11. Dear You

379 56 23
                                    

"..bagiku, kita sudah berada di dua jalan terpisah dengan tujuan yang berbeda."

Sehun tidak menjawab, bukannya dia tidak ingin, tapi lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan apa yang sudah ada dipikirannya saat ini.

"Pergilah, aku ingin sendirian.", Yuri berbalik dan membelakangi Sehun karena tidak ingin terlihat menyedihkan dimata pria itu.

Kesunyian yang mencekam menyelimuti ruangan yang berisikan dua insan dengan berbagai pikiran dalam kepala masing-masing.

"Aku mohon. Berikan aku privasi.", ucap Yuri lagi sambil menahan tangisnya yang akan segera pecah makanya ia bersikeras membuat Sehun pergi dari kamar itu.

Sehun menatap punggung Yuri dengan tatapan sedihnya. Lalu akhirnya ia memutuskan untuk pergi seperti yang diinginkan Yuri darinya.

"Baiklah, aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir lebih dalam perihal ini dan aku juga akan merenungkan kesalahanku..", Sehun menghentikan ucapannya sejenak karena ia merasa tenggorokannya seakan tercekat oleh kenyataannya yang masih begitu mengejutkannya.

"..dan jangan lupa minum obatmu. Aku benci melihatmu sakit.", tambahnya sebagai penutup perkataannya.

Dengan sangat berat hati, Sehun meninggalkan kamar hotel tempat Yuri menginap dan saat ini berjalan menuju ke tempat dimana mobilnya ia parkirkan.

Setelah masuk ke dalam mobil, Sehun tidak langsung pergi. Dengan tatapan kosongnya ia menatap lurus ke luar mobil yang mana menunjukkan gelapnya malam musim panas itu.

Bahkan ia seakan bisu dan tidak berkata-kata lagi walau hanya untuk menyemangati dirinya sendiri. Pikirannya terlalu kalut memikirkan kesalahan apa yang telah diperbuatnya kemarin hingga Yuri seperti ini padanya.

Tanda tanya besar dalam diri Sehun akhirnya terjawab saat pria itu tidak sengaja menemukan dompet yang sering dilihatnya digunakan oleh Yuri. Terlebih lagi, dompet itu adalah salah satu hadiah darinya beberapa saat yang lalu.

"Dia meninggalkannya di sini..", ucapan Sehun terhenti ketika ia mengingat soal Sejeong yang sudah ada di dalam rumahnya saat ia tiba.

Gadis itu memang sempat menarik tengkuknya dan menyatukan bibir mereka saat itu, namun Sehun yang terkejut baru mendorongnya setelah beberapa saat kemudian.

"Mungkinkah..", Sehun bergumam pelan lalu ia keluar dari mobilnya dan berniat untuk menemui Yuri lagi sambil membawa dompet milik wanita itu di tangannya.

~

Setelah Sehun pergi, Yuri menangis dengan tersedu-sedu di kamarnya sendirian.

Rasa sesak dihatinya terus saja berkembang, seakan terus menggerogoti tubuhnya dari dalam yang membuat sekujur tubuhnya terasa ngilu.

Ia turun dari ranjangnya dan berniat pergi dari kamar itu walau infus masih berada di tangannya.

Yuri menatap bubur yang sudah disiapkan Sehun untuknya sebelum ia bangun tadi. Bubur yang spesial karena hanya pria itu yang tahu bagaimana cara membuatnya dan karena itu juga menjadi menu kesukaan Yuri.

Tanpa diminta, air mata yang sudah dihapusnya kembali turun sampai suara bel pintu membuat Yuri kembali menghapus air matanya.

Yuri berjalan ke arah pintu dan melihat wajah Sehun pada layar kecil yang ada di sebelah pintu itu.

"Aku akan menjelaskan semuanya. Jadi aku mohon dengarkan penjelasanku padamu.", ucapnya karena ia yakin Yuri juga mendengarkannya saat ini.

Beberapa detik hingga hampir berganti ke menit, Yuri belum memberikan jawabannya. Sehun terlihat sudah cukup putus asa karena ingin menjelaskan kesalahpahaman diantara mereka.

Sunny Days, Summer Nights (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang