8. Crisis

331 58 15
                                    

"..hatiku yang terdiam dan tidak mengatakan apapun yang diinginkannya atau aku yang tidak bisa mendengarnya."

"Yuri-ya, apa maksudmu.."

"Maksudku adalah aku bahkan tidak tahu persisnya apa yang hatiku inginkan saat ini.", sela Yuri dengan sorot matanya yang terlihat sedih.

"Tapi Sehun-ah, aku sudah memikirkannya sepanjang waktu. Kurasa tidak ada salahnya untuk kita mengambil waktu rehat sementara.", ucap Yuri membuat Sehun terkejut dan sama sekali tidak setuju dengan saran yang diberikan oleh wanita itu.

"Aku tidak berpikir itu ide yang bagus.", balas Sehun berusaha untuk menolak ide Yuri.

"Tidak, menurutku itu yang terbaik. Kau sudah dewasa dan pasti mengerti maksudku mengambil keputusan ini. Bukan hanya untukku tapi untukmu juga. Ini untuk kebaikan kita bersama. Jadi, tolong maklumilah.", Yuri terlihat menghembuskan nafasnya pelan lalu memutuskan tatapan matanya pada Sehun lebih dulu dengan menundukkan kepalanya dan menatap kedua kakinya.

"Pulanglah, kau tidak perlu mengantarku.", ucap Yuri lalu melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Sehun tanpa berbalik lagi bahkan hanya untuk melihat reaksi pria itu.

Yuri terus berjalan untuk menenangkan hatinya lalu berhenti dan memberhentikan taksi yang akan ditumpanginya sampai ke tempat tujuan.

"Samdong Village.", Yuri memberitahukan tujuannya lalu memilih untuk menatap ke jalanan dengan menyandarkan kepalanya ke jendela.

"Benarkah yang aku lakukan ini? Akankah aku menyesal nanti?", batin Yuri merenungkan keputusannya sendiri. Padahal sebelumnya ia sudah meyakinkan dirinya sendiri, tapi ternyata keraguan itu tetap bersemayam di dalam hatinya.

Setelah beberapa menit, Yuri turun di lingkungan apartement yang disebutkannya. Ia pun turun dari taksi setelah membayar ongkos lalu masuk ke dalam kawasan apartement itu untuk menemui seseorang yang tinggal di sana.

Yuri menaiki anak tangga satu per satu dan berhenti tepat di lantai tiga. Lalu ia berjalan ke arah salah satu pintu yang terletak di tengah dan menekan bel sampai sang pemilik rumah membukakan pintu untuknya.

Saat pintu terbuka, Yuri melihat sosok pria yang baru ditemuinya beberapa saat lalu dan menghabiskan waktu bersamanya selama beberapa jam untuk membuat Kimchi hari itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?", tanya Kai dengan suara paraunya karena sepertinya dia terbangun karena bel pintu.

"Aku akan menginap.", tanpa menunggu persetujuan Kai, Yuri mendorong pria itu lalu masuk ke dalam apartementnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

"Yakk! Aku sudah seharian melihatmu, besok juga melihatmu. Apa kau tega pada kesehatan mentalku?",

"Oi! Seharusnya kau berterima kasih padaku karena menunjukkan wajah cantikku setiap saat padamu.", balas Yuri dengan posisinya yang menyandarkan kepalanya pada kepala sofa dan ia juga memejamkan matanya.

"Sial sekali hidupku karena mengenal orang gila sepertimu.", maki Kai kesal namun akhirnya bergabung untuk duduk di sebelah Yuri.

"Jadi katakan, apa maumu?", tanya Kai lugas.

"Jangan berikan alasan klise seperti ingin melihat wajahku yang tampan ini.", peringat Kai sebelum Yuri menjawab dengan jawaban yang sangat tidak memuaskannya.

"Cih, menjijikan sekali.", balas Yuri yang sudah membuka matanya dan menatap ke arah teman terdekatnya itu dengan tatapan jengkelnya lalu ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan apa yang ingin dikatakannya.

"Tadi aku bertemu dengan Sehun dan meminta rehat sementara untuk memikirkan kedepannya.", cerita Yuri yang membuat Kai terkejut pada pilihan Yuri.

"Itu bagus. Kau melakukan hal yang benar. Akhirnya kau mengikuti perkataanku.", balas Kai sedangkan Yuri menatap ke arahnya dengan kening berkerut.

Sunny Days, Summer Nights (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang