HOME: PART 5

2.9K 661 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Di atas jalan setapak, di bawah langit gelap penuh bintang-bintang, Jackson membawa mobil dengan pelan. Melewati bangunan-bangunan yang sudah diselimuti oleh lumut. Jalan juga sudah tertutup oleh rumput panjang. Tidak ada percakapan di antara mereka sejak mobil keluar dari Halton tadi.

Di pangkuan Lisa, masih ada rantang yang diberi oleh Jennie. Ia menunduk, lantas membukanya. Membuat Jackson sesekali menoleh, ingin tahu juga apa yang ada di dalam rantang itu. Kemudian senyum Jackson mengembang sempurna, tatkala bau harum muncul saat Lisa membuka penutup rantang.

Berbeda dengan reaksi Jackson, Lisa kini hanya diam memandangi makanan. Membuat Jackson di sampingnya bertanya-tanya, bingung.

"Ada apa?" Jackson bertanya.

Lisa langsung menutup rantang itu kembali. Ia masih menunduk, mulai tenggelam ke dalam lamunan. Mengabaikan pertanyaan Jackson, mengingat terakhir kali Lisa makan bersama kedua orang tuanya. Makanan itu, makanan yang Jennie berikanlah yang ia santap malam itu. Maka kejadian tragis itu kembali lagi terputar di dalam kepala Lisa. Kenangan manisnya bersama sang ayah setiap petang, dan malam terakhir ketika ibu dan ayahnya meninggal di depan mata.

"Lisa!" Lisa tersentak saat Jackson menyadarkannya.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya. Aku..aku baik-baik saja" Lisa menjawab, Jackson tidak yakin. Tapi ia tidak ingin bertanya, atau menyuruh Lisa agar memberitahu apa yang merasuk ke dalam pikiran Lisa tadi. Jackson hanya menatap lurus ke depan, segera menambah kecepatan mobilnya.

***

Pukul sembilan malam, Jennie masih berada di luar rumah. Di perkemahan dekat dengan hutan. Tentu saja masih di wilayah Halton. Di sana ada sebuah tenda perkemahan yang cukup ditempati untuk tiga orang. Jaden tinggal di sana. Ia memilih untuk menjauh dari keramaian.

Di depan tenda, ada dua buah kursi yang menghadap ke arah api unggun, dengan sebuah meja bundar rendah yang menjadi perantara di tengah-tengah kursi.

Jaden duduk di sebelah Jennie. Ia sudah mengetahui perdebatan Jennie dan Lisa kemarin, lantaran Jennie baru saja menceritakan hal itu pada Jaden beberapa menit yang lalu. Jennie ikut menatap ke arah kobaran api. Tempat itu hangat, juga lengang. Sesekali terdengar suara letupan kecil yang timbul dari api di hadapan mereka.

"Jadi kau dan Lisa masih perang dingin?" Jaden bertanya, hendak memulai percakapan lagi. Namun Jennie masih diam. Membiarkan keadaan lengang selama beberapa detik. Kemudian ia hanya menjawab dengan gelengan. Membuat Jaden pun ikut terdiam, tidak ingin berkomentar apa-apa. Ia dan Lisa juga berteman dekat.

"Kami sering bertengkar. Tidak pernah mengucapkan maaf setelahnya. Bahkan belakangan ini hubunganku dan Lisa semakin renggang" Jaden menoleh. Jennie menarik napas, kemudian melanjut, "Dulu, saat aku belum tahu banyak tentang wabah ini. Paman Ed mengajarkan kami banyak hal. Bela diri, memanah, juga menembak. Tapi aku selalu gagal, tidak bisa melakukan semua itu sebaik Lisa. Jadi sejak dia mengira dia bisa melakukan semuanya, dia bicara padaku, bahwa dia akan selalu melindungiku. Sampai kapan pun" Jaden memandang wajah Jennie dengan serius, melihat Jennie mulai menundukkan kepala.

HOME · [JENLISA] E-BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang