3.💎

27 16 6
                                    

Drrtt...drrtt...
  
"Iya, iya, ini udah di parkiran."
  
"Gitu dong. Ini udah mau bel, cepet masuk!"
  
"Oke. Gue jalan nih."
  
Diandra menutup telfonnya dari Karina dengan jengkel.

"Bang Cio, sih, dibilang ngebut ya ngebut." ketusnya.
  
"Abang masih ngantuk, Ndra. Nggak baik ngebut, untung tadi ngerem pas liat kakek-kakek nyebrang."
  
"Salah sendiri maksa begadang. Jual lagi aja tuh TV!"
  
"Heh, baru juga kemaren nyobain."
  
Diandra mencibir, alesan.

Seketika matanya bening melihat seseorang berjalan di koridor.

"Andra ke kelas dulu, bang!" pamitnya langsung ngeloyor pergi.
  
"ALAND, WAIT ME!!"
  
Dahi Cio mengernyit mendengar nama itu disebut.

_______________****_______________

Huft..
  
Diandra menghela nafas lega. Aland segera menutup presentasinya.
  
"Baiklah anak-anak. Sementara ini dulu pembelajaran sosiologi hari ini. Jangan lupa tugas untuk Minggu depan, ya." pamit Bu Tuti.
  
"YAA BUUU.."
  
"Tut."
  
"Heh, nggak sopan!"

Jeje menggeplak mulut Tono, yang suka ngelantur.
  
Kemarin Bu Suk, sekarang Bu Tut, entah siapa lagi nanti.
  
"Iya, biasa aja kali, Je. Gue sepik bini Lo, nyahong!"
  
"Itu Jeje-nya Shahnaz, woiilah!"
  
"Gila aja gue dapet bini cakep." ucap Jeje sambil menata rambutnya agar terlihat lebih macho.
  
"Jijik, Je!" sindir Rafa.
  
"Gue ngerti kok, Je. Paham banget. Kalau spesies yang bener bener nerima Lo apa adanya itu yang sebangsa Mimi peri." kata Tono dengan muka lempengnya.
  
"Kampret, Lo!"
  
"JEJE, TONO. BISA DIEM NGGAK?!"
  
"Wehh, santai, Rin. Pantesan Lo masih jomblo, buas, sih."
  
Tuk!!
  
"Iya, iya gue diem. Astaghfirullah gini amat punya muka ganteng. Kena timpuk terosss." sungut Jeje.
  
"KOTAK PENSIL GUE, DUGONG."
  
"BALIKIN, JEE!!"

Karina yang melempar menyuruhnya tanpa dosa.
  
"Sabar ya, Je. Orang sabar pantatnya lebar." sahut Jae.
  
"HAHAHA."
  
"Udah, balik ke topik." Diandra menengahi.
  
Biasanya memang Haidar yang paling waras untuk menghentikan tingkah absurd gengnya, tapi kali ini dia ikut mengolok-olok Jeje.
  
"Oke, gue lanjut. Jadi..."
  
Bersembilan. Haidar, Jae, Rafa, Jeje, Tono, Aland, Kareel, Karina, dan Diandra. Bergerombol di meja Haidar. Membahas camping liburan bulan depan.
  
"Kita udah sahabatan lama. Gue yakin, dengan camping nanti friendship kita lebih kompak dan solid." kata Haidar.
  
"Wuihh, gue tersandung."
  
"Tersanjung, Ton." koreksi Diandra sabar.
  
"Belum gue cegurin ke rawa-rawa ya, Ton." peringat Rafa.

"Nah, dari kalian ada yang usul mau berapa hari?" tanya Haidar.
  
Hening.
  
Haidar mengamati satu per satu.
  
"2 hari aja gimana? Jangan lama-lama. Soalnya gue paham, kalian pasti mau quality time sama keluarga juga." usul Diandra.
  
Pasalnya liburan nanti, dia akan menyusul papa Raka di Jepang.
  
"Sipp, mantapp. Gue like, Ndra." kata Jeje.
  
"Lo suka Andra?" tanya Aland dengan wajah datar.

  
Jeje kikuk ingin menjawab. Ia tahu, Aland tidak atau belum membalas perasaan Diandra.

"Bukan like orangnya, maksud gue." koreksinya.
  
"KALO BENCI SAMA GUE BILANG, JE."
  
Jeje mengangkat 2 jarinya, meringis sambil melirik Aland yang masih menatapnya datar.
  
"Udah, Land. Gue tahu perasaan Lo kok." Rafa menepuk pundak Aland.
  
"Ck. Apasih."
  
Diandra melirik Aland dengan perasaan yang tidak bisa dimengerti.

Ia tahu Aland selalu menolaknya.
Makanya, untuk saat ini dia agak mengerem perasaannya. Padahal semuanya mendukung.
  
"Kalo Lo masih nggak mau, buat gue aja." sahut Tono.
  
"Ambil kalo mau."
  
"Serius, Land?"
  
"Heh, Lo kira gue barang perdagangan?!!"
  
"Hehe. Mianhae, Ndra. Gue serius tadi."
   
Diandra memutar bola matanya. Malas menanggapi, lebih baik bersandar di bahu Jeje yang sandarable.
  
Tono mendelik.

Come to Me, My Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang