-Bad Of Roses-
Dalam malam, pada salah satu bangunan rumah kokoh permukaan tanah kota Seoul itu, riuh tawa menjadi fokus utama di antara empat orang manusia yang duduk pada deret kursi ruang makan, setelah mereka menyudahi menikmati berbagai hidangan lezat di atas meja sebelumnya.
Saat ini, sang meja hanya berhias deret gelas berisi wine dengan botol-botol di tengahnya. Bercanda gurau dikala waktu dan kesibukan yang tidak selalu bisa memberi mereka ruang untuk demikian.
Kediaman Keluarga Kim dengan konsep American Modern itu belakangan sepi dari gelak tawa seperti demikian, sampai kepulangan anak kebanggaan mereka beberapa jam lalu, yang selama ini bekerja sekaligus menempuh pendidikan di London dan kini telah duduk bersama mereka.
Bagaimana cara anak itu bisa kuliah sekaligus bekerja di London?
Keluarga Kim memiliki usaha dibidang FNB. Membuka puluhan restoran Korean dan Chinese Food di Korea dan juga di luar negeri, yang beberapanya mereka buka di London.
Lalu di sanalah sang anak mengelola 4 restoran, selagi ia berjuang mendapatkan gelar Master Business Administration atau MBA sebagai tujuan utamanya ke London.
Memiliki 85 cabang restoran diberbagai kota, bahkan negara, tentu saja membuat keluarga Kim terlalu sibuk, mengatasi managementnya setiap hari pada kantor yang mereka dirikan di Seoul sebagai pusat.
Ditambah dengan kenyataan bahwa hanya sang anak yang bisa mereka andalkan membantu mereka untuk cabang di London, sementara Hongkong dan cabang lainnya harus mereka tangani sendiri.
Di antara anggota keluarga itu, duduk pula seorang gadis muda yang ikut serta menikmati setiap tegukan wine di sana. Menyumbang cerita di antara jeda yang diluangkan sosok Kim Sang Bum sebagai tokoh utama yang baru mereka sambut kedatangannya dari Inggris.
Setelah 5 tahun berlalu, sepulangnya Kim Bum, keluarga itu memaksakan segala kesibukan untuk ditunda. Demi sebuah temu yang telah lama ditunggu, dan untuk malam penting yang seharusnya menjadi solusi dari semua kegalauan pasangan suami istri di rumah itu setelah bertahun-tahun.
Sosok ibu, sekaligus Nyonya dengan stelan sosialita di rumah itu memandang teguh pada semua sosok sumber bahagianya. Lalu ia menoleh ke arah kursi kepala keluarga. Menatap serius sang suami dengan tanda, mungkin itu sudah waktu yang tepat bagi mereka.
Menaggapinya, Tuan Kim sedikit menggeleng. Pertanda itu belum waktu yang tepat.
Tentu saja menjadi sumber protes sang istri. Yang kemudian memberi kode agar ia melirik ke arah jam besar yang menempel di dinding.
Artinya, itu sudah larut malam. Percuma saja menunggu, orang yang ditunggu tak akan pulang memenuhi keinginan mereka.
Tuan Kim akhirnya mengalah, mulai melakukan sesuai rencana dengan berdehem dan kembali menarik perhatian semua orang terhadapnya.