Jalan Takdir

23 4 65
                                    

Jinah terdiam sambil terus menatap makanan di depannya. Sesekali ia juga mencuri pandang pada Ibu, Ayah dan juga Hyunsuk secara diam-diam saat mereka semua sudah fokus pada makanan masing-masing.

Jinah sungguh merasa bingung karena tidak ada sumpit di depannya. Yang ad hanyalah garpu dan pisau kecil. Dan lagi, nasi juga tak ada di dalam piringnya. Jenis makanan apakah yang sudah Ibu Hyunsuk masak untuknya ini?

Ibu Hyunsuk yang sedari tadi fokus pada makanannya nampak mengerutkan dahi ketika beliau mendapati Jinah hanya diam kaku dan tak menyentuh sedikitpun makanan di hadapannya.

"Jinah-yah, mengapa kamu tidak makan, nak?"

Suara Ibu Hyunsuk berhasil membuat Hyunsuk, Ayah dan adiknya kompak menatap ke arah Jinah.

Hyunsuk menghela napas serta merutuki kebodohannya karena ia malah asik menikmati masakan Ibunya dan mengabaikan Jinah yang jelas akan merasa kesusahan dengan cara makan masakan ini.

"Eum... Begi---"

"Biar Eomma yang memotongkan daging steak ini untuk Jinah, Hyunsuk-ah. Kamu lanjut makan saja," Ibu Hyunsuk memotong ucapan Hyunsuk sambil bangkit berdiri dan langsung membantu Jinah.

Hyunsuk yang merasa tak enak pada Ibunya itu lantas ikut bangkit berdiri, "Eomma... Biar aku saja. Eomma lanjut makan saja. Jinah 'kan pacarku. Jadi aku yang harus mengurusnya."

Ibu Hyunsuk yang tadinya nampak sangat telaten memotongkan daging untuk Jinah, lantas melirik anak lelakinya itu dengan kesal.

"Kamu sebaiknya diam, duduk yang manis lalu lanjutkan makanmu. Biarkan Eomma yang membantu Jinah. Tsk!" ujar Ibu Hyunsuk.

Hyunsuk langsung terdiam, menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu mulai kembali duduk. Ia mulai memakan steaknya kembali sambil sesekali melirik interaksi antara Ibu dan Jinah di sampingnya ini.

Melihat Ibunya yang begitu sayang pada Jinah, entah mengapa hati Hyunsuk menghangat. Sepertinya Ibu Hyunsuk menyukai Jinah.

Ayah Hyunsuk juga sama halnya dengan Ibunya. Kedua orang tua Hyunsuk nampak begitu sayang dan cocok dengan Jinah.

Melihat ini semua, Hyunsuk lantas semakin memantapkan langkahnya untuk mengajak Jinah ke jenjang yang lebih serius.

Apakah Hyunsuk tidak khawatir dengan kariernya? Hahaha... Tidak. Karier dan cinta ingin Hyunsuk jalani dengan seimbang.

Namun, tanpa sepengetahuan siapapun hanya adik Hyunsuk lah yang nampak terus menatap Jinah dengan dingin dan terkesan tak suka dengan Jinah. Jinah jelas menyadari itu. Dan yaaa... Ini sedikit membuat Jinah tak nyaman.

Haruskah Jinah mengadu pada Hyunsuk? Tentu itu tidak akan Jinah lakukan. Jinah mencoba memahami sikap adik Hyunsuk ini.

Jinah akan berusaha mengambil hati adik Hyunsuk jika ia semakin dekat dengan keluarga ini. Lagipula, bukankah ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa 'tak kenal maka tak sayang'?

Seperti itulah yang terjadi pada adik Hyunsuk saat ini.

Setelah makan malam Ayah dan Ibu Hyunsuk mengajak Jinah serta Hyunsuk ke balkon rumah mewah mereka untuk menikmati teh hijau sambil berbincang.

Tadinya Ayah Hyunsuk juga turut serta mengajak adik Hyunsuk. Tapi, seperti yang sudah bisa Jinah tebak. Gadis belasan tahun itu langsung menolak tegas dengan beralasan bahwa tugas sekolahnya sudah menumpuk dan harus segera ia kerjakan.

Namun, Jinah paham bahwa itu hanya alasan adik Hyunsuk saja. Sebenarnya adik Hyunsuk hanya berusaha menghindar karena tak ingin berlama-lama melihat wajah Jinah atau terlibat obrolan dengan kekasih kakak lelakinya ini.

Dimension [TREASURE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang