9.💎

8 6 0
                                    

"Hah."

Diandra membuang nafasnya kasar. Didepannya terdapat pintu besar di permukaan tanah yang agak basah.

Diandra menimbang-nimbang, siapa yang tega mengurung seseorang dibawah sana.

"Annyeonghaseyo."

Diandra menepuk bibirnya sendiri. "Apa ngucapin salam ya?"

"Assalamualaikum."

Hening.

Hanya terdengar hembusan angin yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Dasar ceroboh. Nekat banget kesini tanpa ngajak orang." rutuknya.

Diandra mencoba membuka pintu kayu itu yang ternyata...tidak terkunci.

Astaga. Kok bisa?

Tanpa ba-bi-bu, Diandra segera menuruni anak tangga yang mengantarkannya ke ruang bawah tanah.

Sebenarnya gudang itu bukan satu-satunya gudang di sekolahnya. Tapi tempat itu khusus untuk menyimpan benda benda antik yang sudah tidak layak pakai, dari zaman berdirinya sekolah ini.

"Hallo. Apa ada orang disini?"

Suara Diandra menggema memenuhi ruang dengan kedalaman 4 meter itu.

Gelap. Diandra tidak tahu persis dimana letak saklar lampunya.

Dengan hati-hati, Diandra menginjak anak-anak tangga itu sampai ada bunyi sesuatu yang berdebam jatuh.

BRUGG!!

Untung saja dia memegang besi pembatas tangga. Rasa takutnya mulai muncul ketika dia sampai di tengah tangga.

"Ha..halloo. Siapa disini?"

Sunyi. Tidak ada sahutan.

Diandra memutuskan kembali ke kelasnya, namun tiba-tiba...

"AAAWWW....."

BUUGGG..

Diandra terguling-guling jatuh dari tangga, sampai dasar.

Badannya serasa remuk. Ponselnya terlempar di pojokan yang gelap.

"Tolong." ucapnya lirih.

Tangannya perih, tapi ia paksakan untuk meraba-raba mencari pegangan.

Lututnya nyeri. Mungkin sudah mengeluarkan darah. Diandra menggeliat sejenak.

Ahh.. kepalanya pening. Dia bisa merasakan bibirnya juga berdarah. Matanya berkunang-kunang.

Tidak. Jangan. Diandra tidak ingin pingsan disini, atau siapapun tidak akan menemukannya. Karena tidak ada yang sudi datang kemari, ke tempat yang sudah lama tak berpenghuni.

BLAMM..

Tiba-tiba pintu gudang tertutup dari atas.

Diandra yang masih mencoba bangkit terlonjak, siapa yang menutupnya?

"Ahh.."

Diandra meringis menahan rasa sakit. Sepertinya kakinya terkilir.

"TOLONG."

Suaranya hanya menggema tanpa ada sahutan.

"Bang Cio.. hiks.." cicit Diandra. Dia tidak tahu nasibnya bagaimana nanti.

Dadanya mulai sesak. Ruangan tak berventilasi itu hanya mengandalkan pintu masuk untuk sirkulasi udara.

"Aland."

Diandra menyebut nama itu lirih. Dia terkulai lemas di lantai yang sedikit basah.

_______________****_______________

Come to Me, My Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang