04

192 38 0
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu. Tandanya Aksa bisa bangun lebih siang dari biasanya. Keysa sudah bangun sejak tadi pagi, bahkan menyiapkan sarapan diatas meja. Namun sudah pukul sepuluh pagi, Aksa belum keluar dari kamarnya.

Keysa mulai merasa gelisah duduk sendirian diatas meja makan. Keysa terus saja mengetuk berulang kali atas meja sampai akhirnya dirinya bangkit dari kursi dan berjalan menghampiri pintu kamar Aksa. Saat akan menggedor pintu, Keysa justru mendengar suara batuk dari dalam kamar.

Dengan hati-hati, Keysa membuka pintu kamar Aksa yang tak terkunci. Terlihat Aksa sedang menggigil dibawah selimutnya. Keysa sontak mendekati Aksa dan mengecek suhu badan dengan menaruh punggung tangan diatas kening Aksa. Kening Aksa terasa sangat panas. Sepertinya Aksa demam.

Keysa segera menyiapkan handuk dengan baskom berisi air hangat. Lalu dengan telaten, Keysa mengompres kening Aksa. Aksa masih menggigil dengan mata terpejam. Keysa semakin khawatir kalau Aksa akan mengigau bila panasnya tak kunjung turun.

Keysa bingung, siapa yang harus ia hubungi saat ini. Keysa tak memiliki nomor seorang dokter di Bali. Keysa melihat ke sekitar, dan tanpa sengaja matanya menangkap kotak P3K yang terletak di pojok ruangan. Keysa segera mengambil kotak itu dan membukanya.

Terlihat ada satu sachet obat penurun panas berisi empat pil. Dan sudah tiga pil dimakan sebelumnya. Sepertinya Aksa sering mengalami demam tinggi sampai meminum banyak pil pereda demam.

Keysa segera membaca petunjuk pemberian obat. Tertulis bahwa penderita harus makan terlebih dahulu baru meminum obat. Keysa segera menyiapkan sarapan untuk Aksa. Keysa memasak bubur yang sangat lembut agar mudah tertelan. Keysa ingat sang ibunda pernah mengajarinya cara membuat bubur.

Selesai membuat bubur, Keysa membenarkan posisi kepala Aksa agar mudah menelan makanan. Keysa menaruh satu bantal lagi sebagai sandaran kepala Aksa. Lalu Keysa mulai menyuapin Aksa bubur sebagai sarapan. Aksa membuka matanya perlahan.

Dengan mata yang sayu akibat sakit, Aksa tetap memakan sarapannya pagi ini. Aksa bahkan tak mampu untuk mengucapkan terima kasih pada Keysa karena membantunya. Aksa merasa badannya sangat lemas pagi ini.

Setelah menghabiskan sarapannya, Aksa meminum obat dan kembali beristirahat. Aksa memejamkan mata dengan handuk yang masih menempel di keningnya. Keysa yang semula memperhatikan wajah Aksa yang sangat pucat, perlahan menitihkan air matanya.

"Aksa jangan sakit..." Rintihnya tak kuat menahan air matanya. Aksa yang mendengar rintihan Keysa pun perlahan membuka matanya.

Terlihat Keysa menangis. Aksa pun memeluk Keysa dengan erat. Keduanya berpelukan diatas kasur Aksa. Aksa menepuk dengan pelan punggung Keysa, agar dirinya berhenti menangisi Aksa. Aksa merasa bersalah karena dirinya sakit saat Keysa ada disini.

Setelah Aksa benar-benar tertidur pulas, Keysa keluar kamar Aksa sambil membawa piring kotor. Ternyata diluar kamar sudah ada Xander yang sedang menikmati acara berita di televisi. Keysa bahkan tak mendengar pintu rumah terbuka tadi. Sejak kapan Xander ada disini?

"Eh? Maaf gue asal masuk, lupa kalo ada lu. Aksa kemana?" Tanya Xander sembari bangkit dari sofanya.

"Aksa lagi sakit, kak." Jawab Keysa.

"Hah? Dia sakit lagi?" Xander tampak terkejut. Keysa tentu bingung, apa maksudnya "lagi"?

Setelah membereskan piring kotor, Xander menjelaskan tentang sakit yang Aksa derita. Beberapa akhir ini, Aksa memang sering sakit demam tinggi. Padahal, dulu Aksa terkenal dengan tubuhnya yang tahan banting. Mungkin karena dirinya baru bekerja selama beberapa bulan, jadi tubuhnya masih terkejut dengan jadwal kerja yang padat.

Xander sering mengunjungi Aksa di akhir pekan. Hanya untuk mengecek, Aksa sakit atau tidak. Biasanya bila Aksa sakit, ia bisa tertidur seharian dan esoknya kembali bugar.

Bali's room//hunlisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang