Lima

881 178 19
                                    

Haera Ashly Athmadja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haera Ashly Athmadja

Jeon terdiam diruang kerjanya, kepalanya kembali mengingat kejadian malam tadi, mahasiswi yang baru saja dia kenal kemarin sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon terdiam diruang kerjanya, kepalanya kembali mengingat kejadian malam tadi, mahasiswi yang baru saja dia kenal kemarin sore. Gadis yang berani memarahinya, gadis nakal yang bahkan menyentuh tubuhnya. Bukan hanya lengan otot dan dada bidangnya saja— bibirnya juga. Terkejut, tentu saja. Jeon terkejut tapi matanya tidak dapat tertutup saat bibir mungil itu melumatnya lembut, dengan mata terpejam. Bulu mata lentik— hidung kecil dengan alis tipis, namun rapih.

"Ingat, ya! Jangan suka mengadu. Ini— peringatan!" Kata-kata terakhir yang penuh penekanan, tapi wajahnya sama sekali tidak terlihat tegas. Malah lucu, bibir ngerucut kecil. Setelahnya Jeon terpaku, saat Haera pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apapun lagi.

Jeon mendengus kecil dengan bibir sedikit terangkat keatas. "Gadis konyol." Gumam Jeon, maniknya fokus dengan layar monitor yang menyalah. Karena ini hari minggu, tidak ada kegiatan mengajar. Jeon memutuskan untuk datang kerumah Maminya, sebelum wanita kesayangannya itu mengamuk karena tidak ditengok sering-sering.

Ditempat lain, paginya kacau. Sungguh, benar-benar kacau. Sudah setengah jam yang lalu dia terus berteriak seperti singa kelaparan, mengaung-ngaung tidak jelas. Jimin bahkan bisa mendengar suara teriakan si Adek. Tapi pura-pura tidak dengar dengar, karena kepalanya pusing banget. Niatnya mau cari yang segar-segar didapur.

Tapi si Mama sudah menghampirinya dengan banyak pertanyaan. "Bian. Itu si Adek kenapa sih? Dari tadi pagi lho itu, teriak-teriak seperti orang kesurupan. Coba dilihat sana ih." Jimin baru juga bangun tidur, sudah didorong-dorong. Kan jadi mual perutnya.

"Abang mana tahu. Kepalanya pusing kali, Mama anterin makanan buat Adek. Abang masih ngantuk." Katanya sambil mengambil botol air dingin di lemari es. Jimin baru mau minum, lengannya malah ditepuk.

"Kamu kalau disuruh, jangan suruh Mama balik dong. Abang tuh sama banget sama Papa! Heran." Jimin sampai terbatuk-batuk, benar-benar pukulan Mamanya tuh pedas betul. Padahal telapak tangannya kecil kayak punya Jimin. "Sudah sana, lihat Adeknya diatas. Suruh turun makan!"

"Ya sudah, iya." Jimin menaiki anak tangga, mau lihat si Adek. Yang masih betah berteriak didalam kamarnya, pas mau buka pintu si Adek. Ternyata dikunci dari dalam, jadi Jimin ketuk berkali-kali sampai si pelaku kehebohan siang ini keluar dengan pakaian compang-camping dan rambut yang seperti singa betina itu keluar.

PROF. LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang