26

45 5 0
                                    

"Yusuf kenapa?" Tanya Putri. Pasalnya sejak tadi Yusuf hanya melamun dan lebih sering diam.

"Emang gue kenapa?" Tanya balik Yusuf. Putri yang tidak tau menjawab apa hanya diam tidak melanjutkan pembicaraan.

Apa Yusuf jadi begini karena Auris? Nggak, nggak mungkin. Jelas-jelas tadi Putri melihat sendiri jika Yusuf membentak dan mengusir Auris. Memikirkan hal itu membuat Putri tersenyum. Rasanya sangat menyenangkan melihat Auris yang ditolak mentah-mentah oleh Yusuf. Putri yakin Yusuf menyukainya dan ia juga sangat yakin jika tidak akan lama lagi Yusuf akan mengutarakan perasaan sukanya pada dirinya.

"Siapkan barang-barang kalian. Sebentar lagi kalian akan sampai." Ucap Yanto, salah satu guru yang menjaga Bus.

Yanto telat masuk ke dalam Bus karena sedang berbicara dengan guru yang lain sebelum berangkat, hal itu membuat Yanto atau pun guru yang lain tidak menyaksikan kejadian tadi. Jika sampai ketahuan sudah dipastikan Yusuf, Auris dan Putri akan mendapatkan masalah.

Akhirnya setelah berjam-jam perjalanan mereka semua sampai ketempat tujuan.

Agam sebagai ketua osis sekaligus pemimpin atau pengantin guru sekolah langsung memimpin jalan memasuki hutan, mencari tempat yang bagus untuk mereka menginap malam ini.

Selama perjalanan menuju tempat yang ingin mereka tuju. Yusuf terus saja memperhatikan sekeliling, seperti sedang mencari seseorang.

"Cari siapa lo? Cari Auris?"

Dika menyaksikan semua perlakuan Yusuf pada Auris, sebenarnya ia tidak tega melihat perempuan itu dimarahi oleh Yusuf, hanya saja Dika merasa selama tidak terjadi kekekarasan Dika lebih baik diam tidak ikut campur. Dan melihat Yusuf yang terlihat mencari seseorang, Dika sudah sangat yakin jika Yusuf sedang mencari Auris.

"Em." Jawab Yusuf.

"Aneh lo udah marah-marah terus lo cari tu cewek." Balas Deffin dengan nada sindiran yang sangat jelas.

Yusuf tidak memperdulikan sindiran Deffin, ia hanya tetap fokus melihat-lihat di mana keberadaan Auris, hingga pandangannya bertemu dengan pandangan perempuan yang ia cari sejak tadi. Tapi Auris malah memalingkan wajahnya tidak ingin menatap Yusuf. Dan hal yang lebih membuat Yusuf tidak karuan adalah, ada Ghali di samping Auris. Walaupun terlihat Auris yang berjaga jarak, tetap saja Yusuf tidak suka melihat Ghali yang selalu mencari perhatian pada Auris.

"Bangsat." Umpat Yusuf dan berjalan lebih cepat.

"Woi kenapa lo?" Deffin, Dika dan Rendy berjalan cepat mengejar Yusuf yang sudah di depan mereka.

***

"Aduh dingin banget, suram lagi. Lihat noh Ris pohonnya kok hitam sendiri." Bella yang kedinginan memeluk erat lengan Auris sambil menunjuk-nunjuk hal-hal yang menurutnya menarik.

"Aduh jangan takutin gue Bel." Auris memeluk leher Bella dengan erat. Sudahlah kalau tau begini, Auris tidak ingin ikut. Sudah dimarahi Yusuf dan sekarang harus menghadapi hutan yang angker ini.

Auris semakin mengeratkan tangannya ke dalam kantung jaketnya, begitu pun dengan temannya yang lain.

"Ris." Panggil seseorang yang sangat dikenal oleh Auris. "Gue dengar lo berantem ya sama Yusuf?" Tanya Ghali pada Auris.

Gosip tentang Auris yang dibentak oleh Yusuf sudah melebar luas ke seluruh murid sekolah, karena ada salah satu siswa yang menyebarkan berita itu di grup lating mereka.

Auris menatap sejenak Ghali lalu membuang mukanya, Auris tidak ingin menatap wajah Ghali. Melihat sekilas saja sudah mampu membuat Auris mual, padahal sebelumnya hal ini tidak pernah terjadi. Saat membuang mukanya, pandangan matanya bertemu dengan Yusuf. Auris buru-buru memutuskan kontak mata mereka.

AuristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang