.
.Menjelang pagi, hujan deras subuh tadi telah berhenti. Angin kencang sudah mereda. Buliran air masih menggantung di ujung-ujung atap, juga menempel di pagar teras akibat tampias hujan. Matahari menyiram, orang-orang mulai kembali beraktivitas seperti biasa.
Di dalam ruangan, gadis itu masih tertidur di atas sofa. Dengan selimut tipis yang berada di atas tubuhnya. Kemudian ia melenguh, terbangun ketika mendengar suara petikan gitar samar-samar. Lantas gadis itu menoleh, segera bangkit sambil melihat Lisa yang baru saja selesai memasang senar gitar.
Lisa mengabaikannya. Masih memetik gitar. Dulu, saat ia berusia enam belas tahun, Lisa pernah diajari bermain gitar oleh Eddy.
Lisa berhenti memetik gitar, ketika sudut matanya melihat gadis itu meraup wajah.
"Ku pikir kau anggota Rebel. Maaf soal kejadian malam tadi" Ucap gadis itu, kemudian memandang ke arah Lisa. Melihat luka di pipinya yang masih memerah. Lisa menundukkan kepala, menarik sudut bibir sambil menghela napas.
"Aku Rose" Gadis itu ikut menghela napas, kemudian melanjut, "Terima kasih untuk tumpangannya. Juga sudah membawaku ke sini" Lisa menegakkan gitar, menatap wajahnya.
"Kalau kau ingin tinggal di Halton, aku bisa membawamu ke seseorang. Dia akan membantumu mengurusi tempat tinggal" Rose tidak merespons. Tapi ia setuju.
***
Eddy sedang mengurusi kudanya di dalam kandang. Mengusap-usap lembut, memberi makan. Namun seseorang datang mengambil perhatiannya. Lisa menghampiri dengan gitar berada di atas punggung, bersama gadis cantik di sampingnya. Eddy tidak terkejut sama sekali. Jackson sudah lebih dulu memberitahu, bahwa ada pendatang baru yang mungkin akan tinggal di Halton mulai sekarang.
Setelah Lisa mengenalkan Rose padanya, tidak ada percakapan panjang diantara mereka. Eddy langsung mengajak Rose untuk berkeliling lebih dulu. Kemudian Lisa menolak untuk ikut, lantaran ia harus bertemu dengan seseorang, tak lain adalah Jennie.
Lisa langsung berjalan menuju teras. Menaiki tiga anak tangga, membuka pintu tanpa mengetuknya. Lisa mendorong, memerhatikan ruangan yang kosong. Lengang. Ia menutup pintu kembali, kemudian berjalan menuju kamar Jennie.
Di sana, di depan meja belajar. Tampak Jennie sedang duduk, fokus menjahit robekan-robekan kecil pada jaketnya.
Tok..tok...
Jennie segera menoleh, melihat Lisa sudah melangkah masuk. Pintu itu ditutup tidak rapat. Kemudian Lisa menurunkan tas gitar dari punggungnya. Berjalan mendekat, menaruh benda itu di tepi meja. Dibiarkan tersandar, lantas Lisa langsung mendaratkan bokongnya di tepi ranjang. Menggosok-gosok kedua telapak tangan, menatap ke arah lantai. Ragu hendak mengucapkan selamat ulang tahun untuk Jennie.
"Aku menemukannya saat pergi ke kota. Kau bisa memilikinya jika mau" Jennie menaruh jaket itu ke atas meja. Berhenti melakukan aktivitasnya. Lekas mengambil, mengeluarkan gitar berwarna biru muda yang masih baru dari dalam tas itu. Kedua matanya membesar. Sudah lama sekali ia tidak memegang gitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME · [JENLISA] E-BOOK
HorrorLalice sangat mengidolakan James Duke, seorang atlet baseball terkenal di dunia pada masanya. Ia mulai tertarik bermain baseball setelah itu dan mendalaminya sejak berusia tujuh tahun. Bill Williams, seorang ayah yang akan melakukan apapun demi put...