Penulis : Gladys xxihaema_
Happy reading. 💐
.
.
.Alam pernah bercerita bahwa terdapat beberapa wilayah di semesta yang diselimuti kekuatan magis, wilayah tersebut mendapatkan kekuatan magis secara alami karena pergesekan elemen dalam inti bumi, tetapi ada satu wilayah yang menjadi pengecualian, wilayah yang berada di titik tengah semesta, wilayah yang sejatinya selalu menghindar dari pergesekan, dan apa pasalnya secara mengejutkan mendapat kekuatan magis.
Satu-satunya yang akan dicurigai dalam kasus ini adalah penyihir, ya, siapa lagi yang punya kekuatan semacam itu selain mereka. Para penyihir sengaja menaruh sihir mereka ke wilayah tersebut dengan tujuan melindungi wilayahnya dari serangan makhluk lain, terutama manusia biasa yang tak pernah puas akan sesuatu. Para penyihir tentu memiliki maksud baik, sihir yang mereka taruh pun merupakan sihir baik, setelah wilayah tersebut sepenuhnya tertutup sihir, mereka mulai membagi tugas untuk sesekali memantau wilayah tersebut.
Semua berjalan dengan lancar bahkan terlalu lancar hingga para penyihir tak menyadari bahwa manusia biasa diam-diam merencanakan penyerangan ke wilayah sihir, rasa iri dan dengki terhadap penyihir yang bisa melakukan segala hal dengan sihir sedangkan mereka tidak menjadi satu-satunya kunci yang mereka tanamkan dalam hati, dengan kata lain hati mereka telah membeku, ditambah lapisan kobaran api kebencian sempurna merubah mereka menjadi iblis, bahkan lebih.
Lalu pada satu hari yang telah disepakati, kelompok manusia mulai mendekati wilayah tersebut, tampak pepohonan menjulang tinggi yang ajaibnya memancarkan pendar berwarna keemasan, tak hanya itu rerumputan liar, kumpulan jamur, hingga batu-batu kecil pun persis seperti pepohonan. Sejenak mereka menatap takjub, tidak menyangka sihir dari penyihir sebagus ini, seorang pria tua dengan senjata kayu di kedua tangannya berseru galak, meminta yang lain segera fokus pada tujuan utama.
Setelah dirasa aman, pria tua yang diketahui adalah ketua dari kelompok mulai memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam hutan, beruntung hari ini penyihir yang berjaga tidak banyak, sangat memudahkan mereka untuk menyelinap masuk dan menghancurkan isinya. Tepat setelah anak buah terakhir masuk, pria tua tersebut meniup terompet kerang dengan maksud memancing para penyihir.
“Ahoy penyihir! Tamat kalian!”
Penyihir yang mendengar langsung mengirim telepati singkat kepada penyihir lainnya untuk meminta bantuan, gejolak amarah bermunculan seiring mata mereka memindai apa yang telah terjadi, serangan mendadak yang mereka dapati saat ini diluar ekspektasi, tak pernah terbayangkan sebelumnya meskipun itulah tujuan mereka berjaga. Setelah berhasil memindai, dua orang penyihir yang berada di tempat langsung melancarkan sihir mereka, tak peduli apakah itu sihir dengan kadar bahaya yang kuat atau tidak, apa pun dilakukan demi melindungi wilayah ini.
Tak berselang lama, para penyihir langsung berdatangan dan turun ke arena pertempuran, dengan begini jumlah pasukan menjadi seimbang, kelompok manusia mulai kewalahan, satu dua tumbang dengan segera, yang lain bertahan dengan sisa-sisa tenaga, sejatinya mengalahkan penyihir adalah hal yang mustahil, manusia paham itu, tetapi akan sangat pengecut bila tak mencobanya lebih dulu, akan sangat terhormat bila gugur dalam pertarungan.
Beberapa waktu terlewati, tak lagi tampak manusia yang masih berdiri tegak dengan kedua kaki, para penyihir yang merasakan aroma kemenangan mulai bersorak-sorak, mereka tertawa puas melihat hamparan manusia dengan nyawa yang sudah melayang, tanpa berlama-lama segera membereskan kekacauan dalam hutan tempat mereka bertarung dan kembali membangkitkan sihir pelindung yang sempat hilang.
Anehnya, saat mantra pelindung mulai dibaca, yang keluar bukan sihir dengan pendar keemasan, melainkan sihir dengan kabut keunguan, semua penyihir saling tatap, belum mencerna dengan jelas sihir jenis apa itu saat kabut tersebut secara mengejutkan melesat ke arah salah satu penyihir.
“ARGHH!!”
Arzaz membulatkan matanya, jantungnya berdetak dengan cepat dan kuat, kedua tangannya meremas selimut hingga memperlihatkan buku-buku keputihan, seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan keringat yang juga mengalir deras.
Barusan ia bermimpi, mimpi tentang peristiwa itu.
Lima menit bertahan di posisinya, Arzaz perlahan-lahan menenangkan diri, ia mengusap wajahnya sembari mengucapkan mantra penenang. Netranya lalu bergulir ke arah jendela, purnama masih setia menemani langit, juga taburan bintang yang enggan memudar, itu artinya malam masih panjang. Namun, energi Arzaz sudah penuh berkat mantra penenangnya, dibanding kembali menarik selimut ia lebih memilih bangkit dari tempat tidurnya, membawa kedua tungkainya berjalan menuju satu ruangan di menara.
Arzaz mendorong pintu ruangan dengan tenang, pemandangan pertama yang ia lihat adalah tumpukan buku-buku berserakan di sisi kanan, lalu meja dan kursi tempat ia membuka surat atau mencatat satu dua hal. Benar, pikiran Arzaz langsung tertuju pada ruang perpustakaan begitu ia sadar dari mimpinya, kejadian dalam mimpi yang tidak pernah ia tahu, atau mungkin terlupakan, tetapi ia mengenali kejadian tersebut. Oleh sebab itu, satu-satunya yang bisa menjawab perasaan _deja vu_nya adalah salah satu buku bersampul kain beludru merah dengan judul bertorehkan tinta emas.
Sejarah Hutan Barat dan Timur
Pada lembar pertama tertulis kapan dan di mana buku ini ditulis, sekitar 400 tahun yang lalu dan ditulis di Eastacre, pusat kota saat ini. Memasuki lembar berikutnya mulailah kisah kedua hutan tersebut, sampai lembar terakhir dibuka oleh Arzaz, barulah ia sadar bahwa mimpinya barusan persis dengan kisah yang tertulis dalam buku.
Arzaz tak tahu pasti apa yang ia lakukan sehingga mendapat mimpi seperti itu, tetapi mimpi ini sedikit banyak membantunya perihal menjawab sejarah kedua hutan tersebut, terlebih pada hutan barat yang menjadi permasalahan utama saat ini. Rupanya sewaktu penyihir mengembalikan sihir pelindung di hutan, sihir tersebut tercampur dengan sihir jahat yang digunakan untuk menghabisi pemberontakan manusia, juga sisa-sisa darah yang tergenang, menghasilkan sihir aneh dengan pendar keunguan. Tak salah lagi, itulah sihir yang sampai sekarang menyelimuti hutan bagian barat.
Aura yang timbul saat terjadi ledakan beberapa tahun lalu, pun saat terjadi gempa kemarin, mirip dengan aura yang Arzaz dapatkan saat ia melewati hutan bagian barat. Semua benang telah terangkai, semua pertanyaan telah terjawab, semua mengarah ke satu tempat. Arzaz buru-buru menutup buku dan berjalan ke kursi kerjanya, tak sengaja menendang satu buku saat melewati kumpulan buku-buku yang berserakan, ia memungut buku tersebut, yang ternyata milik Kathryn, perempuan pilihannya.
Sejenak Arzaz melupakan soal mimpi dan hutan, dirinya fokus membolak-balikkan buku catatan Kathryn. Tidak ada yang aneh selain cerita sehari-hari dirinya dan berbagai aktivitasnya dalam menara, kadang terselip nama Travis dan Arzaz, konyol melihat bagaimana gadis tersebut bercerita betapa menyebalkannya Arzaz yang suka menjahili dirinya, atau cerita Travis dengan seribu satu kata pujian untuk burung gagak setengah manusia tersebut.
Di belakang halaman Kathryn menulis berbagai macam mantra sihir yang sudah dipelajarinya, pandangan Arzaz sempurna terkunci pada satu mantra di barisan terakhir, ia sedikit terkejut mendapati bahwa Kathryn mendapatkan mantra terakhir secara mandiri sebab gadis itu menulis demikian. Arzaz semakin yakin bahwa gadis pilihannya kali ini berbeda dari biasanya, hal ini terbukti dari setiap Arzaz berada di dekat gadis tersebut selalu merasakan aura yang sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weast × East
FantasíaMengalahkan, merusak, menyalahkan, dan berpihak. Rangkaian dilema yang berkepanjangan dalam kerajaan. Dimana munculnya kepercayaan 'penyihir menara dan gadis asuhannya' bahwa menundukkan kehebatan hutan tak perlu menyiapkan sederet pasukan dan peran...