10. Pembawa pesan cinta

3K 1.1K 227
                                    

Sudah dua hari.

Dua hari Ayu tak melihat Bayu keluar rumah. Seperti kata bu Gita sekitar satu bulan yang lalu, dia bilang; Bayu ini jenis pria yang suka hibernasi di rumah alias jarang banget keluar. Jangankan pergi nongkrong, keluar dari pintu rumah ke teras aja bisa dihitung berapa kali dalam sebulan. Tapi itu dulu sebelum mereka pindah. Kata bu Gita, sejak pindah ke sini, Bayu sudah lebih sering keluar dari rumahnya seperti yang Ayu lihat. Dan alasannya jelas siapa yang sudah membuat Bayu keluar dari hibernasi panjangnya.

Tapi sekarang, bahkan sudah dua hari pria itu tak keluar dari pintu rumah. Entah sekedar modus atau menggoda Ayu, pria itu tak melakukannya. Bahkan tak mengirim pesan atau menelfon Ayu.

Paling cuma bu Gita yang keluar. Entah beli sayur, nyapu halaman atau nongkrong di rumah tetangga. Sedangkan anak jejakanya itu tidak terlihat batang hidungnya. Asep juga tidak kelihatan, sepertinya Bayu ikut mengurungnya di dalam rumah. Entah apa yang terjadi pada nasib si Asep.

Sebenarnya Ayu gatal ingin bertanya pada bu Gita. Tapi ia gengsi. Bu Gita juga tidak membahas soal Bayu saat bertemu dengannya.

Malam ini Ayu duduk di balkon kamar bersama laptop di pangkuan. Meski begitu, balkon kamar sebrang milik tetangga dengan pintu kaca yang tertutup tirai hitam menjadi pemandangan untuknya. Dari sela tirai yang sedikit terbuka, ia bisa melihat cahaya redup berwarna merah. Cahaya kamar Bayu memang kadang suka berganti-ganti. Semua jenis warna pelangi ada di sana. Tapi paling sering Ayu melihat warna biru. Meski kali ini warnanya terlihat merah. Dari mana Ayu tahu? Itu karena balkon kamar mereka bersebrangan, jadi tidak mungkin kalau Ayu tidak melihat saat lampu kamar Bayu berubah warna.

Hm, apa kiranya yang sedang pria itu lakukan? Apa dia sedang bermain game? Tetap saja, apakah dia tidak bosan dua hari di rumah tanpa keluar sama sekali? Apa mungkin karena ada Asep dia jadi tidak begitu bosan?

Tenggelam dalam lamunan, Ayu baru tersadar ketika pintu kaca di sana terbuka. Ia terlonjak lalu buru-buru fokus —atau sebenarnya pura-pura fokus pada laptop. Matanya sedikit melirik, ternyata bukan Bayu yang membuka pintu itu, melainkan Asep. Ayu berani menoleh, membalas lambaian tangan Asep dengan senyuman.

"Masuk atuh, Neng. Udah malem nanti masuk angin."

"Gak papa, A'. Ini lagi cari angin."

"Cari angin apa cari Bayu?"

Ayu tidak bisa mendengar pertanyaan itu karena Asep bicara pelan dan memang sengaja agar orang yang ada di dalam kamar lah yang mendengarnya.

"Ngomong apa, A'? Gak kedenger."

"A' Asep juga lagi cari angin. Dua harian di rumah nemenin orang galau ngebantai musuh. Sampe jadi legend dia."

Ayu tebak kalau Asep sedang berbicara soal game. Jadi benar selama dua hari ini Bayu fokus bermain game. Dan... Ternyata dia beneran galau.

"Padahal besok balik ke Bandung. Asli dateng ke Jakarta cuma jadi pelampiasan orang galau doang."

Sekarang Asep menggerutu. Kepalanya menoleh ke belakang dan suaranya dikeraskan. Lagi-lagi sengaja biar Bayu dengar.

"Bayu lagi apa?" Akhirnya Ayu berani bertanya. Jujur saja ia tidak bisa menahan pertanyaan soal Bayu yang berhari-hari ini memenuhi pikirannya.

"Wah wah neng geulis nanyain si Bayu loh ini." Bukan asep namanya kalau tidak mengompor-ngompori. Muka Ayu sampe panas rasanya.

Sementara di dalam kamar, seorang pria tidak bisa menahan senyumnya. Layar komputer, mouse dan keyboard sudah diangguri karena telinganya yang terpasang headhone berusaha fokus mendengarkan suara-suara dari luar.

Bay-Yu [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang