"Ini helmnya." Auris menyerahkan helm yang barusan ia pakai pada Yusuf. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Auris langsung pergi meninggalkan Yusuf. Yusuf yang diperlakukan seperti itu jadi binggung. Tidak biasanya Auris mencuekkinya.
"Lo kenapa?" Tanya Yusuf yang sudah mengejar Auris menggunakan motornya.
Sekarang Auris dan Yusuf sudah berada di jalan secara beriringan.
"Nggak ada, sana lo bentar lagi sampai di depan pagar sekolah. Nanti ada yang lihat kita" Yusuf yang masih heran hanya terus mengikuti Auris tanpa memperdulikan ucapan Auris. "Tu ada si Putri, awas ketahuan lo jalan sama gue." Lanjut Auris lagi.
Deg, mendengar ucapan Auris. Yusuf langsung mengerem motornya secara mendadak. Hingga tanpa sadar Auris sudah jauh di depannya. Apa Auris mengetahui sesuatu?
Auris yang sudah berada di depan Yusuf membalikkan kepalannya melihat Yusuf dengan mulutnya yang cemberut.
Yusuf yang melamun langsung tersadar ketika melihat Auris yang sudah berada di depannya. Yusuf kembali melajukan motornya menuju pakiran honda yang berada di samping gerbang sekolah.
"Yusuf." Panggil perempuan yang Yusuf kenal.
"Ya?" Yusuf sudah mematikan motornya, dan sekarang sudah berada di depan Putri yang bersama kedua temannya.
"Lo bisa temanin gue nggak buat beli keperluan rohis nanti sore?" Tanya Putri dengan senyuman yang ia terbitkan, hingga membuat kedua lesung pipi Putri terlihat.
"Kalau teman lo?" Tunjuk Yusuf pada kedua teman Putri.
"Gue pulang kampung nanti sore."
"Gue juga mau pergi nanti sore."
Yusuf bertanya pada Putri tapi malah teman Putri yang menjawab pertanyaan.
Putri tersenyum melihat kedua temannya, Lola dan Zira. Tanda berterima kasih. "Kan lo wakil ketua osis. Jadi ayo temanin gue." Ucap Putri lagi.
"Oke deh." Ucap Yusuf yang membuat Putri kembali menerbitkan senyumannya.
Senyuman yang membuat Yusuf terpesona.
***
"Yaampun walaupun gue belum liat lo sehari, tapi kayak nggak liat lonselama setahun." Ucap Bella yang kali ini duduk di samping Auris.
"Tapi sayangnya gue nggak kengen sama lo" Jawab Auris yang membuat Bella menberengut. Dan Bella yang menyepak pelan kaki Auris.
"Gue nggak bilang kangen ya." Balas Bella lagi. Auris hanya mengangkat bahunya pertanda tidak perduli. Dan juga mendelik kesal dengan Bella yang barusan menyepak kakinya.
"Lo tau nggak sih Ris kemarin sih Deffin balas pesan gue pas dua puluh menit gue kirim pesan ke dia." Cerita Bella pada Auris yang dapat didengar juga oleh Anara, Adel dan Mia.
Auris menatap Bella dengan pandangan aneh begitu juga dengan kawannya yang lain.
"Lo senang? Dua puluh menit?" Ucap Auris tidak percaya. Auris tau sejak pertama sekolah Bella sudah menyukai Deffin, hanya saja Auris tidak menyangka Bella bisa sebodoh ini. Bodoh karena terlalu mengharapkan cowok yang selama ini tidak pernah mengharapnya. Walaupun Auris termasuk kegolongan bodoh itu.
"Iya dong. Biasa lima hari baru dibalas pesan gue." Auris hanya membenarkan rambutnya, tidak berniat mengomentar begitu juga dengan teman-temannya. Bukan tidak perduli dengan Bella hanya saja mereka sudah berulang kali menyuruh Bella untuk melupakan Deffin yang tidak pernah memperdulikannya. Bahkan telinganya sudah sangat muak mendengar tangisan Bella.
"Eh, btw itu wajah sama leher lo kok merah-merah? Cupang ya?" Tanya Mia Dengan memelankan ucapan 'Cupang ya? Supaya tidak ada yang mendengar perkataannya.
"Eh gila lo ya, ini tuh elergi."
***.
"Em." Auris yang sedang memperhatikan pembelajaran, tiba-tiba diserang rasa mual.
"Lo kenapa?" Tanya Bella yang merasa aneh dengan temannya sejak tadi tidak bisa duduk tenang.
"Mu-al." Jawab Auris dengan tangan kiri yang memegang perutnya dan tangan kanan yang membungkam mulutnya.
"Ho-ek." Auris menutup mulutnya lebih erat dengan tangan berharap orang lain tidak mendengar suara muntahannya.
"Tolong bilang sama Buk Ika kalau gue mau ke kamar mandi." Ucap Auris. Bella mengangguk dan mengangkat tangannya, lalu meminta izin untuk ke kamar mandi.
Tiba di kamar mandi, Auris langsung Memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi ke wastafel kamar mandi.
"Lo kenapa sih Ris? Lambung?" Tanya Bella yang berjaga jarak dengan Auris. Jika Bella berdekatan dengan Auris yang muntah, otomatis Bella akan ikutan muntah.
Auris tidak menjawab pertanyaan Bella, Auris malah menangis dengan tangan yang bertumpu pada wastafel kamar mandi.
"Aduh lo kenapa sih? Cerita sama gue." Bella sudah mendekat pada Auris. Muntahan Auris sudah masuk ke dalam lobang wastafel.
"Ini badan gue sakit. Kayaknya ni gara-gara anak Yusuf." Bella melototkan matanya terkejut. Auris yang menyadari ucapannya reflek menutup mulutnya.
"Maksud lo apa? Lo hamil?" Tanya Bella lagi.
Auris jadi kelipungan sendiri. Apa tidak apa-apa ia mengatakan pada temannya? Apa Yusuf akan marah jika ia katakan yang sebenarnya?
"Lo bilang aja sama gue. Nggak bakalan gue bilang sama siapapun. Lo percaya sama gue kan?" Auris mengangguk.
"Iya. Gue hamil." Cicit Auris pelan.
"DEMI APA LO HA-." Belum selesai Bella berteriak, Auris sudah menutup mulut Auris.
"Eh lo jangan ribut Bell."
"Sorry, keceplosan." Auris hanya menatap malas pada Bella. "Gue mau lo cerita sama gue. Hari ini gue bakalan ke rumah lo. Tapi lo serius nggak mau ceritain sama Mia, Anara sama Adel? Kan kita udah janji bakalan selalu terbuka satu sama lain."
"Yaudah kalian datang aja." Ucap Auris.
Setelah selesai membenarkan bajunya. Auris dan Bella berjalan keluar kamar mandi untuk kembali ke kelas.
"Aurista." Panggil seseorang dari belakang. Auris dan Bella sama-sama menolehkan kepalanya ke belakang. Saat tau siapa yang memanggil mereka. Auris langsung menarik tangan Bella untuk berlari menjauhi orang itu.
Ghali, orang yang memanggil Auris adalah Ghali. Sejak penikahannya dengan Yusuf, Auris selalu menghindar dari Ghali. Auris bukannya lari dari masalah hanya saja Auris tidak ingin berdebat hal yang tidak penting dengan Ghali.
Auris benar-benar membenci Ghali. Saat SMP Ghali membulinya habis-habisan hingga Auris dijauhi oleh teman-temannya.
Tiba di SMA Auris merubah penampilannya menjadi lebih cantik. Sikap Ghali berubah seratus delapan puluh persen saat Ghali mengetahui jika ia adalah anak dari Papanya dan Auris yang merubah penampilannya menjadi lebih cantik. Saat itu Ghali terus mendekatinya dan selalu meminta maaf. Setelah lima bulan, Auris pun memaafkan Ghali dan mereka pun pacaran.
Ghali yang brengsek tetaplah Ghali yang brengsek. Auris diselingkuhi dan hubungan mereka berakhir setelah lima bulan berpacaran.
Auris benar-benar membenci pria tukang selingkuh.
***
100 Vote + 50 Vote : Up.
Komen ya :' biar semangat..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista
Storie d'amoreArbi Yusuf. Cowok berparas tampan yang merasa bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan ketampanannya dan merasa yang paling setia karena sudah menyukai putri sejak awal sekolah. Sejak awal sekolah pun Yusuf sangat ingin memiliki Putri, tapi semua itu s...