Dua

4.6K 290 8
                                        

Hari ini sepertinya bakalan turun hujan, ibunya menyiapkan payung di meja dekat hiasan bunga di toko. Sehabis sarapan Arda mulai membantu beberapa rangkaian bunga pesanan untuk nanti sore, masih ada sekitar lima belas menit sebelum Arda harus menuju Halte terdekat untuk berangkat ke kampus. "Jangan lupa bawa payung nya ya Nak," ibunya memberitahu agar anaknya itu tidak lupa.

Segera Arda menyimpan payung yang disiapkan ibunya, lantas anak itu berpamitan sebelum berangkat ke halte terdekat.

Suara burung terdengar agak gaduh, langit mulai menghitam secara perlahan dan sebaiknya Arda harus cepat supaya tidak keburu turun hujan. Hal yang biasa ia lakukan sehari-harinya harus menuju halte terdekat dengan berjalan kaki, nggak lama, cuman sekitar kurang dari sepuluh menit dirinya sampai dan ternyata banyak orang yang juga nunggu di halte. Arda mengambil posisi di depan agar tidak ketinggalan, namun sepertinya lemah tak berarti karena Arda terdorong mundur oleh penumpang lain ketika busway datang. "Ah, kenapa sih harus dorong-dorongan." Sambil kesal dalam hatinya Arda menyempatkan duduk di kursi yang tersedia di halte tersebut.

Tapi tiba-tiba...

"Haiiiiiiiii Arda...."

Arda mendengar suara cempreng yang sangat ia kenali, tapi anehnya disusul dengan suara motor yang bergerombol datang. Sampai terkejut Arda melihat sekitar beberapa pengendara motor hitam dengan jaket serba hitam juga, macam Genk motor jalanan. Mereka semua berhenti di depan halte, anehnya seorang dari mereka membonceng Hanum.

"Hanum?" Wajahnya bingung, dahinya berkerut. Sungguh Arda beranggapan dalam hatinya kalau temen wanitanya itu ikut komplotan Genk motor jalanan sepertinya.

Hanum menarik anak itu dan malah memberikan helm cadangan, "Ini pakai cepet, kita ke kampus dianterin mereka." Entah kenapa cewek ini percaya diri banget kalau Arda bakalan ikut.

Hanum langsung naik kembali ke jok motor belakang milik Bastian. Lalu mereka semua mulai kembali berkendara untuk menuju kampus. Eh tapi tidak dengan Doni, ketua dari The Rebellion itu masih duduk diam di atas motor menunggu Arda yang malah kayak orang bingung sambil pegang helm.

Teeettt!

"Astaghfirullah." Arda kaget ketika Doni membunyikan klakson motornya, hal itu memecah lamunan Arda yang masih berpikir kalau Hanum adalah cewek nakal yang gabung dalam Genk motor jalanan.

Doni tidak banyak bicara, masih pakai helm lengkap dengan masker. "Naik." Langsung saja dia menyuruh Arda untuk naik.

Tapi masih saja Arda bingung dan berlagak kikuk. "Eh.." tuh kan Arda bingung, jujur hal itu malah membuat Doni terkekeh pelan, beruntung masker yang dia pakai tidak memperlihatkan hal itu.

Tanpa menunggu lama lagi Arda mulai mengenakan helm tersebut, anak itu mulai naik di bagian belakang motor milik Doni. Doni telah siap untuk mengendarai, "Pegangan." Doni mengintruksikan hal itu, tapi lagi-lagi Arda tidak cepat melakukannya.

"Hmm?" Dia malah kayak orang bingung,

"Pegangan..." Ulang Doni lagi dengan suara berat pria itu.

Perlahan Arda mulai memegang bagian lingkar pinggang pria dengan perawakan maskulin tersebut. Maksudnya Arda menggenggam jaket yang dikenakan pria itu sebenarnya, karena jujur saat ini Arda harus senang karena dianterin ke kampus atau dirinya harus merasa takut karena saat ini dirinya membaca tulisan di jaket pria itu ternyata bertuliskan 'The Rebellion', langsung deh Arda inget sebelumnya mengenai Genk di kampusnya itu. Arda bahkan berpikir gini "Jadi, ini yang nganterin aku ke kampus dan yang ngendarai motor ini tuh siapa?" Nggak mungkin Bastian kan, karena Arda tau pasti sebelumnya yang bonceng si Hanum itu adalah Bastian. Lalu ini siapa? Arda masih bertanya-tanya.

The RebellionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang