HOME: PART 2

3.7K 695 70
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Keadaan di rumah sakit menjadi tak terkendali. Para tenaga medis berlari ke sana ke mari, mengurusi para pasien yang semakin sulit ditangani. Langit-langit ruangan, lorong-lorong rumah sakit, menjadi riuh akan para dokter dan perawat yang sibuk. Belum lagi, para pembesuk yang merasa kebingungan, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Maka orang-orang saling bertanya, mengapa, ada apa, kenapa dan kenapa. Tapi nihil, tidak ada yang bisa menjawab rasa penasaran yang semakin lama berujung cemas itu.

Tak terkecuali dengan pria tinggi nan tampan yang satu ini, Bill. Ia masih lagi heran, saat melihat pasien-pasien mulai di bawa ke dalam ruangan. Tiba-tiba, suara kericuhan datang dari arah belakang. Bill membalik badan, melihat seorang pria sedang membawa putri kecilnya yang sudah lemas di atas punggung dengan mulut dipenuhi darah, Jennie. Satu-satunya pasien anak kecil yang mengalami muntah darah di sana.

Bill terus melihat ke arah pria yang sedang panik dan cemas itu, bersama sang istri yang sudah menangis di sampingnya.

"Dokter! Tolong anak saya!" Kata pria itu, menghentikan seorang dokter separuh baya yang sedang melintas.

"Bawa saja dia ke ruang-,"

"Penuh! Tidak ada ruang lagi. Dokter, bisakah anda mengosongkan satu tempat untuk anak saya?" Pria itu menyela, wajahnya panik. Sang istri menatap sambil memohon, tidak bisa berhenti menangis.

"Maaf, tapi anda lihat sendiri? Bukan hanya anak anda yang butuh pertolongan"

"Tapi putriku masih kecil, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?" pria itu menyela perkataan dokter.

"Kami tidak bisa melakukan apa-apa,mohon menunggu saja-," Dengan perasaan panik yang bercampur sedikit kesal, pria itu mendekat, memberikan tatapan tajam. Hendak memberi penekanan, tapi seorang perawat memanggil-manggil dari jauh kemudian datang mendekat.

"Dokter Louis! Dokter! Pasien yang dibawa ke ruang penelitian tiba-tiba mengamuk! Kami sudah mengikat tubuhnya di ranjang. Tapi dia sangat kuat!" Perkataan itu terpotong, saat mendengar suara keributan dari arah kanan. Membuat seluruh aktivitas terhenti, menatap ke arah suara hantaman, ketika seorang pria terjatuh menghantam piring-piring makan yang dibawa memakai rak dorong oleh seorang perawat.

"AA..AARRGHH!! T.TOLONGG- AAKHH..KKH!!"

CRAAATTT!!!

Bill melebarkan kedua matanya, saat seorang pria bagai seekor serigala buas yang kelaparan menyergap, menggigit, merobek-robek kulit pria itu hingga memuncratkan banyak darah. Mengotori dinding dan lantai. Pria itu meronta di bawah tindihannya, sampai kemudian ia kehilangan kesadarannya.

DOR!!! DOR!! DOR!!

Seorang pria berpakaian serba hitam datang langsung menembak jantung sosok manusia kanibal itu. Walau sudah kena di bagian jantung, sosok itu masih lagi sanggup berdiri. Maka tidak ada pilihan, pria berusia empat puluh tiga tahun itu tanpa ragu-ragu menembak bagian wajahnya. Dua kali, sehingga menghamburkan darah beserta serpihan dagingnya. Lantas sosok itu akhirnya terjatuh ke atas lantai.

HOME · [JENLISA] E-BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang