[ DBW-8: Berhenti? ]

97 41 280
                                    

Hati-hati simpan hati. Salah tempat, patah hati.

~*(✿)*~

Windu

Terik matahari langsung menyorot mata. Membuat ku mengerang pelan sambil menunggu seorang gadis menyebal kan di ujung koridor.

"Udah lama nunggu nya?" Tanya Silvia dengan wajah tanpa dosa

Aku mendengus pelan seraya merotasi kan bola mataku "Menurut kamu?"

"Kurang lama" jawab nya santai sambil tertawa kecil. Aku heran, kenapa tuhan bisa menciptakan makhluk halus seperti di hadapan ku ini.

"Ini upah menunggu" tangan mungil nya menyodorkan sebotol minuman ion kepadaku. Aku menyambut botol itu namun Silvia dengan sengaja mendorong tangan nya hingga tersentuh oleh ku. Aku melirik sekilas gadis itu, bibir nya mengulum senyum di wajah itu.

"Waktu ku gak banyak. Cepat bilang kamu mau kemana hari ini?" Aku melirik sekilas jam tangan yang melingkar di pergelangan Ku.

"Aku mau keliling kota Bandung" Jawab nya dengan santai namun membuat ku geleng-geleng kepala

"Aku gak punya bensin" balas ku asal

"Aku isiin!"

Aku menautkan kedua alis ku "Hm, mesin motor ku bobrok"

"Dasar! Pakai motor pegawai di kedai ku"

Aku mendengus lalu menyeringai gadis ini sangat teguh pendirian rupanya "Maaf Silvia. Aku lupa cara bawa motor"

Silvia terlihat kesal. Gadis itu berdecak sambil menatap lekat manik mata ku "Ya sudah, tapi ingat hutang mu belum lunas. Malah bertambah satu lagi tuh!" Dagu Silvia maju seolah menunjuk ke arah minuman ion di tangan ku

Aku menghela nafas gusar. Sudahlah, turuti saja agar aku lebih cepat terlepas dari perempuan unik ini.

"Ayo" Kata ku melangkah pergi ke parkiran.

Gadis di samping ku ini terlihat kegirangan seperti anak TK yang akan di bawa membeli es krim. Tanpa sadar sudut bibir ku terangkat karena tingkah Silvia.

Sejak kemarin perempuan ini bersikap seenaknya kepadaku, tapi entah kenapa aku malah sulit menolak permintaan nya. Aku harus lebih waspada kepada Silvia saat ini, seperti binar dari mata gadis ini bisa menghipnotis orang lain.

"Windu kamu senyum?" Tanya Silvia

Aku tertegun lalu menutup sebagian bibir ku "Kamu halu"

"Ih, engga. Kamu senyum Windu! Haha akhirnya aku bisa jadi perempuan yang menyenangkan" Ujar nya dengan wajah senang sekaligus bangga

***

Rea

Debu jalanan bertiup menyapa diri ku yang duduk sendirian di halte depan sekolah. Matahari siang ini sangat terik membakar kulit ku. Aku menghela nafas ringan sambil menatap datar Kaki kiri ku yang terbalut gips. Rasanya aku ingin segera berlari mengejar bayangan Windu yang melintas di benak ku.

Distance between WINDU [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang