Yuri mengendarai mobilnya hingga sampai ke rumahnya dengan pakaiannya yang basah. Namun ia tidak terlalu mempedulikan bahwa tubuhnya sudah menggigil kedinginan saat ini.
Sepertinya rasa sakit di hatinya jauh lebih besar dan seakan membuat seluruh tubuhnya mati rasa.
Mobilnya diparkirkan sembarang di depan rumahnya sedangkan sang pemilik langsung masuk dan menuju ke kamarnya.
Suara dentuman pintu yang ditutup dengan keras memenuhi ruangan, untung saja hanya ada Yuri disana jadi tidak ada yang mengeluhkannya.
Yuri yang awalnya sudah bertekad untuk langsung pergi mandi, tiba-tiba seperti mematung di tempatnya.
Kesunyian di dalam kamarnya membuat dirinya kembali memikirkan soal Sehun yang dilihatnya tadi.
Dengan bersandarkan pintu kamarnya, Yuri terduduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya di sana.
Air mata perlahan turun dari kedua matanya. Pada akhirnya wanita itu tidak bisa menahannya lagi, ia sudah menemui batas akhir dari kekuatannya.
Di tengah gelapnya ruangan itu, Yuri menangis sejadinya. Sendirian tidak ada yang mengetahuinya.
Beberapa menit wanita itu meluapkan seluruh emosinya, matanya terasa berat dan Yuri pun tertidur dengan posisinya yang masih sama seperti sebelumnya.
~
Pagi-pagi sekali Kai datang ke rumah Yuri dengan terburu-buru untuk memberikan kabar pada wanita itu.
Saat ia masuk, dilihatnya Yuri yang biasanya melakukan olahraga pagi di ruang tengah, tidak ada disana.
"Dia masih tidur?", gumam Kai lalu berjalan menuju ke kamar Yuri.
Saat baru saja ia memegang knop, tiba-tiba pintu itu terbuka dan berhasil membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
"Ck, apa yang kau lakukan?", tanya Yuri sinis saat melihat Kai jatuh persis di depan kakinya.
"Yakk! Setidaknya beri aba-aba dulu jika kau ingin membuka pintu!", omel Kai yang sudah berdiri sambil mengusap tangannya yang sakit akibat menahan tubuhnya atau ia harus mendapati tulang hidungnya patah.
"Terserah aku. Inikan kamarku.", balas Yuri asal lalu berjalan ke arah dapur dan membuat susu hangat untuk dirinya.
"Ada apa datang pagi-pagi begini?", tanya Yuri.
"Eoh, itu. Sebenarnya aku salah membaca jadwal dari sutradara.", ucap Kai dengan takut-takut karena kesalahannya bisa dibilang sangat fatal.
"Lalu?"
"Bukan besok, tapi kau harus berangkat hari ini.", Yuri meletakkan kembali gelas yang ada di tangannya dan beralih menatap pria itu sekarang.
"Kau tidak akan melempar gelas itu padaku kan?", tanya Kai takut-takut namun reaksi Yuri setelahnya sama sekali tidak disangkanya. Wanita itu justru melepaskan gelas itu dan bersiap pergi ke kamarnya.
Melihat Yuri yang tidak marah sama sekali membuat Kai merasa heran dan menaruh curiga padanya.
"Ada apa dengannya?", gumam Kai pelan sambil menatap punggung Yuri yang sudah menghilang dibalik pintu kamarnya yang sudah tertutup.
~
Suasana di dalam van itu terasa sangat sunyi karena baik Yuri maupun Kai sama-sama larut dalam pikiran mereka sendiri sejak sampai di lokasi shooting dan menunggu take Yuri
Beberapa kali Kai melirik ke arah Yuri melalui kaca spion dan ia bisa melihat jika wanita itu tidak terlihat sehat saat ini.
"Haruskah aku berbicara dengan sutradara agar kau bisa beristirahat?", tanya Kai yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Yuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny Days, Summer Nights (Completed)
Fanfiction(Special Summer) Romansa hubungan antara sang aktris cantik terkenal dan juga seorang dokter bedah tampan yang memikat hati setiap kaum hawa. "Peraturan nomor satu, kita harus membagi waktu bersama sebaik mungkin.", - Oh Sehun. "Kedua, jangan perna...