"Hurting someone can be as easy as throwing a stone in the sea. But do you have any idea how deep that stone can go?"
Happy Reading
Bersama kejengkelannya Kim Bum memaksakan diri untuk menutup mata. Berpikir hanya tidur yang mampu menolongnya dari semua omong kosong ini. Namun mandaskan beberapa gelas kopi satu hari ini, tanpa memasukkan asupan makanan yang bisa menalanginya, ternyata berpengaruh besar kepada tubuh Kim Bum yang enggan untuk tidur seperti harapannya. Didukung oleh perutnya yang mulai terasa mengisap, sedikit mual yang disebabkan maag kronisnya yang protes akibat kopi berlebih tanpa asupan makanan.
Dan yang terjadi sesungguhnya adalah Kim Bum sama sekali tidak bisa tidur. Pikiranya atas semua semakin dalam hingga beberapa jam. Sampai kemudian nomor sang ibu kembali mengganggu semua itu dari ponselnya. Nyaris diabaikan Kim Bum saat ternyata ia melihat sudah ada pesan masuk sebelum sang ibu melakukan panggilan.
"Setelah semua ketidakpedulianmu, So Eun tetap memaksa pulang. Katanya dia tidak ingin suaminya yang tidak peduli padanya itu menunggunya. Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri"
Oh wait, dan itu pesan masuk dari 2 jam yang lalu. So Eun sudah meninggalkan rumah orangtuanya selama itu, dan wanita itu belum juga sampai?
Dan dia, apa yang dirinya lakukan sekarang? Hanya duduk manis, merajuk seperti anak-anak, seolah ialah korban di sana?
"God damn it!!" pungkas Kim Bum pada dirinya sendiri yang merajuk layaknya anak kecil sampai kemudian ia berusaha mengabaikan segala bentuk panggilan dan pesan masuk dari sang ibu.
Ya memang didominasi oleh makian, tapi kesimpulan dari semua itu adalah So Eun sudah pulang dari dua jam lalu, namun tidak juga sampai hingga saat ini.
Tidak lagi sempat berpikir ini dan itu, Kim Bum segera turun dari ranjang, meraih ponsel, berikut dengan kunci mobilnya. Kepanikannya mulai bertumpuk ketika menemukan kenyataan bahwa ponsel So Eun juga sudah berada di luar jangkauan.
"Ayolah So Eun, angkat" pria itu berseru sendiri pada ponselnya sambil menyusuri rumah untuk sampai secepatnya pada garasi di mana mobilnya terparkir.
"Sialan!!!" makinya lagi atas diri sendiri ketika tidak ada yang berubah saat ia mengulang-ulang panggilan ke nomor So Eun. Segera mengemudikan mobil dengan membabi buta, sampai melupakan bahwa dirinya sendiri tidak aman dari cuaca buruk berupa hujan di luar sana. Ia keluar tanpa pertolongan coat, atau bahkan sekedar menukar sandal rumahnya dengan sepatu yang layak menolong hawa dingin dan air hujan di luar sana.
Pria itu sudah sulit mengendalikan diri, ia sudah ketakutan bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa So Eun di perjalanan pulangnya. Dan jika itu terjadi, maka Kim Bum tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Benar kata sang ibu, ia mungkin kurang peduli dan kurang memberi perhatian kepada So Eun?
Oh really? Usaplah kepalamu sendiri Kim Bum, kau perlu bangga pada dirimu sendiri. Karena bukan kau yang kurang peduli di sana, dan bukan kau yang bermasalah di sana.
"So Eun, tolong angkat" pria itu masih memaksa menghubungi So Eun ketika ia sadar usaha itu akan sia-sia jika ponsel So Eun masih betah untuk tidak aktif.
Sekarang Kim Bum juga berpikir bahwa menghubungi sang ibu juga bukan ide yang tepat. Itu tidak bisa Kim Bum lakukan, atau sang ibu akan terserang panic dan khawatir berlebih yang bisa mengganggu kesehatannya. Dan Kim Bum tidak mau itu terjadi.
Ketahuilah, Kim Bum adalah tipe anak yang enggan menyuarakan kasih sayang dalam bentuk kata, namun jauh dalam dirinya, dia sangat mencintai orangtuanya, semenyebalkan apapun selalu dan selalu sikap mereka terhadapnya.