SELAMAT MEMBACA
Senna tersenyum miris, ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah dan berjalan ke depan karena Angel mengajaknya untuk berangkat bersama.
Tapi tak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya. Saat kaca mobilnya diturunkan, Senna benar-benar terkejut saat melihat orang itu.
Deg?!
•
•
•Dave?!
Ya Tuhan, lagi-lagi?
Senna menggigit bibirnya, bagaimana ini?
Senna melihat kursi belakang yang kosong. Tidak ada Angel dia sana.
"Angel mana?" tanya Senna.
"Masuklah, nanti ku ceritakan." jawab Dave dari dalam mobil.
Senna mengangguk dan masuk, setelah melihatnya memakai seat belt, Leone segera melajukan mobilnya menuju sekolah.
"Angel tidak memberitahumu?" Dave memulai percakapannya setelah cukup lama diam.
Senna menoleh dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Dia pergi bersama Ray." Dave melihat Senna, gadis itu terlihat sedikit pucat dari biasanya.
Senna mengangguk mengerti, ia bingung harus menjawab apa.
Selama perjalanan Dave bertanya tentang beberapa hal pada Senna, dengan senang hati gadis itu menjawabnya.
Dave membuat suasana di dalam mobil tak canggung lagi, dan itu membuat Senna nyaman. Ternyata Dave adalah orang yang suka melucu dan mudah berbaur.
"Wajahmu pucat, kau belum sarapan?" tanya Dave pada Senna.
"Sudah—"
Ucapan Senna terpotong saat perutnya tiba tiba saja berbunyi. Rasanya Senna ingin menghilang saja dari hadapan Dave. Memalukan.
Dave tersenyum geli saat melihat wajah Senna yang memerah, ia membelokkan mobilnya untuk menuju restoran terdekat.
"Kita sarapan dulu, nanti kau sakit." ucap Dave membuat Senna terdiam beberapa saat.
"Tapi nanti kita terlambat." Senna melihat jam di ponselnya, pukul tujuh pagi.
Dave menoleh dan menatap Senna sebelum berbicara.
"Memangnya kenapa? Kesehatanmu lebih penting."
Untuk pertama kalinya Senna merasa tidak khawatir saat dirinya terlambat, ia malah merasa senang.
Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah restoran mewah dengan lampu warna-warni terpasang di papan namanya, yang berlabel Raffaello Restaurant.
Senna merasa asing dengan restoran itu. Selama ini, Senna tidak pernah merasakan suasana luar, karena Leone selalu melarangnya untuk keluar rumah sendirian.
"Ayo." Dave membuka pintu mobil untuk Senna, lalu mengulurkan tangannya kepada Senna. Dengan wajah memerah dan gugup, Senna menyambut tangan Dave dan merasakan genggaman erat pria itu di tangannya.
"Kau ingin pesan apa?" tanya Dave setelah mereka duduk dan seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan.
"Ehm ... " Senna menggigit bibirnya saat membaca buku menu, ia tidak mengerti dengan bahasanya. Pasalnya ini adalah restoran Italia dengan menu khas dari negara yang sering disebut sebagai Lo Stivale atau sepatu bot.