Lakeswara

212 27 8
                                    

By : ReTa_ly

Genre : Romance

Tema : Blessing

Sunyi senyap ladang dipinggiran kota terasa menentramkan rungu. Ilalang tinggi pun rumput liar terasa padan dengan hijau ladang pada biru langit berawan. Pada desir angin halus pun buainya yang merayap dan menelusup mengusap permukaan dalam pakaian. Pada terik sang Suria yang menggoda bumi dengan terangnya namun pula dengan panas yang tak menyengat. Pun pada pohon oak rindang yang melindungi dua adam dengan rimbunnya daun dan dahan.

Salah satunya terduduk. Surainya tertutup kain merah yang juga memanjang menutupi sebagian wajahnya. Tangan kurusnya memeluk kedua tungkai jenjang dengan kepala yang tertunduk dalam.

Sedang yang satu sibuk memejam. Berbaring dengan menjadikan lengan kokoh sebagai bantalan. Deru napasnya terdengar pelan dan senada harmoni yang menenangkan.

Keduanya terdiam. Masih membiarkan riuh redam sang Bayu mengusik keheningan dan mengudara yang segan menghilang. Tak ada percakapan. Betul-betul membiarkan ruang diantara keduanya kosong sebab sibuk dengan berbagai pikiran.

"Langa,"

Si surai merah membuka suara. Pelukan pada tungkainya mengerat dan punggung kecil itu semakin meringkuk dalam dekap. Sedang si surai biru perlahan membuka kelopak; menampakkan shappire cantik yang serupa laut berombak.

"Kau memerlukan sesuatu?" Suaranya terdengar berat. Walau begitu tetap saja terasa hangat dan lembut melewati pendengaran.

Yang ditanya terdiam. Membisu hingga beberapa saat. Namun helaan napas panjang menjadi pembuka perkataan yang sedari tadi ingin dia suarakan, "Maaf membuatmu malu."

Hening kembali. Entah, keduanya senang sekali menjeda. Membiarkan kalimat demi kalimat mengudara. Namun tak berselang lama sebab si surai biru mulai bangkit, mendudukan diri disamping lelaki yang lebih mungil.

"Aku tak pernah merasa malu atas apapun Reki."

Reki menunduk, menyembunyikan kepalanya yang tertutup kain merah pada lipatan tangan. Perlahan namun pasti, pundaknya bergetar. Diiringi isakkan pelan yang menembus deru angin; menggoyangkan dahan hingga daunnya jatuh berguguran.

Langa terdiam. Tak dapat dipungkiri dirinya pun merasa bingung. Entah apa yang harus dia lakukan pada lelaki disampingnya. Tak ayal hatinya ikut tercubit begitu rungunya mendengar tangis tertahan dengan napas yang tersendat.

"Jangan menangis." Pada akhirnya hanya itu yang Langa mampu ucapkan. Membiarkan dirinya menjadi pecundang yang tak mampu berbuat apapun ketika orang yang dia kasihi menangis dengan iba.

Sialan!

Langa kalut ketika Reki menangis. Sakit mendera jiwanya ketika manik yang dahulu selalu menampilkan binar kini berkaca akibat airmata yang berurai.

Setidakberdaya itu Langa dihadapan kekasihnya.

"Seharusnya aku memang tak perlu ikut. Aku hanya membuat malu dirimu. Jika saja wajahku cantik, aku akan bersyukur untuk itu. T–tapi apa? Wajahku buruk dan mereka benar, apa yang dikatakan mereka semua benar. Bahwa dirimu tak pantas untukku. Aku selayaknya hina disana."

"Memang salahmu jika wajahmu buruk?"

Reki menghentikan tangisnya. Menolehkan kepala hanya untuk menemukan raut sendu yang terarah padanya. Demi Tuhan apa yang sudah dia lakukan, membuat wajah rupawan selayaknya pangeran itu menyendu dengan mata yang menyayu.

SK8 THE INFINITY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang