Pernah ada Aku yang bersiasat menggulingkan kekuasaan mu atas ruang rapuh dan sensitif. Yang hangat disapa dengan hati.
Aku sudah melakukan berbagai cara, upaya, dan usaha. Namun semuanya nihil. Namamu masih terlalu kuat dalam pemilihan suara di hatiku. Setiap sudut kota disana dipenuhi dengan keindahan mu. Sehingga tak memberikan ruang dan kesempatan untuk pendatang baru merebut posisi kekuasaan mu disana.
"Aku terjebak untuk mencintai masa lalu."
Aku menyerahkan, kau menang, relung ini tak bisa berhenti mencintaimu. Aku dengan segala gengsi menerima semuanya;Aku menerima,
kepergian mu yang meninggalkan bekas luka yang belum diketahui obatnya.Aku menerima,
Rindu tetap untukmu meski kau tak bisa jadi tempat mengadu."Aku menerima dan Aku berikhlas"
Malam itu Aku sedang menghayati rasa rindu. Sembaring memeluk guling di sampingku, memegangnya serta mengelusnya dengan kedua tangan, seakan itu adalah wajahmu. Tak lama kemudian ku dekap dan berbisik padanya;
"Iyaaa..., Maafkan Aku. Aku dengan segala kebodohanku dulu telah meniadakan kisah kita. Aku tau kamu sudah bahagia dengan pelangi barumu. Aku melihatnya, senyummu terukir indah bersamanya. Aku bahagia hehe.
Untuk kamu tau malam ini Aku telah menyerah, menerima, dan berikhlas. Bahkan jika rasa ini bertaut dengan ku hingga nafas terakhir sekali pun. Aku ikhlas.
Namun jika besok ada seseorang yang dapat menjungkirbalikkan hatiku. Aku berjanji atas namamu.
Akan ku buat dia bahagia. Tak akan ku buat nya menyesal meski sekecil atom sekalipun.
Terimakasih untuk semuanya. Hari ini Aku masih mencintaimu. Tapi tak tau besok. Lihat saja.
Mnnnwaaaah 😚
Gnight 💚."Semuanya telah berdamai. Tak ada lagi perdebatan, pertengahan, perseturuan antara hati dan logika.
Ada hal luar biasa yang terjadi. Dadaku yang tadinya serasa terhimpit oleh istana megah, kosong, dan sunyi. Kini telah menjadi hamparan lahan kosong yang dipenuhi bunga, kicauan burung, namun tak bertuan.
Pada akhirnya Aku tanyakan padanya;
"Kau ingin tuan yang bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
RandomDi setiap sebab pasti ada akibat . Setiap manusia pasti tau faktor (X) dari akibat perbuatannya. Hanya saja kadang mereka terlalu hanyut dalam memanjakan egonya. Sehingga melahirkan "Seharusnya" di unjung cerita. "Seharusnya, Aku tidak mencintaimu...