Mother?

408 69 0
                                    

Sebuah mobil berwarna merah berhenti tepat di depan gerbang sekolah menengah atas. Selene keluar dari mobilnya, matanya mencari seorang remaja yang memintanya datang dengan dalih ganti rugi handphone beberapa hari lalu.

"Tante Selene." panggil seseorang.

Mata Selene mencari sumber suara, di sana seorang remaja dengan beberapa luka menghiasi wajahnya. Selene menghampiri remaja yang memperkenalkan diri beberapa menit lalu sebagai Jean Pradana melalui sambungan telepon.

"Jean?" tanya Selene memastikan.

Jean mengangguk, kemudian berjalan memasuki sekolah, mendahului langkah Selene.

"Hey, ngapain masuk?" tanya Selene dari belakang mengekor.

"Tante ikutin aja." balas Jean singkat.

Mereka menaiki dua lantai, berjalan sedikit ke arah kanan dan berada di depan ruang kesiswaan yang diisi dengan enam orang siswa, tiga orang guru dan lima orang dewasa dengan baju kasual.

Jean sekali lagi mendahului Selene, berjalan memasuki ruangan dan hanya diam, tidak menjelaskan kepada Selene apa yang terjadi dan apa yang harus Selene lakukan di sini.

Seorang guru mempersilakan Selene untuk duduk di sofa yang bisa Selene lihat diisi oleh orang dewasa.

"Kalau boleh tahu, anda siapa?" tanya salah satu guru.

Selene melihat Jean, tatapannya seolah bertanya harus menjawab apa. "Saya Selene." jawab Selene seadanya lantaran semua orang menanti jawabannya.

"Mama tiri saya." imbuh Jean.

Selene melebarkan matanya, mulutnya menggumam 'what?' tanpa suara, dibalas dengan hentakan bahu oleh Jean.

"Baiklah, saya kira ibu Selene sudah mengetahui kita berada di ruangan apa dan bagaimana artinya jika orang tua dipanggil kemari." ucap seorang guru dengan nada tegas.

Selene mengangguk, walaupun bingung dengan situasi ini. Tidak pernah sedikitpun Selene membayangkan duduk di ruangan dengan tatapan menghakimi. Untung saja dia menggunakan pakaian yang bisa dibilang sopan hari ini.

"Kami tidak bisa mentolerir kelakuan Jean, Jevin, Rangga dan juga Charly. Pihak kami sudah melakukan pendisiplinan tapi sikap kurang terpuji dari mereka berempat masih sama, bahkan semakin buruk. Mereka berempat sangat sering terlibat pertengkaran dengan sekolah lain." jelas guru lain.

"Oh shit, anak ini mirip Sean." batin Selene.

"Karena itu, kami memutuskan untuk memberi peringatan dan sanksi skorsing selama satu Minggu. Kami memohon agar orang tua memberi perhatian lebih pada putranya." lanjut guru tadi.

Orang tua lain menatap putranya kecewa, lalu mengangguk mengerti dan meminta maaf atas sikap putra mereka yang dinilai kurang baik. Sementara Selene hanya diam.

"Ibu Selene, apakah ada sanggahan?" tanya seorang guru yang memperhatikan.

"Tidak, tapi menurut saya tidak akan ada pertengkaran jika tidak ada yang memancing bukan? Mengapa anda sekalian hanya menjelaskan putusan dan melabeli anak-anak dengan sikap kurang terpuji. Maksud saya, mereka berhak melakukan pembelaan dan kami sebagai orang tua juga wajib tahu apa saja perbuatan yang anda bilang kurang terpuji." balas Selene mengutarakan pendapat.

"Mungkin anda tidak tahu karena kami baru pertama kali melihat wali Jean hadir." ucap guru yang bertanya tadi menjeda ucapannya.

Guru itu menyodorkan buku besar dengan data diri Jean beserta beberapa pelanggaran yang jean lakukan. Selene sedikit kecewa membacanya, banyak peraturan yang Jean langgar dan juga banyak kasus pertengkaran yang Jean buat. Kepala Selene tiba-tiba saja merasa pusing.

The End Of Our Friendship ( Seulhun ft Jeno )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang