Bab. 21

295 21 0
                                    

"Lo ngapain disini?" Tanya Salsa menghampiri Saga setelah meminta izin pada Nindi dan teman-temannya.

"Duduk sana yuk?" Bukannya menjawab pertanyaan Salsa, Saga malah menggandeng tangan Salsa dan mengajaknya untuk duduk di bangku yang berada di tengah-tengah taman.

Keduanya duduk saling berdampingan dengan mata menatap kearah anak-anak kecil yang sedang bermain di depan sana.

"Gue senang ternyata lo nggak sedingin itu sama mereka. Bahkan lo dapat bicara panjang juga." Ucap Saga dengan memalingkan wajah menatap Salsa.

Salsa yang mendengar penuturan Saga memutar bola matanya malas. Salsa juga merasa heran pada dirinya sendiri yang biasanya dingin tak tersentuh dapat berbicara begitu panjang dengan anak-anak yang usianya jauh dibawahnya. Tapi, dibalik semuanya ada kebahagiaan dalam lubuk hati Salsa.

"Gue pikir lo juga nggak mau berteman sama anak kecil." Kembali Saga mengeluarkan apa yang ada di pikirannya  sedari tadi.

"Gue cuma nggak mau aja masa kecil mereka sama seperti gue yang selalu dicampakkan. Meskipun mereka nggak punya orang tua, tapi setidaknya mereka dapat merasakan kasih sayang dari orang-orang disekitar mereka."

Salsa mengingat sisi kelam masa kecilnya. Dimana hanya ada orang tuanya yang menyayanginya. Teman-teman bahkan keluarganya tidak ada yang mau menerima dirinya. Namun, sekarang Salsa sudah bangkit. Sudah tidak ada lagi Salsa yang lemah.

Saga menyadari ada sirat kesedihan yang terpancar dari bola mata indah itu. Setiap berbicara mengenai teman pasti ada kesedihan yang terpancar dari dalam diri Salsa. Saga yakin Salsa yang sekarang terlihat kuat sebenarnya adalah Salsa yang rapuh yang sedang bersembunyi di balik topengnya.

"Gue tau gimana rasanya dijauhi oleh orang-orang disekitar kita. Gue nggak punya teman. Bahkan keluarga besar gue aja nggak mau menerima kehadiran gue. Gue dibully. Sakitnya lagi orang yang udah gue anggap sebagai sahabat mereka hianatin gue. Mereka nusuk gue dari belakang. Sakit bangat Ga."

Salsa menumpahkan segala kepedihan yang ia sembunyikan selama ini dihadapan Saga. Salsa yang biasanya berbicara datar kini digantikan dengan Salsa yang rapuh. Sudah berapa kali Salsa menjatuhkan air mata dihadapan Saga. Dan kini Saga sudah dapat mengetahui alasan Salsa yang tidak ingin berteman.

Saga menarik tangan Salsa menggenggamnya mencoba memberikan ketenangan. "Apa gue boleh tau alasan mereka ninggalin lo?"

"Gue belum bisa jawab Ga." Untuk saat ini Salsa belum bisa memberitahu alasan mengapa  dirinya dicampakkan. Entah kenapa Salsa menjadi takut kalau nanti Saga juga akan meninggalkannya.

"It's okey."

"Dan gue nggak mau hal itu terjadi sama anak-anak disini Ga."

Saga menarik tubuh Salsa, menempatkan kepala Salsa untuk bersandar dipundaknya. Sambil sesekali Saga mengusapnya lembut dan menghapus jejak-jejak air mata di pipi Salsa. Dan entah kenapa Salsa merasa nyaman dan tidak ingin menjauh.

"Lo lihat Nindi." Salsa ikut memandang dimana Nindi yang sedang tertawa bahagian bersama teman-temannya.

"Dia anak korban pembunuhan. Kedua orang tuanya meninggal karena dibunuh. Saat itu usianya masih dua tahun. Dia belum ngerti apa-apa. Lo bayangin betapa malangnya nasib Nindi yang kehilangan kedua orang tuanya sekaligus. Gue nggak tahu pelaku punya dendam apa sampai ngelakuin hal sekeji itu."

Saga menunduk memandang wajah Salsa. Ia tersenyum melihat Salsa yang nyaman bersandar di bahunya.

"Tapi lo lihat Nindi masih bisa tersenyum dan tertawa. Dia lebih suka berteman dan berusaha melupakan kejadian yang menimpanya di masa lalu."

"Lo lihat Yura." Saga kembali bercerita dengan tangan menunjuk kearah Yura yang sedang bermain boneka.

"Ibunya meninggal saat melahirkan Yura. Bapaknya seorang pembunuh bayaran dan sekarang dirinya lagi menetap di penjara. Yura tidak pernah sedikit pun merasakan kasih sayang kedua orang tuanya."

"Lo tahu gimana rasanya jadi korban pembunuhan. Mereka yang jadi pelaku pun menorehkan luka yang mendalam bagi keluarga mereka. Keluarga mereka yang akan menanggung apa yang mereka perbuat."

Kini konsentrasi Salsa terpecah ketika mendengar perkataan Saga yang terakhir. Dirinya juga masuk kedalam kasus pembunuhan. Tidak terbayang sudah berapa banyak nyawa yang telah ia renggut.

Salsa mengangkat kepalanya dari bahu Saga. Namun, dengan cepatnya kedua tangan Saga sudah menangkup wajah Salsa.

"Apa yang terjadi sama lo dimasa lalu biarlah berlalu. Mulai sekarang buka lembaran baru di hidup lo. Meskipun sedikit tapi, cobalah untuk percaya dan terima orang-orang yang ingin dekat sama lo." Ucap Saga tidak sedikit pun berpaling menatap Salsa.

"Dan satu lagi. Senyum ya? Kayak tadi lo cantik bangat kalau senyum."

Mendengar kalimat terakhir Saga entah kenapa Salsa menjadi salah tingkah. Cepat-cepat dirinya menjauhkan kedua tangan Saga dari wajahnya.

"Lo bisa salting juga ternyata." Tawa Saga menemani keduanya saat ini.

"Saga." Salsa merutuki dirinya yang bisa-bisanya salah tingkah dihadapan Saga. Ditambah lagi sekarang Saga sedang menertawai dirinya. Jangan lupa ingatkan Salsa untuk cepat-cepat menghilang dari hadapan Saga saat ini juga.

"Kak Saga, Kak Salsa. Main yuk?" Suara cempreng Nindi berhasil menghentikan tawa Saga.

"Ayok Nindi kita main. Nggak usah ajak kak Saga." Bukannya marah tidak diajak bermain sama Salsa, Saga malah kembali tertawa melihat tingkah Salsa yang tidak seperti biasanya.

"Kak Saga tutup matanya pake ini ya? Terus keliling buat nyari kita." Ucap Nindi menyodorkan kain berwarna hitam kearah Saga yang berdiri tepat di samping Salsa.

"Kak Salsa aja deh yang nutupin matanya kak Saga." Meskipun masih sedikit kesal tapi tak urung Salsa menuruti perkataan Nindi.

Setelah menutup mata Saga menggunakan kain berwarna hitam yang diberikan Nindi, Salsa segera berpindah. Dan Saga mulai berkeliling mencari keberadaan Salsa dan yang lainnya.

Sepertinya Nindi dan teman-temannya tidak ingin Saga menemukan mereka sehingga mereka memiliki ide untuk mendorong Salsa kehadapan Saga yang sedang berjalan kearah mereka. Kebetulan saat itu Salsa juga tidak begitu menyadari posisinya yang dapat dijangkau Saga. Hingga akhirnya Salsa terjatuh masuk kedalam pelukan Saga.

Saga yang sama kagetnya seperti Salsa dengan reflek segera memeluk pinggang ramping Salsa. Keduanya cukup nyaman dengan posisinya saat ini sampai dimana Saga membuka penutup matanya pun keduanya masih mempertahankan posisinya dengan saling bertatapan sepersekian detik.

"Cie...cie..." Sorak Nindi dan teman-temannya menyadarkan posisi keduanya.

"Sorry," ucap keduanya bersamaan.

"Nindi, lain kali nggak boleh kayak gitu. Untung tadi kak Salsa-nya ditangkap sama kak Saga. Coba kalau nggak?" Nasehat Saga yang mengetahui ini semua pasti ulah Nindi dan teman-temannya.

"Nindi sama teman-teman minta maaf kak."

"Kak Salsa maafin kita ya?"

"Udah nggak apa-apa. Kakak udah maafin kok." Ucap Salsa tersenyum menatap Nindi dan teman-temannya.

"Ga, lain kali nggak boleh gitu kasihan mereka jadi merasa bersalah." Peringat Salsa menatap Saga.

"Apa jangan-jangan lo suka sama pelukan gue?" Bisik Saga ditelinga Salsa.

"Saga..." Teriak Salsa melihat Saga yang sudah berlari bersama Nindi dan teman-temannya sambil tertawa.

My Psychopath GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang