•05•

3.2K 271 15
                                    

•••

━━━━━━❃━━━━━━

Tidak ada waktu
Untuk bersedih
Pada lembaran hidupku.

Apalagi lari
Dari kehidupan ini.

Aku tau
Masa depan sedang menunggu
Untuk kesentuh sembari penuh
Senyuman.

Karna disana
Ada harapan kebahagiaan

━━━━━━❃━━━━━━

By: MelatiMelati171

By: MelatiMelati171

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai masa depan," sapa Qilla.

"Hm," balas Kanza singkat, sontak saja membuat Qilla melotot dengan mulut menganga. Cukup lama ia menunggu balasan dari Kanza dan Kanza hanya membalas dengan deheman.

"Ck, sabar Qilla. Es balok emang gitu." monolognya.

"Ish, Kanza ga boleh cuek gitu. Nanti bucin sama aku terus aku cuekin balik, mampus."

"Ga sudi,"

Qilla tersenyum jail. "Kanza jujur aja, aku tau kok kalau kamu tuh sebenarnya tersepona sama kecantikan dan keimutanku yang haqiqi ini." ujarnya dengan rasa percaya diri yang entah darimana datangnya, ia bahkan mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah tampan Bara yang berada di sampingnya.

"Terpesona Qilla," kesal Bara menjauhkan rambut Qilla dari wajahnya.

"Pemeran figuran, diem!" ujar Qilla pada Bara.

"Jahat banget sama tetangga sendiri,"

"Loh, kalian tetanggaan?" tanya Nana kala mendengar perkataan Bara.

Yah memang benar Bara dan Qilla tetanggaan, rumah mereka berhadapan. Bahkan Qilla sering ke rumah Bara hanya untuk main dengan si gembul Iyem atau sekedar belanja di kios Bara.

"Iya tetangga, dia pelanggan setia di kios gue. Tiap hari kerjaannya gini-," Bara menarik nafas perlahan lalu,

"BARA, QILLA MAU BELI DONG!" Bara mengikuti cara berteriak Qilla seperti yang gadis itu lakukan setiap hari saar datang ke kiosnya.

Golden Hour (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang