Part 20: Fear

1.2K 289 76
                                    

"Ha-hahaha" Wooyoung tertawa garing dan menatap Mark dan Hyunsuk bergantian meminta bantuan untuk menyelamatkan suasana yang ada.

"Hahahahaha Yohan emang lucu banget kaya badut" Kata Hyunsuk

"Yohan tuh nganggep lo ganteng, Bin. Bukan gila. Gengsi aja dia mah, iya nggak Yong" Mark menyenggol Wooyoung dengan wajah paniknya.

"Ha-hahaha iya bener—"

Yohan memotong cepat. "Enggak, lo beneran gila, Bin"

Changbin sudah menatap tajam Yohan di depannya. Rahangnya mengetat keras. Nafasnya yang awalnya teratur berubah menjadi dengusan pendek.

Wooyoung, Mark, dan Hyunsuk menelan ludahnya susah. Yohan benar-benar tidak sedang bercanda, pemuda itu balas menatap Changbin lurus-lurus.

Hyunsuk mencondongkan diri pada telinga Yohan dan menekan gigi-giginya lalu berbisik tajam.

"Lo boleh ngatain di belakang tapi jangan di depannya anjing maneh nyari mati ha?!"

"Lo tuh gila tau nggak, Bin!" Yohan menaikkan suaranya tak peduli dengan bisikan Hyunsuk.

"Lo nggak liat gue punya telinga? Mark punya telinga, Hyunsuk sama Wooyoung juga punya telinga, Bin. Orang-orang di depan lo ini emang nggak pernah bener, paling lurus juga palingan Mark doang. Tapi seenggaknya kita masih punya telinga buat dengerin semua masalah lo"

Changbin mengerjap-ngerjap, rahangnya yang tajam perlahan melunak, mata tajamnya berubah sayu mendengar kalimat panjang itu.

"Lo bukan superhero, anjing! Nggak usah sok-sokan nanggung semua sendirian. Gila lo ya? Masalah segede ini lo pendem sendiri?! seenggaknya ada secuil yang lo bagi biar seseknya ilang, biar lo nggak keberatan bawa beban. Lihat sekarang? Ketika lo kebanyakan bawa beban, lo nggak bisa jalan kemana-mana, lo masih stuck di tempat dimana lo dapet semua beban itu. Lo nggak gerak, Bin. Nggak pernah"

Mark, Wooyoung, san Hyunsuk menghembuskan nafas pelan. Omongan Yohan tak salah, sikap Changbin juga tidak salah. Tapi mana ada teman yang tega melihat yang lainnya kesakitan sendirian seperti ini.

Mark menghela pelan. "Again, kita nggak pernah maksa lo buat cerita, Bin. I know sometimes it's hard to tell. Itu belum ketambah kalo elo punya trust issues dan nggak percaya sama kita. Tapi bener kata Yohan, seenggaknya ada beban yang lo bagi. Biar jalan lo kedepannya ringan"

"Bin, kita yang cuma tau dari luar aja tau udah separah apa keadaannya, gimana lo sendiri yang jalanin itu semua? Dude, how THE HELL you still stay alive padahal lo udah ditembak dari banyak arah?" Kata Hyunsuk menyahut.

"Seenggaknya juga, lo akan sedikit lega kalo cerita. Seenggaknya kalo lo udah nggak kuat, lo masih punya orang buat berbagi dan paham apa yang lo rasain" Wooyoung menghembuskan nafas panjang. Pemuda itu menatap Changbin lurus-lurus. "Gue nggak pinter nyari solusi, tapi seenggaknya gue tau tempat makan yang enak, gue tau tempat yang bagus buat healing, atau cafe yang worth buat ngopi. Kalo lo lagi mumet tinggal bilang mau kemana gue temenin"

Changbin mendengus pelan. Bingung bagaimana caranya ia memberitahu teman-temannya tentang semuanya. Ia tak biasa berbagi hingga tak tau caranya membagikan masalahnya. Ia bukannya tak percaya, hanya saja, belum siap untuk bercerita. Ayolah, menceritakan semuanya, mengulang semua memorinya tak semudah itu.

"Dari dulu, gue selalu sendiri. Gue nggak punya temen buat cerita semuanya, jadi kebawa sampe sekarang, gue nggak tau mulai ceritanya dari mana. Bukannya nggak mau cerita, gue cuma... belum siap cerita"

Changbin menghela nafas panjang. Bukan hanya itu sebenarnya. Tapi juga, "Disisi lain, lo semua pasti punya masalah masing-masing, gue nggak mau bebanin lagi sama masalah gue"

Geng Ubur-Ubur: Dream, Fear, And LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang