Naruto©Masashi Kishimoto
SASUNARU
Thank You and GoodbyeWarning: Rape, Incest, Child Sexual Abuse.
OOO
Naruto mencengkeram pinggiran pembatas jembatan.
Di depannya, air sungai mengalir tenang sejauh mata memandang. Jantungnya berdebar kencang. Telapak tangannya berkeringat. Inikah akhirnya? Dia menutup mata, menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya.
Dia sengaja memilih dini hari untunk datang ke Jembatan Kyonoe. Jam-jam segini, orang-orang masih tertidur lelap di balik selimut hangat mereka. Tidak akan ada yang menghentikannya. Mempererat cengkeramannya, Naruto mengangkat kaki, menginjak birai jembatan, lalu berdiri di atasnya.
Sekarang atau tidak.
Kemudian, tubuhnya oleng. Bukan ke arah sungai, tapi ke belakang. Apa-apaan—?
Bukannya mendarat di air, tubuhnya justru menghantam trotoar. Kepalanya membentur aspal. "Argh!" Pekiknya. Ada apa ini? Siapa yang baru saja menariknya? Amarahnya meluap-luap. Siapapun orang yang telah mengagalkan aksinya adalah orang yang sangat berengsek.
"Anda tidak apa-apa?" Seorang pria melepaskan tangannya dari pinggang Naruto. Alisnya berkerut. Dia beranjak bangun dan mengulurkan satu tangannya.
Naruto memicingkan matanya. Pria ini seperti baru saja melakukan aksi heroik—yeah, baginya mungkin seperti itu. Tapi tidak untuk Naruto. Dia menepis tangan pria itu. Perlahan bangun lalu meringis, sikunya dan kepalanya berdenyut-denyut. Dia meraba kepalanya, mencari apakah ada luka atau benjolan sambil menghapus aliran darah yang mengalir turun dan menutup lukanya dengan sebelah tangan. Naruto mendengus. Luka kecil seperti ini tidak akan membunuhnya. Bukan ini yang dia inginkan!
Dia mengalihkan pandangannya pada pria itu yang sedang menatap ke arah lukanya. "Tangan anda berdarah? Kepala anda bagaimana? Sepertinya membentur aspal tadi? Apa yang anda lakukan di sana? Bahaya sekali. Bagaimana jika terjatuh?" Dia mengangkat tangannya mendekati tangan Naruto yang berdarah.
Naruto mundur. "Aku baik." Dia mengamati pria itu. Sepatu pantofel hitam, celana hitam berpotongan bagus serta kemeja dengan warna senada, dan dasinya yang terikat longgar. Malam-malam begini orang macam apa yang mengenakan pakaian formal di jalanan? Pastinya pria ini bukan orang sembarangan. Dilihat dari jam tangan berkilau—yang sering muncul di iklan televisi—melingkari pergelangan tangannya. Rambut panjang membingkai wajah dengan struktur tulang yang membuat para laki-laki menjerit iri. Hidungnya mancung. Mata hitamnya bergantian memandang Naruto dan tangannya.
Kenapa pria itu sepertinya tidak asing ya? Pria tipe seperti ini tidak mungkin berkeliaran di jalanan.
Model? Aktor? Penyanyi? Naruto tidak pernah melihatnya. Dengan tampang seperti itu, dia akan menjadi selebriti terkenal yang wajahnya di mana-mana. Kalau begitu, mungkinkah seorang pebisnis?
"Anda sungguh tidak apa-apa?"
Pertanyaan itu membuyarkan lamunannya. Berapa lama Naruto menatap pria itu? "Ee, tuan begini... aku hanya menikmati suasana malam yang indah, tiba-tiba orang asing menarikku jatuh. Yap. Fisikku tidak apa-apa tapi moodku sangat buruk. Jadi, permisi." Itu kebohongan yang payah. Naruto sadar. Mungkin pria itu juga sadar karena kerutan di dahinya semakin dalam. Tapi tidak mungkin Naruto berkata, Aku gagal bunuh diri karena kau. Sekarang enyahlah.
Naruto berjalan melewati pria itu. Hari ini dia gagal.
"Dobe."
Langkahnya terhenti. Dobe? Naruto berbalik memandangi pria yang berjarak dua langkah darinya. "Sungguh tidak sopan mengatai orang yang baru pertama kali kau temui seperti itu tuan..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You and Goodbye
FanfictionNaruto berdiri di atas jembatan, tiba-tiba seorang pria asing menariknya jatuh hingga kepalanya terbentur. Dari sanalah akar permasalahan. Kepalanya yang terbentur membuat Naruto bisa melihat sesosok hantu. Dia ketakutan setengah mati. Apalagi si ha...