Epilog

6 3 0
                                    

Nama penulis:
- Jamilah Jaamiilah
- Septia tiamaqrifah

Happy reading. 💐
.
.
.

Desiran hangat itu kembali terasa saat aku menyebrangi sungai. Aku memang berniat ke sana, tetapi mereka seperti tahu kedatanganku. Sinar lingkaran itu menguarkan aura ketentraman dan rasa damai persis seperti pelukan ibu atau suara khawatir seorang ayah.

Sinar itu menuntunku jauh memasuki hutan, menembus pepohonan yang tumbuh berdekatan. Aku mengikutinya dengan keranjang buah di tangan. Hasil memetik dari hutan timur.

Meski sihir atau pun sesuatu yang magis sudah terhapuskan dari sejarah. Hutan ini membawa habis seluruh sihir dan keajaiban lainnya. Di dunia ini yang tersisa hanyalah sesuatu yang kecil dan tidak begitu berarti. Seperti aura-aura tipis penyihir yang masih tersisa.

Sinar itu menuntunku tepat di tengah hutan. Sepanjang perjalanan, semua bentuk asing yang kulihat bersama Arzaz telah berganti menjadi pemandangan hutan biasa. Namun, sisa-sisa kenangan masih jelas dalam ingatanku.

Kerajaan dan penduduk desa memang bisa bernapas lega karena hilangnya sesuatu yang bersifat magis dan misterius. Mereka tidak lagi berhubungan dengan dunia abstrak, tetapi tiada penyihir dalam kegiatan sehari-hari mereka adalah hal baru.

Aku tidak paham kenapa sinar ini masih ada, mungkin ini adalah akhir dari perjalanan. Sinar itu berputar di satu titik hingga aku mulai bosan memahami maksudnya dan memilih duduk.

Baru saja aku menikmati posisi ini, sinar itu melayang di depanku dan mulai berbicara, "Terima kasih atas apa yang telah dirimu lakukan, Kathryn. Ini adalah pembicaraan terakhir kita. Lepaskan sihirku yang tersisa padamu. Supaya kami bisa lepas dan tentram pergi dari dunia ini."

Tak lama setelah suara itu berakhir datanglah sinar-sinar lain di hadapanku dan membentuk sebuah siluet. Lama kelamaan, siluet itu mulai jelas. Arzaz, penyihir yang dulu kucap menyebalkan itu masih tetap tampan atau bahkan lebih. Sayangnya dia hanya seperti bayang-bayang pudar.

Entah kenapa setelah itu kilas balik setiap pertemuan kami seolah terputar jelas di hadapanku bersamaan dengan sosok Arzaz yang semu. Kurasa mataku saat ini telah berkaca-kaca. Sosok Arzaz itu tersenyum, sontak aku langsung berdiri dengan senyum paling tulusku tentunya.

"Kau adalah perempuan pilihan terbaikku."

Tess ....

Air mata langsung turun membasahi pipiku. Lingkupan rasa rindu, sedih, dan bahagia bercampur menjadi satu. Kuulurkan tanganku untuk menggapai sosok itu. Perlahan aku menutup mataku, kembali meresapi setiap perjalanan yang kami lalui. Sejenak aku merasa begitu damai.

"Terima kasih sudah melepas sihirmu untuk kami."

"Terima kasih kembali karena sudah menjadikanku perempuan pilihan terbaikmu," kataku dengan suara yang bergetar. Tanpa sadar tangisku semakin deras dan terus bertambah deras saat aku membuka mata dan melihat sosok semu Arzaz mulai menghilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Weast × EastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang