Giselle // Aeri Uchinaga

272 62 6
                                    

"Panas banget setan!!" Teriak ku tepat di sebelah Shotaro, teman sebangku ku. Shotaro itu muka nya kalem, banyakan diem, kalau ngejawab bisanya senyum doang. Bikin kesel liatnya.

"Kamu kalau kepanasan, ganti tempat duduk aja sama aku. Kebetulan disini anginnya sejuk." Ucapnya senyum sembari berdiri, seakan mempersilahkan ku untuk duduk di kursinya.

"Ck, gitu kek dari tadi." Kesal ku sambil beranjak duduk di kursi Shotaro. Nah gini kan adem.

"Heh, lu apain Shotaro?" Tanya Jaemin, anak yang suka ikut campur kalau aku ngomong sama Shotaro.

Aku yang merasa risih, segera mengusir Jaemin, "Ih apaan sih lu? Orang cuma minta ganti tempat duduk doang. Dah dah, pergi sana lu."

"Lu juga. Lu tuh kalau misalnya ga suka ganti tempat duduk sama gua, bilang. Gua males berurusan sama Jaemin. Mulutnya banyak kalau berurusan sama dia."

Dan, ucapanku hanya dibales senyuman oleh Shotaro. Kan, bikin kesel kan?

Aku mencoba bersandar di kursi Shotaro sambil melihat ke arah jendela. Beuh anginnya sepoi sepoi. Bikin ngantuk.

Tapi, seperti ada yang ngeganjal di punggungku. Ah iya, di belakang ku kan tasnya Shotaro. Paling isinya tuh buku buku.

Semakin aku mencoba bersandar, semakin tajam terasa. Dan aku mulai merasa ada sesuatu yang sobek dan basah di punggungku, serta terasa sakit. Saat ku coba menyentuhnya, bajuku sedikit robek, dan ada darah disana. Loh?

Kebetulan, Shotaro sedang tidak ada di kelas. Lebih tepatnya, hanya aku saja yang ada di kelas. Aku mencoba membuka tas nya. Sial. Aku menemukan sebuah pisau dapur. Dia gila?!

"Ah kayaknya lu udah nemu jawaban yang gua cari." Aku mendengar suara Jaemin dari arah samping telingaku.

Aku mencoba membalikkan badan. Untung saja aku tidak membalikkan badan dengan cepat. Jika iya, mungkin sebuah pisau sudah menggorok leherku. Betul, Jaemin yang mengarahkan nya.

"Makanya, gua suka negur lu biar jangan ganggu Shotaro. Dia mangsa gua. Dan lu udah nemu jawabannya sekarang haha." Kekeh Jaemin sambil tersenyum mengerikan.

"Jaemin, jauhin pisau lu." Ucap seseorang memasuki kelas.

Benar. Dia, Shotaro.

"Lu nyuruh gua jauhin pisau dari Giselle? Ah mungkin maksud lu, lu pengen pisaunya di jauhin dari Giselle, tapi di tusuk ke lu? Hahaha gua suka yang kayak gini!!"

Jaemin berlari menghampiri sambil mengarahkan pisaunya pada Shotaro. Tapi entah darimana, ide terlintas di kepalaku untuk melemparkan pisau pada Shotaro agar dia juga memiliki senjata.

Kini, pisau sudah berada di tangan Shotaro. Hampir saja yang dia pegang adalah mata pisau bukan tangkainya.

"Ternyata berani juga lu buat berhadapan langsung sama gua." Ucap Jaemin.

"Ini tugas gua. Tugas dari Presdir buat ngelindungin anaknya dari orang kayak lu, pembunuh dan pengancam reputasi Presdir!" Teriak Shotaro sambil menyerang Jaemin. Dan ya, pisau Shotaro tepat mengenai bahu Jaemin.

"Ah ternyata benar. Ternyata Giselle itu anak Presdir yang gua cari. Harusnya tadi langsung gua bunuh aja." Ucap jaemin sambil mencabut pisau yang menancap di bahu nya tadi.

"Giselle lari!!" Teriak Shotaro menyuruhku berlari keluar kelas. Shotaro dan Jaemin masih berkelahi dengan Jaemin mempunyai 2 buah pisau. Ini bukan pertarungan yang adil!

Karena aku tak punya pilihan lain, aku memutuskan untuk berlari ke halaman sekolah. Karena kelasku ada di lantai 3, lebih aman untuk berlari ke bawah.

Tapi, apa ini? Kenapa sekolah tampak sepi? Bahkan tampaknya semua orang telah pulang. Karena tak ada satupun suara dari tiap kelas yang aku lewati tadi.

Brak!!

Suara benda jatuh begitu keras terdengar tepat di belakang ku. Tampaknya ada sesuatu yang besar, jatuh ke halaman sekolah. Karena takut, aku melihat perlahan ke arah belakang.

Disana tergeletak seseorang, terbatuk batuk dengan badan berdarah. Sial! Itu Jaemin!

"Duh ini gua harus lari kemana? Ini kalau Jaemin nya masih hidup, gua yang bakal terancam." Panik ku sambil melihat ke arah sudut sekolah yang mungkin bisa di jadikan tempat bersembunyi.

"Giselle, tenang. Jaemin udah aku habisin. Yang tergeletak itu, mayatnya." Ucap seseorang sembari menuruni tangga. Itu Shotaro!

Aku segera berlari dan memeluk Shotaro dan menangis. Kenapa ini semua bisa terjadi padaku?

"Udah udah, jangan nangis. Kalau kamu nangis, nanti Presdir marah, terus nyalahin aku. Aku ngerasa ngantuk sekarang. Bisa tahan aku?" Ucap Shotaro.

"Taro, jangan tidur ih. Aku minta maaf. Aku ga tau selama ini kamu ditugasin buat ngelindungin aku. Maafin aku karena suka jahat sama kamu. Jangan tidur ya? Please..."

Aku tak tahan. Badan Shotaro yang berat, tak kuasa ku tahan. Kami jatuh ke tanah. Mata Shotaro tertutup dengan senyum terukir di wajah nya. Wajah nya penuh luka, tapi itu adalah hasil perjuangannya.

•••

Ini aku bikin cerita apaan sih? Ga horor, tapi kayak misteri campur romantis dikit. Dan ini kayaknya chap terpanjang yang pernah aku tulis. Moga aja kalian suka.

creepy pasta ; k-idols on hiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang