SELAMAT MEMBACA
Deg!
Damian.
Perlu kalian tahu bahwa pria itu adalah kakak kelas dengan julukan prince charming. Dan kini berada di hadapannya dan memeluk tubuhnya.
Astaga. Yang benar saja.
Senna sangat malu.
•
•
•"Are you okay?"
"I'm fine," Senna menggigit bibir saat Damian tak kunjung melepas pelukannya.
Seakan tersadar Damian menjauhkan tubuhnya dan bergumam.
"Sorry,"
Entah terdengar atau tidak oleh Senna, tapi gadis itu hanya diam dan menundukkan kepalanya.
"Ehm, kalau begitu Senna permisi."
Sebelum melangkah, Damian mencekal tangan Senna dan membuat gadis itu menoleh untuk melihatnya.
Terkejut?
Tentu saja, seluruh tubuhnya terasa dingin sekarang.
"Kita perlu bicara," kata Damian membuat Senna terkejut—karena ini pertama kalinya pria itu mengajaknya bicara.
"Sekarang?" tanya Senna.
"Hm, lagi pula setelah ini tak ada guru yang masuk'kan?" Damian menatap Senna, menunggu jawaban gadis itu.
"Kita akan bicara di mana?"
"Di cafe dekat sekolah," Damian melihat ekspresi terkejut dari wajah Senna, tapi tak lama kemudian gadis itu menyetujui ucapannya.
Senna masuk ke dalam kelas dan meraih tasnya, setelah itu ia pergi berjalan kaki menuju cafe dekat sekolah.
Karena belum pernah ke sini sebelumnya, Senna mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan menemukan Damian yang tengah bersama beberapa temannya.
Apa dirinya harus pergi ke sana? Melihat teman-teman Damian membuat Senna malu.
Dari jarak yang cukup dekat Damian melihat Senna yang tengah berdiri, setelah melihatnya gadis itu mendekat dengan senyum canggung pada teman-temannya.
"Jadi ini yang sering dibicarakan orang-orang? Anak pemilik sekolah yang cantik," ucap salah satu teman Damian yang bernama Niel.
Mendengar hal itu Senna hanya tersenyum dan menggigit bibirnya—malu dan gugup.
"Duduklah," titah Damian membuat Senna terkejut dan mendudukkan diri di sampingnya—karena hanya itu kursi yang kosong.
"Straight to the point, aku ingin kau memberi tahu Ayahmu agar pertandingan basket dimajukan." tegas Damian membuat Senna mengangkat kepala karena ucapannya.
"Kenapa? Bukankah dua Minggu lagi?" tanya Senna bingung.
"Karena captain kita ini harus pergi ke Italy seminggu sebelum pertandingan," jelas Harry yang merupakan teman Damian juga.
Senna mengangguk mengerti sebelum menjawab.
"Baiklah, Senna akan mengatakannya saat pulang nanti."
Damian menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi, ia mengamati Senna yang tengah memainkan jemarinya.
Cantik—gumamnya dalam hati, tanpa sadar sudut bibirnya terangkat ke atas dan membentuk senyum tipis.
Melihat hal itu sontak ketiga temannya saling melirik satu sama lain dengan tatapan penuh arti.