6

128 18 0
                                    

"O-oh? Aku penasaran siapa gadis beruntung yang dapat membuat pria tampan sepertimu mengingatnya. Sungguh membuatku cemburu." Naruto tertawa pelan dan lembut. Dia merinding mendengar tawanya sendiri.

Terlalu terus terang, kah?

Terlalu berlebihan?

Agresif?

Naruto tidak punya pilihan lain. Berpura-pura tidak mengerti jalan pembicaraan adalah pilihan terbaik. Itachi pastilah merasa ilfil. Dia sudah seperti pelacur yang selalu memanggil di setiap malam seusai pulang kerja.

Bola mata Sasuke hampir keluar dari tempatnya.

Dia pasti kaget dengan sikap Naruto. Naruto sendiri juga mempertanyakan kewarasannya.

Itachi sendiri tak menampakkan ekspresi apa-apa. "Bukan perempuan, tepatnya... " Naruto menunggu kalimat selanjutnya dengan jantung yang bergerumuh. "Ah, bukan apa-apa. Maafkan pembicaraan saya yang membuat anda tidak nyaman. Saya tidak pernah melihat nona di sini."

Triple sial! Harusnya dia menyusun rencana yang matang. Memprediksikan pertanyaan-pertanyaan yang akan terjadi. Kenapa tak terpikirkan sebelumnya? Kenapa dia begitu tolol? Saat Naruto melirik Sasuke, laki-laki itu pura-pura melihat ke arah lain. Dia mau melepas tangan, huh?

Jika dia menjawab tinggal di sini, Itachi akan bertanya rumah yang mana. Jawaban sekadar jalan-jalan siang, tentu tak masuk akal.

"Aku teman Sasuke. Dia sering bercerita tentang betapa luar biasa kakaknya. Setiap kesempatan tidak pernah lupa memuji kakaknya. Baginya kau adalah sosok panutan. Mungkin terdengar tak masuk akal tapi seiring mendengar cerita dirimu, sesuatu mulai tumbuh di dalam diriku. Dan jika tidak mengatakan sekarang aku bisa gila." Naruto menarik napas dan berkata sekali hembusan napas. "Aku jatuh cinta padamu Itachi-kun. Kumohon jadilah pacarku." Naruto membungkukkan badan, tidak terlalu rendah, tidak lucu kalau wignya terlepas.

Pernyataan cintanya diikuti keheningan yang mendebarkan.

Naruto yang berdebar. Itachi tidak mungkin. Seratus persen tidak. Itachi akan lari dari sini dan menelepon polisi. Naruto maklum. Daripada pernyataan cinta, ucapannya terdengar seperti tukang menghayal sinting. Mau bagaimana lagi? Itu spontan, dia tak punya waktu menyusun kalimat indah dan puitis. Jangan salahkan dia. Salahkan Sasuke. Apapun yang terjadi dia biang masalahnya.

"Siapa nama anda, Nona?" Itachi bertanya. Naruto mengagumi ketenangan laki-laki itu. Jika berada di posisinya, tanpa pikir panjang, Naruto akan langsung mengambil seribu langkah.

Otaknya berpikir keras. Huruf-huruf campur aduk di benaknya. Kesulitan menentukan nama, dia berkata, "Toruna. Panggil saja aku Runa."

"Pfft." Sasuke menahan tawa.

"Nona runa—"

"Tolong Runa saja. Panggilan Nona membuatku merasa seperti seorang putri orang berduit. Dan tidak usah terlalu sopan."

Itachi diam sesaat. "Runa, aku tersanjung atas pengakuan cinta darimu, tapi aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dirimu. Bagiku, pendekatan adalah hal utama dalam sebuah hubungan." Itachi mengulurkan telapak padanya. Melihat Naruto yang kebingungan. Dia mengambil tangan Naruto dan membimbingnya ke arah danau.

Apa aku akan ditenggelamkan?

Ya, benar. Itachi pastilah terhina mendapat pengakuan dari rakyat jelata. Saking tersinggungnya, dia akan membuat Naruto membusuk di dasar danau. Tidak masalah. Naruto tidak akan memberontak.

Sampai jumpa, Sasuke.

Sampai jumpa kehidupannya yang mengerikan.

Mereka berjalan di dek, lalu Itachi duduk di ujung dek—masih mengenggam tangannya. Naruto melakukan hal yang sama.

Thank You and GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang