Syaqeel Aletha Albert sosok gadis yang sangat menginginkan kehidupan layaknya kehidupan di dunia oren salah satu aplikasi favoritnya. Ga halu ga makan, itulah motto hidupnya. Hingga suatu hari, ia dipertemukan oleh sosok dingin dan cuek.
"Sayangggg...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue curiga dalang kecelakan lo ulah Midas."
"Sama!"
"Tapi, kalau Qilla ada hubungannya sama kejadian ini. Awas aja!" Hardik Ben, membuat semua anggota Theron yang baru saja tiba kini menatapnya.
"Ben, kok bisa lo benci sepupu lo itu? Padahal dulu sayang banget." Vinza menatap ketuanya itu dengan heran, berbeda dengan Lio yang menatap Ben sinis.
Ben menatap Lio lalu kembali menatap Vinza. "Lo engga perlu tau,"
Vinza mencebikkan bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Alka yang duduk di sampingnya.
"Alka, lo kenapa diem mulu dari tadi?"
"Dia kan emang gitu, ga punya mulut." Seru Zio.
"Gue balik duluan." Pamit Alka dan berlalu tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya.
Ben mengangguk mengiyakan ucapan Zio. "Dari awal Alka gabung, dia emang susah ditebak. Dan gue harap dia ga seperti yang ada di pikiran lo!" ujar Ben pada Lio dengan tatapan yang sulit diartikan.
•••
"Good pagi, Qilla." Sapa Alora ceria.
"Pagi, Qilla."
"Pagi juga Alora, Aura." Balas Qilla dengan senyum lebar.
"Yuk masuk ke kelas," ajak Alora.
Mendengar ajakan Alora, Aura menatap tajam kembarannya itu. "Kita kan beda kelas, Lora gila!"
"Ha? Lo ngatain gue gila?"
"Engga ngatain, kan emang gila."
"Udah-udah, mending kita ke kelas masing-masing. Sampai ketemu di kantin," lerai Qilla lalu menuju ke kelasnya tak lupa melambaikan tangannya pada sahabat barunya itu, dan tentu saja direspon balik oleh si kembar.
"Ga habis pikir gue sama Nana, Aluna."
"Same, bisa-bisanya mereka kehasut cerita boongan kek gitu."
Alora menatap Aura dengan senyum miringnya. "Apa perlu kita yang bongkar?"
"Biarin mereka senang-senang dulu, gue mau liat perlakuan mereka ke adek gue gimana."
