The beginning after the end

483 66 0
                                    

2021

Seorang wanita dengan koper di tangannya berjalan melewati kerumunan masa dengan spanduk bertuliskan 'Welcome to Indonesia' membuat si wanita merasa disambut pulang, tapi tentu saja bukan dia orang yang dimaksud sekumpulan orang itu. Setelah beberapa menit berjuang, si wanita berhasil keluar dari kerumunan itu, ia merogoh tas jinjingannya, lalu melihat ponsel miliknya. Si wanita terlalu fokus dengan handphonenya hingga tidak sengaja menabrak seorang remaja laki-laki dengan Hoodie putih.

"Ah maaf." ucap si wanita.

Remaja itu mendongak setelah memungut handphone yang terjatuh di lantai dan hanya mengangguk merespon ucapan wanita yang menabraknya.

Wanita itu mengamati handphone yang baru saja diambil si remaja, ia melihat layar handphone itu retak, mungkin terlalu keras terbentur lantai bandara tadi.

"Layarnya retak, aduh gimana nih saya nggak sengaja." Wanita itu merasa bersalah.

Si remaja hanya diam, membuat si wanita kebingungan. Baru saja pulang tapi sudah mencari perkara. Dering telepon dari genggaman si wanita itu membuatnya makin panik. Dengan segera si wanita mengeluarkan sebuah kartu nama dari tas jinjing miliknya. "Sekali lagi saya minta maaf, saya buru-buru banget. Jadi ... Ini kartu nama saya, tolong hubungi saya nanti, saya tanggung jawab sama handphone kamu." ucap wanita itu menempatkan kartu nama di telapak tangan si remaja dan berlari pergi.

Selama dua menit si remaja bingung mencerna situasi yang baru ia alami.

"Selene Nameera." ucap si remaja membaca kartu nama di tangannya.

"Jean!" teriak seorang pria dengan kopernya tersenyum.

Remaja itu mengalihkan matanya dari kartu nama di tangannya, melihat seorang pria yang mengaku sebagai Ayahnya.

"Udah lama nunggu Papa?" ucap pria itu ketika sudah di samping si remaja bernama Jean itu.

"Ya, ayo cepat pulang." balas Jean memimpin langkah.

Sang ayah mengikuti langkah putranya, sesekali melirik handphone dan sebuah kartu nama. "Handphone kamu kenapa gitu? Itu kartu apaan?"

Tidak ada jawaban dari Jean, remaja itu masih meneruskan langkahnya, mengabaikan pertanyaan sang Ayah.

Sean Argadana duduk dengan tenang menunggu investor bersama tiga perwakilan perusahaan pesaing lainnya, hari ini rapat merebutkan proyek pembangunan perumahan elit yang menjadi incaran lima perusahaan pembangunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sean Argadana duduk dengan tenang menunggu investor bersama tiga perwakilan perusahaan pesaing lainnya, hari ini rapat merebutkan proyek pembangunan perumahan elit yang menjadi incaran lima perusahaan pembangunan.

Pintu berdecit, menandakan seseorang memasuki ruangan. Semua orang menatap kearah pintu itu. Seorang muda dengan baju rapihnya terlihat tergesa-gesa masuk.

"Ah maaf mengganggu waktu kalian." ujar si wanita canggung. Semua orang pasti berpikir investor yang datang tapi ternyata dirinya dan sekertarisnya lah yang datang.

Sean Argadana terkesima, matanya masih menatap si wanita dan bergumam. "Selene."

Wanita itu kemudian duduk di kursi yang tersisa, tepat di depan Sean duduk. Netranya bertemu milik Sean yang sedari tadi masih melihatnya.

"Maaf, anda siapa?" ujar seseorang di sampingnya memutus pertemuan mata wanita itu dan Sean.

Wanita itu menoleh pada seorang pria yang duduk di sebelahnya, ia tersenyum dan memperkenalkan diri. "Saya Selene Nameera, arsitek baru Jatmika grup."

"Oh Selene anaknya pak jatmika yang tinggal di Belanda itu ya?" balas seseorang merespon perkenalan singkat Selene.

Selene hanya tersenyum dan mengangguk, memang ia baru saja kembali dari Belanda kemarin, meninggalkan negeri tempat ia belajar dan bekerja selama lima belas tahun ini.

Pintu kembali berdecit, kali ini orang yang sudah ditunggu-tunggu tiba. Semua perwakilan perusahaan menawarkan kelebihan masing-masing, Selene hanya diam dan membuka dokumen yang ia bawa.

Lain halnya dengan Sean yang masih saja mengamati Selene, ia masih merasa tidak mungkin orang yang ia cari selama ini berada di hadapannya dan tidak mencoba menyapanya.

"Pak Sean, bagaimana dengan perusahaan Anda?" sang investor bertanya pada Sean.

Sean seketika fokus dan menunjukkan gagasannya tentang proyek kali ini dan kelebihan perusahaan miliknya.

"Yah, seperti biasa perusahaan pak Sean memang memberikan penawaran yang baik serta kualitas yang baik, tapi untuk design yang Anda tunjukkan tidak sesuai dengan yang saya inginkan, ini terlalu biasa." ujar sang investor setelah memahami penjelasan Sean.

"kami memiliki penawaran dan design yang bagus untuk proyek yang anda inginkan, pak. Bila anda berkenan saya bisa mempresentasikan kepada anda." ucap Selene begitu mendengar ucapan investor.

Investor itu mengangguk, dengan teliti Selene menjelaskan dokumen yang ia bawa, serta gambaran design perumahan yang ia buat beberapa tahun lalu.

"Terinspirasi dari bangunan khas Belanda yang memberi kesan classic dan nyaman. Menurut saya ini akan cocok untuk proyek anda." ucap Selene percaya diri.

"Menarik, tapi anda siapa? Saya belum pernah melihat anda sebagai perwakilan Jatmika grup."

"Maaf untuk terlambat memperkenalkan diri, pak. Saya Selene Nameera, arsitek jatmika grup sekaligus perwakilan yang ditunjuk pak Jatmika pada rapat kali ini." Selene memperkenalkan diri, sekali lagi.

Investor mengangguk, kemudian sedikit berpikir. Sepertinya tengah menimang keputusan perusahaan mana yang akan ia percaya. Perwakilan setiap perusahaan terdiam, memberikan ruang untuk investor berpikir.

"Saya sangat suka dengan design yang ibu Selene tawarkan, tapi saya juga suka dengan kuantitas dan cara kerja milik perusahaan pak Sean," ucap investor menjeda ucapannya.

Investor itu melihat Selene dan Sean bergantian. "Bagaimana kalau kalian bekerja sama? Saya akan memberi dua kali lipat untuk proyek ini, karena design yang ibu Selene berikan akan sangat diminati." lanjut investor.

Mata Sean dan Selene kembali bertemu, kali ini Selene terlihat tidak nyaman dan segera menundukkan pandangannya.

"Itu terdengar luar biasa, pak. Kami juga pernah bekerjasama dengan Jatmika grup, jadi saya kira pak jatmika akan menyetujuinya. Bukan begitu, ibu Selene." Sean menjawab ucapan investor dan tersenyum menatap investor dan Selene bergantian.

"Untuk itu ... saya perlu mendengar pendapat pak Jatmika." ucap Selene.

"Ah tenang saja, ibu Selene. Saya akan memberi waktu untuk itu, tapi saya sangat berharap anda dan pak Sehun bekerjasama untuk ini. Ini kartu nama saya, silakan hubungi bila ibu Selene dan jatmika grup bersedia." ucap investor menyodorkan kartu nama.

Dua orang perwakilan perusahaan serta investor pergi meninggalkan ruangan, rapat kali ini selesai dengan keputusan Jatmika grup dan Argadana company yang memenangkan proyek tapi itu tetap membutuhkan kepastian dari Jatmika grup.

Selene dan Sean hanya terdiam dengan pikiran masing-masing, Sean yang bingung harus mengucapkan apa pada orang di hadapannya dan Selene yang bingung dengan keputusan apa yang harus ia ambil.

The End Of Our Friendship ( Seulhun ft Jeno )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang