Bagai Nombor Binari: Sebuah Antologi Puisi

Tragedi Ribut Hitam

Tragedi Ribut Hitam
Yang terjadi angkara mereka
Yang tidak percaya kepada
Nubuah terakir daripada-Nya
Berputiklah seribu benci
Kembang menjadi dendam
Yang memacu sebuah perang
Yang tidak kelihatan

Masih ku ingat lagi
Bersaksi isi Kota Singa
Tatkala Ribut Hitam
memerbangkan sutera iman seorang gadis
Diterbangkan jauh ke tanah Belanda
Sungguhpun banjir air mereka
Bercampur pekat merahnya darah
Namun tiada siapa dapat menghalangnya
Tatkala kalahnya Hukum Ilahi
Tatkala terdirinya Hukum Manusia
Yang tersulam atas nama Hasad

Tak kurang juga Andalus dan Fi Amanillah
Yang terdahulu ditimpa Ribut Hitam
Habis gugur iman mereka
Habis gugur, tiada yang tinggal walaupun satu
Namun, janji Allah itu benar
Walau terkubur kedua negeri itu
Islam bangkit di Bumi Uthmaniyyah

Namun Ribut Hitam belum lagi puas
Maka dihujani Bumi Uthmaniyyah akan fitnah durja
Maka lengserlah pemimpin yang bertaqwa
Barang yang halal diharamkan
Barang yang haram dihalalkan
Oleh Si Yahudi bermuka Islam
Namun, janji Allah tetap benar
Datanglah pahlawan Azan,
Sayang syahid di tali gantungan
Bersusul pula pemimpin-pemimpin yang bertaqwa

Hari ini Ribut Hitam melanda lagi
Ditanah semenanjung itu
Tatkala hidayah-Nya datang kepada dua lelaki
Aib lama digembar-gembur
Fitnah baru ditabur-tabur
Akhirnya runtuh iman seorang dari mereka

Bila ku ingat semua Tragedi itu
Sesungguhnya aku meratap
Wahai Ribut Hitam, kenapa kau ada
Menggangu hidup mereka yang terdahulu
Hingga ke saat ini,
Ku pohon kepadamu atas nama Tuhan
Tolonglah menghilang dari dunia ini