Selene's house

244 47 0
                                    

Bukan Jean namanya jika tidak mengejutkan Selene. Jika biasanya remaja itu memberi kabar melalui telepon dan menyampaikan hal yang mengejutkan untuk Selene, sekarang Jean tiba-tiba berada di kantor milik Ayah Selene. Entah dari mana remaja yang masih memakai perban di kaki itu mengetahui lokasi tempat ini.

"Duduk di situ, Jen. Tante ambilin minum."

Selene berjalan menuju pantry setelah beberapa menit yang lalu dikejutkan dengan salah satu satpam yang memberitahu jika seseorang mencarinya.

Selene kembali memasuki ruangannya, dengan satu kotak susu strawberry yang ia minta dari salah satu karyawan.

"Maafin Jean ya, Tante." cicit Jean begitu melihat Tante Selene kesukaannya kembali dengan satu kotak susu.

Selene menghampiri Jean yang duduk di sofa, "Nih diminum dulu."

"Susu strawberry? Emangnya Jean anak TK apa?" keluh Jean memandang aneh susu kotak di tangannya.

Selene meninggikan alis setelah mendengar keluhan dari Jean. "Emang yang boleh minum susu strawberry anak TK aja?"

Jean menggeleng menanggapi Selene.

"Terus kamu ngapain kesini Jen? Kaki sakit bukannya langsung pulang, malah main kesini." Selene akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya pada remaja itu.

Yang ditanya tersenyum cengengesan, "Itu ... Papa dua hari yang lalu pergi ke Kalimantan, terus Jean bosen di apart sendiri."

Memang benar apa yang diucapkan Jean. Sean sudah pergi sekitar tiga hari yang lalu karena urusan pekerjaan. Biasanya Jean akan pergi bersama teman-temannya, namun hari ini ada latihan basket yang otomatis membuat Jean yang sedang didera tidak bisa mengikuti latihan itu. Suatu ide muncul saat Jean berada di kelas siang tadi, remaja itu mempunyai ide untuk pergi ke kantor Selene dengan menggunakan aplikasi taksi online dan di sinilah Jean berada.

"Oh" ujar Selene singkat menanggapi penjelasan Jean.

"Tante nggak marah 'kan sama Jean?" cicit remaja itu menatap takut wajah Selene.

Selene menggelengkan kepalanya, "Kenapa harus marah? Ayo pulang."


Mobil putih milik Selene berhenti di garasi rumah milik keluarganya. Selene membantu Jean memasuki ruang tamu.

Rumah terlihat sepi, tidak terlihat kedua sosok orang tua Selene yang biasanya akan menyambut di taman samping rumah sembari meminum teh ditemani camilan yang ibunya atau mbok Darmi buat.

"Jean tunggu sini sebentar, Tante minta tolong mbok Darmi buatin minum sama Tante bersih-bersih dulu." pamit Selene dibalas anggukan kepala Jean.

Jean mengamati sekitar ruang tamu, melihat deretan foto yang terpajang dan pajangan guci yang menghiasi ruangan.

"Den Jean ya? Ini minumannya." ujar mbok Darmi, wanita setengah baya yang membantu keluarga Selene sehari-hari.

Jean mengangguk dan tersenyum,
"Terima kasih."

Mbok Darmi membalas senyuman Jean. "Diminum den."

Pagar halaman depan terbuka, seorang pria yang tidak lagi muda berjalan memasuki rumah, lengkap dengan tentengan di kedua tangannya

"Lho ada Jean, papa kamu mana?" ujar ayah Selene duduk di samping Jean setelah menyerahkan tentengan pada mbok Darmi.

"Papa ada di Surabaya, kek. Tadi Jean kesini bareng Tante Selene." jawab Jean.

Jatmika-- menyeruput secangkir teh yang baru saja disajikan mbok darmi, dengan hati-hati pria tua itu menaruh cangkir di meja. "Oalah, mau nginep sini nggak? Nanti nonton bola bareng kakek."

Jean dengan antusias menoleh, remaja itu sangat menyukai olahraga selain basket, Jean juga sering bermain sepakbola. "Boleh kek? Jean boleh nginep sini?" tanya Jean dengan antusias.

"Nggak boleh, besok masih sekolah." Selene datang dengan sepiring roti, tentengan yang dibawa sang Ayah tadi.

Selene ikut bergabung, duduk di sofa. "Papa jangan ngajakin Jean begadang loh ya, besok dia masih sekolah." omelnya.

Pak Jatmika mendecih kecewa, "Kamu ini udah kayak ibunya Jean aja. Sekali-kali Jean butuh hiburan, iya nggak?" ujar pak Jatmika meminta dukungan Jean.

Jean mengangguk dengan semangat, "Iya, lagian besok classmeet aja kok. Boleh ya, Tan?"

"Yaudah iya,"

Kemudian mereka melanjutkan obrolan sampai-sampai mereka sudah berpindah tempat ke ruang keluarga, beserta Jean yang sudah berganti baju dengan baju sepupu Selene.

Hal mengejutkan terjadi, Ratna-- ibu Selene datang dari kegiatan berkumpul dengan teman arisannya. Tak hanya seorang diri, sang ibu pulang bersama Sean yang basah kuyup, kebetulan macam apa ini?

"Mama kok bareng Sean? Katanya kamu lagi di Surabaya, Sen." ucap pak Jatmika begitu menyadari kehadiran sang istri dan juga Sean.

"Iya, Om. Tadi di deket bandara ketemu Tante Ratna. Maaf ya om, Tante bikin rumahnya kotor." jawab Sean.

Pak Jatmika mengangguk sambil ber oh ria, sedangkan Jean bertanya menyalurkan rasa penasarannya yang lain. "Papa kok nggak ngasih tau Jean kalau pulang?"

"Papa WhatsApp kamu semalam, kamu read aja. Lupa? Kamu kok ada di sini?" jawab Sean yang lebih terdengar mengintrogasi sang anak.

Jean menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari cengengesan mengakui kecerobohannya. "Maaf, semalem kepencet."

"Udah-udah, mandi sana Sean. Pinjem bajunya om aja ya? Nanti masuk angin kalau nggak langsung mandi." ujar ibu dari Selene.

Pak Jatmika mengangguk setuju dengan sang istri. "Iya, pinjem baju om aja, kegedean dikit sih tapi masih layak pakai. Sel kamu ambilin baju papa ya? Sekalian itu Sean diurusin."

Selene yang sedari tadi mencoba tidak peduli dan menonton televisi 'pun berdecak mendengar ucapan sang Ayah. "Kenapa Selene sih? Ganggu aja." ujar Selene tidak suka.

"Ya masa mau nyuruh mbok Darmi? Kasian mbok Darmi lagi istirahat, mama kamu mau mandi juga terus papa mau nemenin Jean." balas pak Jatmika disetujui sang istri dan juga Jean.

"Ck, yaudah ayo. Ikut."

Pada akhirnya Selene juga mengantar Sean ke kamar tamu, mengambilkan baju sang ayah dan juga membantu mengeringkan rambut Sean, sama seperti mereka remaja dulu, saat Selene mengajak Sean pulang sekolah dan nekat berjalan saat hujan.

The End Of Our Friendship ( Seulhun ft Jeno )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang