SELAMAT MEMBACA
•
•
•Matahari masuk melewati celah-celah ventilasi, membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya yang lelap. Senna bangun dan menatap sekitarnya, ia melihat jam dan terkejut saat waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi.
Senna terkejut karena tak biasanya ia bangun pagi, apa karena ada kedua orang tuanya? Entahlah Senna tidak tahu, ia turun dan berjalan menuju kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Senna selesai dengan ritual mandinya. Ia bersiap untuk pergi ke sekolah. Senna memakai rok dan baju sekolahnya. Setelah itu ia mengeringkan rambut dan memakai make up tipis.
Senna keluar dan berjalan menuju kamar Leone, ia masuk kemudian duduk di atas tempat tidur.
Leone terkejut saat melihat adiknya yang tengah duduk di atas tempat tidur. Ia menghela nafas kemudian menghampiri Senna.
“Ada apa?” tanya Leone.
Senna hanya menggeleng dan mengulurkan kedua tangannya.
“Peluk,” Leone menggeleng kemudian mendekatkan tubuhnya. Ia memeluk Senna cukup lama hingga akhirnya suara Jeslyn mampu membuat pelukan mereka terlepas.
“Kalian ini, sudah besar tapi masih seperti anak kecil. Ayo turun, kita sarapan.” Setelah itu Jeslyn pergi meninggalkan Leone dan Senna yang masih berada di sana.
“Kakak, Senna tidak ingin pergi ke sekolah.” ucap Senna sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.
Leone mengangkat sebelah alisnya kemudian bertanya.
“Kenapa?”
“Tidak, mau. Senna ingin ikut Kakak ke kantor.”
Leone menghela nafas dan mengusap puncak kepala Senna sebelum menjawab.
“Kakak akan membelikanmu sesuatu jika mau sekolah.”
Kedua mata Senna berbinar setelah mendengar perkataan Leone.
“Apa?”
“Rahasia, sekarang turun dan kita sarapan.” Leone berjalan lebih dulu keluar dari kamar, sebelum akhirnya Senna mengikuti dari belakang.
Mereka duduk dan memulai sarapan tanpa ada yang berbicara. Setelah itu Senna mengambil tas dan memakai sepatu. Ia keluar dan menghampiri kakaknya.
“Senna, hari ini Daddy yang akan mengantarmu.”
“Memangnya Kakak mau ke mana?” tanya Senna dengan raut wajah sedih.
“Kakakmu harus pergi ke kantor ke lebih awal, jadi Daddy yang akan mengantarmu.” ucap Christian sambil menatap putri kesayangannya.
“Tapi—” Ucapan Senna terpotong saat tiba-tiba saja Davide datang dan mengatakan sesuatu pada Leone. Membuat Senna tak bisa melanjutkan ucapannya karena Leone sudah pergi.
Melihat putrinya yang hanya diam, Christian menghampiri Senna dan mengusap puncak kepalanya.
“Ayo kita pergi, ini sudah siang.”
Senna hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil.
“Hey, kau tidak senang Daddy yang mengantarmu?” tanya Christian saat mereka dalam perjalanan.
“Bukan begitu, kenapa Kakak tidak bilang bahwa akan ke kantor lebih awal?” balas Senna sambil menundukkan kepalanya.
“Mungkin dia lupa, karena terlalu banyak pekerjaan.”