Gatau apaan, baca aja pokonya.
.
.
.
.
.
."Kamu udah mau menikah ya, nak?" Tanya wanita paruh baya itu dari seberang sana.
Nayeon tersenyum, ia menatap wajah sang bunda dari layar ponselnya. "Iya Bunda, Bunda nanti datang kan?"
"Pasti dong. Tapi Bunda gak bisa janji sama kamu,"
"Setidaknya bunda lihat aku nanti saat menikah. Aku mau kenalin calon suami aku ke bunda sama ayah!"
"Ganteng gak? duitnya banyak?"
Nayeon menatap Kyungsoo yang sedari tadi hanya menonton tv dan bermain hp. "Ganteng! Bunda pasti suka sama wajahnya."
"Kayak gimana-gimana? Dia ada disitu gak?"
Gadis itu tertawa, ia menghampiri Kyungsoo dan duduk disamping pria itu. "Sayang,"
"Kenapa?" Tanya Kyungsoo tidak menatap Nayeon.
"Ihh lihat sini dulu!"
Kyungsoo menoleh, pandangan pertama yang dia lihat adalah wajah wanita paruh baya berambut pendek yang tengah menatapnya.
Kyungsoo tau itu siapa.
"Halo Tante," sapa Kyungsoo
Kang Nara–Bunda Nayeon menyapa Kyungsoo untuk yang pertama kalinya. Setiap laki-laki yang dekat dengan Nayeon, akan dihitung dan dinilai sikap nya oleh Nara.
Kalau cocok diizinkan untuk bersama. Tapi kalau tidak, lelaki itu akan dijauhkan sejauh mungkin agar tidak bertemu dengan Nayeon.
Itulah satu-satunya cara Nara untuk mengawasi putrinya.
"Tante dengar kamu mau menikah sama Nayeon, ya nak?" Tanya Nara lembut.
"Iya Tan, doain ya semoga pernikahan kita lancar nanti,"
"Ya pastilah Tante doain! Tunggu Tante sama Om disana, ya!"
"Siap Bunda!" Itu Nayeon.
Cukup lama mereka berbicara, berbicara banyak hal. Dan tidak lupa selama pembicaraan itu berlangsung, Nara mencatat sikap-sikap dari calon menantunya.
"Sikap Sopan Santun, ramah terhadap orang tua, tidak main tangan, tidak kasar,tidak memotong pembicaraan,bersikap baik dan lembut."
⚪⚪
Ceklek
Gadis muda itu tersenyum di hadapan sang dokter psikolognya. Dengan pakaian nuansa gelap membuatnya seperti membawa aura kegelapan. Dimata sang psikolog, ia begitu rapuh. Park Jihyo.
"Selamat pagi Dok," sapa Jihyo pelan
Psikolog itu tersenyum ramah, dia mempersilahkan Jihyo duduk di hadapannya. Dari matanya, terlihat sangat sendu.
"Pagi Jihyo,"
"Bagaimana keadaan kamu sekarang?"
Jihyo masih menunduk, psikolog itu bisa melihat badan Jihyo yang gemetar menahan tangisannya. Peka, ia mengelus pelan pucuk kepala gadis itu.
Dan tangisan Jihyo pecah.
"D-dokter..saya capek, tadi malam saya l-lihat...orang tua s..saya.." Jihyo menangis di hadapan psikolognya.
Sebut saja dia Kim Doyoung, ahli psikologi pilihan Jihyo sejak dulu.
"Saya tau tentang perasaan kamu, Jihyo. Tapi kamu gabisa nyerah gini, apa yang kamu lihat itu adalah halusinasi yang disalurkan dari otak kamu. Diakibatkan oleh penumpukan stres dan kurang tidur, otak mulai berhalusinasi tidak jelas."

KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ ANOTHER | Naysoo
Fanfiction𝐊𝐲𝐮𝐧𝐠𝐬𝐨𝐨 𝐱 𝐍𝐚𝐲𝐞𝐨𝐧 Mengejar atau Dikejar? tentu saja Mengejar. Itu adalah prinsip dari gadis yang bernama Im Nayeon, humoris dan humble namun menyukai lelaki yang cuek. Bagaimana jadinya jika Nayeon mengejar lelaki yang sama sekali tak...