-4-

73 9 0
                                    

Suara azan subuh yang terdengar membuat Yusuf terjaga. Saat membuka mata rasanya seperti ada yang berbeda. Kenapa kasurnya ini sangat keras. Lama berpikir akhirnya Yusuf sadar bahwa apa yang terjadi pada dirinya dan yang ia tempati ini bukan kasur tapi karpet. Yusuf melihat ke samping dan matanya langsung melotot melihat Auris yang tertidur di sampingnya tapi bukan itu masalahnya tapi dada perempuan itu terpampang dengan jelas di matanya karena selimut yang melorot. Walaupun tadi malam udah dilihat keseluruhan tapi tetap saja hal ini jarang terjadi padanya.

Yusuf bangun untuk menyandarkan tubuhnya di dinding. Menatap sekeliling rumah ini yang diterangi dengan lampu yang tidak terlalu terang. Menatap jendela kaca yang tidak di tutupin gorden, melihat itu Yusuf langsung menarik selimut untuk menutupi bagian dada Auris. Semoga tidak ada yang melihat.

Melihat ke wajah Auris. Sekarang Yusuf sadar bahwa gadis atau wanita ini membohonginya. Tidak ada tindakan pemerkosaan yang dirinya lakukan.

Tadi malam setelah aktifitas berkeringat itu. Yusuf merasakan dan melihat sendiri jika Auris masih perawan. Sekarang perempuan itu sudah tidak perawan lagi dalam usia yang masih muda, dan Yusuf tidak merasa bersalah sama sekali, ini adalah hukuman yang pantas untuk Auris.

Rasanya Yusuf ingin mencekik perempuan itu sekarang hingga bisa di kubur, berani sekali Auris menipunya.

"Oi bodoh bangun lo. Udah subuh. Mandi wajib sana." Teriak Yusuf tepat pada telinga Auris yang membuat Auris mundur karena efek terkejut, sambil mengusap-usap telingannya.

"Akhh." Ringis Auris. Auris merasakan badannya seperti baru aja di campuk. Sakit seperti semua tulangnya sudah patah.

"Lo cambuk gue kan." Tuduh Auris sambil menunjuk-nunjuk wajah Yusuf dengan wajah yang sudah memerah.

"Gila lo. Ngapain gue cambuk lo. Gue bukan mau cambuk lo tapi mau tembak lo. Berani ya lo jebak-jebak gue. Sekali lagi lo jebak gue, bakalan gue kubur lo hidup-hidup." Bentak Yusuf yang maju dan meletakkan tangannnya dileher Auris seolah-olah mencekik padahal Yusuf tidak menekan sama sekali leher itu. Auris yang merasa tidak terima juga memajukan tangannya ke leher Yusuf.

Merasa sudah cukup. Yusuf menarik tangannya dan menghempaskan tangan perempuan itu di lehernya. Yusuf mengusap rambutnya ke belakang, menghembuskan nafasnya gusar.

"Gue cinta sama lo Suf. Makanya gue lakuin ini, gue nggak mau di jodohin sama cowok lain. Gue tu maunya sama lo."

"Tapi gue nggak mau sama lo, palingan lo tu cuman obsesi sama gue. Jangan banyak bacot  deh lo sekarang pergi mandi wajib sana, habis tu lo shalat. Gue nggak mau ya nanggung dosa lo karena lo nggak shalat."

Mendengar ucapan Yusuf, Auris menatap ke tubuhnya yang merah-merah. Oh ini pasti badannya sakit karena di timpa oleh Yusuf tadi malam. Dan ia juga harus mandi wajib karena tadi malam kan? Auris jadi senyum-senyum sendiri mengingat itu. Akhirnya Yusuf jadi miliknya. Di tatapnya Yusuf, Auris tidak menyangka Yusuf bisa berbuat seperti ini padanya.

"Ngapain lo senyum-semyum?!"

"Niatnya gimana?" Tanya Auris tanpa menjawab pertanyaan Yusuf.

"Yaudah mandi berdua aja gimana? Biar bebeb yang ajarin nanti." Sambung Auris dengan senyum genitnya.

Yusuf syok mendengarnya. Perempuan ini emang tidak ada malu. Walaupun sebenarnya Yusuf suka sih, tapi mereka harus sekolah. Jika mandi bersama pasti Yusuf tidak bisa menahan melakukan yang iya-iya dengan Auris. Akhirnya Yusuf mencoba mengajari Auris dengan bahasa indonesia.

"Apaan lo panggil gua gitu. Gue bukan bebek lo." Ucap Yusuf. Saat sudah berpikir lama akhirnya Yusuf bisa memilih untuk menjawab itu saja. Auris memajukan mulutnya cemberut tanda tidak suka dengan penuturan Yusuf.

AuristaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang