2015,
Pernah ada kita saling bergandengan tangan menyusuri jalan kota. Sebelum akhirnya kamu belok menuju gang rumah mu.2016,
Masih ada Aku yang menyusuri jalan kota. Sembaring melihat bayang dari dirimu yang menggandeng tangan ku.2017,
Selalu saja Aku menoleh ke gang jalan menuju rumah mu. Meski perwujudan nyata dirimu tak pernah ada lagi disana untuk melambaikan tangan ke arahku.2018,
Sampai akhirnya masa putih abu hadir untuk menutup masa putih biru. Aku baru mulai bisa berikhlas. Meski hanya setitik."Kamu adalah masalalu yang Aku bawa ke masadepan."
Menakjubkan. Meski kini dunia kita berbeda, berjauh, bertentang. Namun desis suaramu, manis senyummu, lesung pipimu, sipit matamu masih tergambar jelas di setiap wanita yang Aku temui.
Seakan kau menguasai pikiran, hati, dan alam bawah sadar ku. Dengan kekuasaan itu kau tutup semua gerbang, pintu, dan jendela. Tak membiarkan siapapun masuk meski lewat lubang tikus sekalipun. Namun disisi lain kau sendiri tidak ingin menghuni kediaman itu. Membiarkannya dingin, sendiri, hening tak berpenghuni. Bahkan suara detak jantung pun mungkin dapat terdengar. Luar biasa.
Aku seperti terkurung dalam sel dengan pintu terbuka. Bukan tidak ada jalan atau kesempatan. Sayangnya kekuatanku habis untuk memikirkan bagaimana, mungkinkah, haruskah. Seperti terdampak trauma akut berkepanjangan sehingga sulit melangkah.
Bagaimana,
Jika Aku mengulangi kebodohanku.Mungkinkah,
Aku bisa menemukan yang lebih baik darinya?.Haruskah,
Aku melupakannya?.Menghadirkan banyak implus yang saling bertabrakan satu sama lain. Melahirkan dua kubu yang saling berdebat. Hatiku yang masih ingin menetap dan logikaku yang ingin menutup.
Sekali lagi, lembaran baru di masa putih abu ku masih menyertakan namamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
RandomDi setiap sebab pasti ada akibat . Setiap manusia pasti tau faktor (X) dari akibat perbuatannya. Hanya saja kadang mereka terlalu hanyut dalam memanjakan egonya. Sehingga melahirkan "Seharusnya" di unjung cerita. "Seharusnya, Aku tidak mencintaimu...