Bab 34

57 3 0
                                    

Kini keduanya sedang makan siang disalah satu rumah makan yang tadi keduanya kunjungi. Setelah lelah bermain pantai dan menghabiskan satu buah kelapa muda Saga memutuskan untuk mengajak Salsa mengisi perut dengan menyantap makanan yang ada di salah satu rumah makan pinggir pantai tersebut.

Saga dengan telaten memisahkan tukang ikan milik Salsa. Padahal Salsa sudah menolaknya dan mengatakn bisa memisahkannya sendiri. Namun, Saga tetaplah Saga dirinya tidak ingin Salsa melakukannya sendiri selagi ada dirinya bersama Salsa. Dan satu hal yang baru diketahui Saga bahwa Salsa tidak menyukai daging ikan yang berwarna cokelat. Berakhir Saga yang menghabiskannya.

"Mau nambah? " Tanya Saga melihat Salsa yang sudah menghabiskan makanannya.

"Gue nggak serakus itu kali Ga harus nambah. "

"Enggak rakus tapi ikan panggang dua ekor lo yang habisin. "

Salsa cemberut mendengar fakta yang diungkapkan Saga. Tadi keduanya memilih untuk memesan nasi beserta ikan panggang. Dan berakhir dengan Salsa yang menghabiskan ikan panggangnya. Saga yang hanya mendapatkan bagian ikan berwarna cokelat yang tidak dimakan Salsa juga kepala ikan.

"Jadi lo nggak iklas? "

"Bu.. Bukan... "

"Ya udah gue ganti uang lo. " Potong Salsa dengan mengeluarkan dompet dari dalam tasnya.

"Ya ampun Sal, baperan bangat sih. " Cegah Saga memasukkan kembali dompet Salsa kedalam tasnya. Saga sedikit merasa bersalah melihat Salsa yang kembali menampilkan wajah datarnya. Padahal tadi Salsa sudah tersenyum bahagia bersamanya.

"Gue minta maaf ya, gue nggak bermaksud gitu sama lo. Gue iklas bangat kok. Bahkan lo mau pesan lagi juga boleh. "

Salsa diam memalingkan wajahnya tidak ingin melihat Saga. Saga dibuat pusing olehnya. Saga bingung sendiri. Pasalnya selama ini dirinya belum pernah menghadapi cewek yang sedang ngambek. Entah apa yang harus dilakukan Saga untuk mengembalikan mood Salsa.

"Gue minta maaf ya. Plis.. Jangan marah ya, " Mohon Saga memegang tangan Salsa.

Hahaha...

Tidak tahan melihat raut wajah bersalah milik Saga akhirnya Salsa meledakkan tawanya. Padahal dirinya hanya berpura-pura marah terhadap Saga. Tapi Saga menganggap seolah-olah Salsa benar-benar marah terhadapnya.

"Jadi, gue dikerjain? " Ucap Saga yang langsung kembali ke posisinya yang pada awalnya duduk berhadapan dengan Salsa. Sebelum duduk disamping Salsa untuk membujuknya

"Ia," Jawab Salsa singkat padat dan jelas.

"Habisnya muka lo lucu tau. "

"Gue bukan badut ya. "

"Hahaha... Ia... Ia. Sorry udah buat lo ngerasa bersalah. "

Setelah aksi saling memaafkan diantara keduanya. Kini Salsa dan juga Saga kembali ke pinggir pantai untuk melihat sunset. Hal ini atas permintaan Salsa. Salsa ingin melihat sunset seperti orang-orang meskipun bukan bersama kekasihnya.

"Sunset nya cantik ya? "

"Lebih cantik cewek yang ada di samping gue saat ini. "

Salsa berpaling mendengar ucapkan Saga. Dan didapatinya wajah Saga yang ternyata sedang menatap kearahnya. Keduanya berpandangan beberapa detik sebelum Saga meraih sebelah tangan Salsa.

"Sal, dibawah langit jingga disaksikan matahari yang mulai menghilang gue pengen bilang. Gue sayang sama lo. "

Salsa terdiam mencerna deretan kata demi kata yang diungkapkan Saga. Apa ini Saga sedang menyatakan cinta kepadanya?

"Apa lo mau jadi pacar gue? "

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Salsa. Selama ini Salsa tidak percaya dengan yang namanya cinta. Dirinya menolak dengan keras ketika ada yang mendekatinya. Salsa menganggap semua orang itu sama tidak ada yang tulus. Namun, ketika bersama Saga, Salsa merasa beda. Ada ketulusan disana. Tapi apa ini juga hanya bersifat sementara?

"Gue tau lo pasti masih takut. Gue janji gue bakal bikin lo kembali percaya sama yang namanya ketulusan itu Salsa."

Tanpa menjawab perkataan Saga, Salsa langsung memeluk Saga bersamaan dengan matahari yang sudah menghilang sepenuhnya. Saga pun demikian membalas pelukan yang diberikan Salsa untuknya.

"Jadi, apa jawaban lo? " Tanya Saga melerai pelukan keduanya.

"Gue mau jadi pacar lo. " Untuk kedua kalinya keduanya kembali berpelukan dengan Saga yang mendekap erat Salsa. Serasa tidak ingin melepaskannya.

"Gue nggak mau buat janji yang mungkin aja sewaktu-waktu dapat gue ingkari. Tapi gue bakal nunjukin semuanya lewat perlakuan gue terhadap lo. "

"Makasih udah mau milih gue buat jadi pacar lo. Dan makasih juga udah munculin rasa cinta yang selama ini udah hilang. "

Tepat pukul 19:00 Saga memarkirkan motornya didepan rumah Salsa. Tapi yang bikin Salsa bingung Saga juga ikut turun dan melepas helem miliknya. Padahal tadi Saga bilang dia hanya akan mengantar Salsa pulang.

"Lo kenapa ikut turun? "

"Mau minta ijin sama om David buat macarin anaknya. "

Salsa mematung mendengat perkataan Saga. Apa katanya? Minta ijin? Dan lihat sekarang Saga sudah berdiri di depan teras rumahnya bersama sang ayah.

"Malam yah. " Ucah Salsa mencium tangan ayahnya.

"Ayo Saga kita masuk ngobrol di dalam."

"Bunda mana yah? " Tanya Salsa mengalihkan pikirannya yang mulai tidak tenang melihat senyum Saga.

"Bunda kamu lagi keluar ke supermarket katanya. "

"Ini tuan, den, non minumnya. "

"Ayo Saga diminum tehnya. " Pinta David sambil meminum teh panas yang baru saja diantar asisten rumah tangganya.

"Om, Saga mau minta ijin. "

David mengangkat sebelah alisnya. Seolah paham Saga kembali melanjutkan perkataannya.

"Saga minta ijin buat pacaran sama Salsa om. "

Salsa yang duduk disamping Saga memperhatikan Saga yang dengan tenang meminta ijin tanpa adanya rasa takut sedikit pun.

"Sudah berapa lama kalian pacaran? "

"Baru hari ini om. " Jawab Saga dengan tegas.

"Salsa? " David melirik kearah putrinya. Salsa menunduk takut ayahnya marah karena dirinya sudah berani pacaran.

"Ia yah, Salsa sama Saga pacaran. Dan baru hari ini. "

David memandang keduanya. David tidak menyangka. Ternyata putrinya sudah punya laki-laki lain selain dirinya.

"Ayah tau kalian sudah dewasa. Ayah nggak marah bahkan ngelarang kalian buat pacaran. Pesan ayah pacaran yang positif. Ingat, masa depan kalian masih panjang. "

"Makasih om udah ijinin Saga buat pacaran sama Salsa. "

Keduanya tersenyum saling memandang. Salsa pikir ayahnya tidak akan memberikan ijin. Ternyata Salsa salah. David bukan tipe ayah yang akan melarang anaknya untuk pacaran tapi mengijinkannya dengan nasehat sebagai seorang ayah yang peduli terhadap anaknya.

My Psychopath GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang