"Kok lama banget? Habis ngapain aja?"
Keisya langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar pernyataan itu. Ia menolehkan kepalanya menghadap Reza yang sedang duduk bersandar di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Habis belanja, lah. Tadi kan gue udah izin."
"Mama sama Papa, ke mana?" tanya Keisya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan orangtuanya.
"Di kamar," jawab Reza.
Keisya hanya ber-oh ria, ia melangkahkan kakinya berniat untuk menuju ke kamarnya. Tetapi, langkahnya kembali terhenti ketika mendengar suara Reza.
"Mau ke mana? Sini dulu," pinta Reza sambil menepuk tempat di sebelahnya.
"Ngapain?"
"Sini aja dulu."
Keisya menurut, ia berjalan mendekati Reza dan duduk di sebelahnya dan menaruh barang-barang belanjaannya di samping ia duduk.
"Kenapa?" tanya Keisya setelah mendaratkan bokongnya.
"Gak kenapa-napa," jawab Reza cuek.
"Lah? Kok ngeselin?"
"Ngeselin gimana?"
Keisya diam, tidak lagi menyahut. Ia terus memperhatikan abangnya yang sedari tadi hanya diam menatap ponselnya.
"Abang gue kenapa, ya? Kok kaya orang lagi bingung?" batin Keisya yang sedari tadi terus memperhatikan gerak-gerik Reza.
"Nungguin notif dari siapa, sih? Tuh handphone dipegang mulu," ucap Keisya.
Bukannya menjawab, Reza justru memberikan pertanyaan. "Siapa yang lagi nungguin notif, sih?"
Dahi Keisya mengkerut mendengar jawaban dari Reza. "Lah? Terus lo dari tadi ngapain megang handphone mulu?"
"Huftt. Gue masih mikirin cara biar bisa deket sama Nisa."
Keisya yang mendengar jawaban itupun tidak percaya. "Jangan bilang kalau lo masih belum dapet cara buat chat Nisa."
Reza menganggukkan kepalanya pelan tanda ia membenarkan ucapan adiknya itu.
"Ya ampun, tinggal chat doang."
Reza langsung mengubah posisi duduknya menjadi mengahadap Keisya dan langsung memeluk tubuh adiknya itu. "Gak bisa," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya pelan di dalam pelukan Keisya.
"Kenapa?" Jari-jemari Keisya terangkat untuk mengusap pelan rambut Reza.
"Takut gak dibaca, takut gak dibales, takut—"
Keisya yang kesal dengan alasan yang diberikan oleh abangnya itupun langsung memotong ucapannya. "Kebanyakan takutnya!"
"Serius, gue takut gak dibaca sama Nisa."
"Kenapa takut? Kan belum dicoba." Keisya terus mengusap pelan rambut abangnya.
Reza memejamkan matanya karena merasa nyaman akan usapan adiknya, ia semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Keisya.
"Ya, siapa tau aja gak dia baca, soalnya kan Nisa belum nyimpen nomor gue. Nanti disangkanya nomor gue itu nomor orang asing," jawab Reza.
"Makanya dicoba dulu!"
"Gak bisa! Tadi gue udah nyoba buat ngetik, tapi gak gue kirim."
"Kenapa gak dikirim? Tinggal kirim aja ribet amat!"
Reza yang kesal dengan jawaban sang adik akhirnya pun melepaskan pelukannya dan memberi jarak di antara dirinya dan Keisya.
"Kan udah gue bilang, kalo gue takut gak dibaca sama orangnya! Lo enak tinggal ngomong doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] #1 cintadalamdiam (27/05/21) #1 loveinsilence (29/05/21) Ini kisah tentang dua manusia yang saling mencintai dalam diam. Arka Bagaskara. Seorang laki-laki tampan yang berusia 16 tahun itu menyukai adik dari sahabatnya secara di...