikungan tajam. Apalagi sekarang ia sedang ada pada ujung tebing karena tidak mendapat restu dengan alasan belum lama kenal Ayu.
Sedangkan Galih, di mata mamanya Ayu, dia sudah memenangkan masalah waktu. Karena sudah bertahun-tahun lamanya mereka bersahabat. Jadi tidak ada alasan soal "belum lama kenal" dari mamanya Ayu untuk Galih. Haduh, Bayu benar-benar merasa terancam.
"Chattan sama siapa, sih?" Daripada mati penasaran, mending ditanyain langsung.
Ayu langsung menoleh dan menutup layar ponselnya di atas tas yang dia pangku. "Oh, ini, sama Siska."
Nada suara yang terdengar mencurigakan.
"Tadi kamu ketemu mama, yah?" Pengalihan pembicaraan tapi Bayu khawatir kalau dirinya terlalu su'udzon pada Ayu.
"Iya."
"Mama bilang apa?"
"Ada deh. Eh iya, aku rasa mama kamu kok kaya orang lain yah kalau dibandingin sama pas pertama kali dia dateng."
"Hm, iya. Aku kira, pas pertama kali liat mama dateng, mama udah gak tomboy lagi. Taunya malah makein bajunya Tegar. Katanya lebih nyaman begitu. Mungkin cuma kalo keluar rumah aja pake baju yang selayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bay-Yu [SELESAI]
Romance[SEGERA TERBIT 2022] PART MASIH LENGKAP! *** Drama-Romance-Comedy Namanya Bayu. Dia pria yang biasa-biasa saja. Atau seperti itulah kelihatannya. Namun nyatanya dia tak sesederhana itu. Pembawaannya yang ceria, humoris, dan pandai merangkai kata man...