Chapter 2

3.9K 287 15
                                    

Warning⚠️
Chapter ini mengandung konten dewasa dan pelecehan seksual🔞
Mohon bijak dalam membaca.

Krist berjalan mengelilingi ruangan, mencoba untuk mencari cela agar bisa kabur dari tempat itu. Kemudian membuka sedikit gorden untuk melihat keluar, ia hanya melihat pantai dan pohon, tidak melihat ada rumah lain di sekelilingnya. Ternyata benar ucapan pria mungil tadi, jika tempat ini berada di private island.

Krist semakin takut, ia merasa tidak tenang. Ia melihat ke bawah banyak sekali body guard yang sedang berjaga. Percuma jika Krist kabur tentu saja body guard itu akan menangkap Krist lagi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku akan mati disini? Papa.. Mama.. tolong aku" ucap Krist dalam hati.

Tubuh Krist terasa lemas karena ia tidak makan dari kemarin malam. Krist juga tidak ingin memakan makanan yang diberikan oleh pria mungil tadi, ia takut jika makanan itu mengandung racun.

Lagi-lagi Krist hanya bisa menangis, meringkukkan tubuhnya dilantai. Setelah beberapa lama, ia mulai memejamkan matanya dan tertidur karena lelah menangis.

 Setelah beberapa lama, ia mulai memejamkan matanya dan tertidur karena lelah menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar suara orang membuka kunci pintu, mengusik tidur Krist. Dilihatnya seseorang yang tidak asing masuk ke kamar Krist. Ya, orang itu adalah pria yang Krist tabrak saat ia buru-buru masuk kelas.

"K-kau orang yang aku tabrak kemarin kan?" Ucap Krist sedikit terkejut.

Pria itu menyeringai.

"Apakah dia yang namanya Singto?" Ucap Krist dalam hati.

"Ternyata ingatanmu bagus juga" ucap pria itu.

"Apa yang kau inginkan, kenapa aku kau menculikku? Apa gara-gara aku menabrakmu kemarin?"

Pria itu berjalan mendekati Krist. Sedangkan Krist yang melihatnya langsung berjalan mundur.

"Hahah kau tidak menabrakku, akulah yang sengaja berjalan kearahmu untuk membuat kau terjatuh" ucapnya sambil menyeringai.

"A-apa?" Krist kaget mendengarnya. "Apa sebenarnya yang kau inginkan, jika kau punya masalah dengan orang tuaku kenapa kau melampiaskannya padaku?"

Krist tidak bisa membendung air matanya yang turun. Matanya sudah terlihat sembab dan hidungnya memerah.

Pria itu lebih mendekat kearah Krist. Krist yang sudah terpojok tidak bisa mundur lagi.

"Jangan menangis, ini belum apa-apa. Aku takut nanti air matamu kering sebelum aku puas menyiksamu" ucap pria itu sambil menghapus air mata Krist.

Krist merasa tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan, air matanya tidak mau berhenti keluar. Apa yang akan dia lakukan?

"T-tolong lepaskan hiks a-aku S-singto" ucap Krist tergagap menahan tangis.

Pria itu seketika menyeret tubuh Krist dan menghempaskannya ke ranjang hingga Krist jatuh tersungkur.

"Berani sekali kau menyebut namaku dengan mulut kotormu itu" teriak pria itu.

Ya, benar. Pria itu bernama Singto.

Singto kemudian melepaskan sabuknya dan mencambukkan ke punggung Krist beberapa kali.

"AKHHHH. Tolong hentikan, sakit. Aku mohon" ucap Krist sambil menangis memohon kepada Singto untuk menghentikan cambukannya.

Singto kemudian berhenti namun dengan cepat ia mengikat tangan Krist ke sandaran ranjang, ia juga mengikat kaki Krist pada sisi kanan dan kiri ranjang. Sehingga posisi Krist saat ini sedang terlentang.

"A-apa yang a-akan kau lakukan" tanya Krist dengan ekspresi yang menyiratkan bahwa ia ketakutan.

Singto naik ke atas tubuh Krist. Ia mulai mencium, menghisap dan menggigit leher Krist dengan kasar sehingga meninggalkan beberapa tanda disana.

"Akkh apa yang kau lakukan? Lepaskan aku.. lepassss"

Singto bergeming, ia membuka semua kancing kemeja putih yang yang Krist kenakan dengan kasar. Menampilkan badan Krist yang putih dan terlihat sexy, serta nipple Krist yang berwarna pink kecoklatan. Singto lalu menghisap nipple Krist dengan rakus dan penuh nafsu.

"Tolong jangan lakukan itu, kau bisa memukulku atau mencambukku lagi tapi jangan lakukan itu aku mohon hentikan hiks hiks"

Krist menangis meronta-ronta, ia mencoba memberikan perlawanan namun percuma tubuhnya terikat. Semakin ia meronta tangan dan kakinya semakin sakit karena ikatannya begitu kuat.

Singto tidak menghiraukan ucapan Krist, kini tangannya menyentuh junior Krist yang masih tertutup celana. Krist menggigit bibir bawahnya dengan kuat agar desahannya tidak keluar.

Singto membuka resleting celana Krist kemudian membuka celananya dengan kasar. Ia juga membuka celana dalam yang krist gunakan, hingga sekarang Krist full naked.

"Sepertinya ucapanmu dengan tubuhmu tidak bisa bekerja sama, lihatlah bagian bawahmu bahkan sudah menegang sempurna" Singto menyeringai.

"Tidak hiks tolong jangan melakukan itu padaku, aku mohon aku akan menuruti semua kemauanmu tapi tolong jangan lakukan itu hiks hiks" ucap Krist dengan tubuh meronta-ronta dan menangis.

Sinto hanya diam, ia membuka sedikit celananya hingga ke paha kemudian mengeluarkan juniornya yang juga sudah menegang. Krist semakin meronta-rota, tangisannya semakin kencang. Krist sangat takut, benar-benar takut.

Tanpa perenggangan dan pelumas apapun, Singto mendorong juniornya masuk ke dalam hole Krist dengan sekali hentakan.

"AKKHHHH"

Krist berteriak kencang, air matanya keluar dengan deras. Badan Krist berasa terbelah menjadi dua dan terasa remuk sekarang.

Belum juga Krist terbiasa dengan junior Singto di dalam holenya, Singto sudah menggerakkan pinggulnya dengan kasar. Membuat Krist merasakan sakit berkali-kali lipat.

"To-tolong akhh he-hentikan mmpthh sa..kit" Krist menggigit bibir bawahnya lagi dengan erat agar suara desahan tidak keluar dari mulutnya.

"Keluarkan suaramu jalang jangan ditahan, aku ingin mendengarmu mendesah" ucap Singto dengan terus menggempur hole Krist.

"He-hentikan t-tolong akhh aku mohon hiks" ucap Krist tersenggal-senggal sambil menangis.

"Ahhh.. ternyata lubangmu empphh sa..ngat nikmat jalang ahh ahhh.."

Singto terus bergerak hingga juniornya menyentuh titik nikmat Krist. Krist bergerak-gerak tak tenang, tangannya menggenggam erat tali yang mengikatnya, dan menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.

Tak lama kemudian badan Krist bergetar dan mengeluarkan cairannya membasahi perutnya dan juga perut Singto. Badan Krist langsung terasa lemas. Sinto menyeringai melihat itu.

Singto yang dari tadi belum mencapai pelepasannya terus menghentakkan pinggulnya dengan kasar. Krist yang sudah sangat lelah dan badannya lemas tiba-tiba pingsan. Namun Singto tetap tidak memberhentikan kegiatan panasnya.

"akhhh" Sinto mengeluarkan cairannya didalam hole Krist. Badan Singto seketika roboh menimpa Krist yang sedang pingsan. Ia mengatur nafasnya yang masih tersenggal-senggal.

Singto lalu melepaskan juniornya dari hole Krist, terlihat ada darah dan sperma merembes dari hole Krist dan mengenai sprei. Singto menaikkan kembali celananya, kemudian ia membuka ikatan pada tangan dan kaki Krist.

Singto berlalu pergi meninggalkan Krist dalam keadaan telanjang dan tidak lupa mengunci kembali kamar Krist.

TBC

05-08-2021

Stockholm [Singto X Krist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang